Askep pada Pasien dengan Melasma Lengkap

Askep pada Pasien dengan Melasma Lengkap - Hallo sahabat askep, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Askep pada Pasien dengan Melasma Lengkap, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel askep, Artikel askep pdf, Artikel asuhan keperawatan, Artikel Perawat, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Askep pada Pasien dengan Melasma Lengkap
link : Askep pada Pasien dengan Melasma Lengkap

Baca juga


Askep pada Pasien dengan Melasma Lengkap


  1. Definisi
Melasma adalah keadaan hiperpigmentasi (hipermelanosis) simetris yang non konginetal ditandai dengan macula atau bercak berwarna (variasi mulai dari coklat muda sampai coklat tua). Biasanya melasma terjadi atau mengenai daerah kulit yang terpajan sinar matahari, terutama di bagian dahi, kedua pipi, hidung, dagu, dan kadang leher. Melasma pada umumnya sering disebut sebagai kloasma.
Melasma adalah tampilan keabu-abuan hingga kecoklatan gelap dari kulit wajah akibat dari respon estrogen (internal) dan matahari (eksternal). Melasma ini biasanya terjadi akibat pengaruh dari pil KB, kehamilan. Pigmentasi biasanya muncul di daerah dahi, pipi, bibir atas, dagu dan distribusinya merata. (Molino, 2011). Jadi, melasma merupakan bercak abu-abu atau kecoklatan gelap yang timbul pada wajah, biasanya di daerah dahi, pipi, dagu, bibir atas karena pengaruh respon dari internal (esterogen) dan eksternal (matahari).

  1. Klasifikasi
Terdapat beberapa jenis melasm ditinjau dari gambaran klinis, pemeriksaan histopatologik, dan pemeriksaan dengan sinar wood.

Berdasarkan gambaran klinis dibedakan menjadi tiga kelompok (Soepardiman, 2010), yaitu:
  1. Bentuk sentro-fasial meliputi daerah dahi, hidung, pipi bagian medial, bawah hidung, serta dagu (63%).
  2. Bentuk malar meliputi hidung dan pipi bagian lateral (21%)
  3. Bentuk mandibular meliputi daerah mandibula (16%) (Soepardiman, 2010)

Berdasarkan pemeriksaan histopatologik dibedakan menjadi dua kelompok (Soepardiman, 2010), yaitu :
  1. Melasma tipe epidermal, umumnya berwarna coklat. Melanin terutama terdapat pada lapisan basal dan suprabasal, kadang-kadang diseluruh stratum korneum dan stratum spinosum
  2. Melasma tipe dermal, berwarna coklat kebiruan. Terdapat makrofag bermelanin di sekitar pembuluh darah di dermis bagian atas dan bawah, pada dermis bagian atas terdapat fokus-fokus infiltrate

Berdasarkan pemeriksaan dengan sinar Wood, melasma dapat dibedakan menjadi 4 kelompok (Grimes, 1995 & Soepardiman, 2010), yaitu :
  1. Tipe epidermal, melasma tampak lebih jelas dengan sinar Wood dibandingkan dengan sinar biasa
  2. Tipe dermal, dengan sinar Wood tak tampak warna kontras dibanding dengan sinar biasa
  3. Tipe campuran, tampak beberapa lokasi lebih jelas sedang lainnya tidak jelas
  4. Tipe sukar dinilai karena warna kulit yang gelap, dengan sinar Wood lesi menjadi tidak jelas sedangkan dengan sinar biasa jelas terlihat.

Pemeriksaan dengan sinar Wood lebih bermakna pada kulit warna terang dan sedang. Pada kulit warna gelap (tipe IV), pemeriksaan dengan sinar Wood tidak bermanfaat (Park et al, 2008).

  1. Etiologi
Etiologi belum pasti. Faktor-faktor yang dianggap berperan pada pathogenesis melisma adalah :
  1. Faktor genetic
Dilaporkan adanya kasus keluarga sekitar 20-70% (Soepardiman, 2010). Faktor genetik melibatkan migrasi melanoblas dan perkembangan serta diferensiasinya di kulit. Morfologi melanosit, struktur matriks melanosom, aktivitas tirosinase dan tipe dari melanin yang disintesis, semua dibawah kontrol genetik (Prananingrum, 2012).Insiden melasma terbanyak terjadi pada individu dengan tipe kulit Fitzpatrick IV-V (Sachdeva, 2005 & Dogra;Gupta, 2006).

  1. Faktor endokrin
Ranson et al (1988) menjelaskan bahwa penelitian telah menunjukkan estrogen meningkatkan aktivitas tirosinase dan jumlah melanosit in vitro. Sel-sel kulit memiliki reseptor untuk estrogen dan progesteron, dengan ekspresi yang lebih tinggi di daerah wajah dibandingkan dengan daerah lain. Distribusi reseptor ini dapat menjelaskan lokasi preferensial melasma seperti telah diketahui (Im et al, 2002 & Jee et al, 1994).

Pada kehamilan, melasma dipengaruhi oleh faktor hormon. Ketinggian kadar estrogen dan progesteron serta meningkatnya MSH mempontensiasi aktivitas tirosinase dan dengan demikian merangsang melanogenesis (Muallem;Rubeiz, 2006). Soepardiman (2010) mengatakan bahwa melasma pada kehamilan biasanya meluas pada trimester ketiga.

Pigmentasi kulit melasma merupakan efek samping yang paling umum pada pemakaian kontrasepsi oral: 5-34% individu yang terkena dengan insiden yang lebih tinggi terlihat pada ras yang berpigmen (McKenzie, 1971 & Wade et al 1978). Pada pemakai pil kontrasepsi, melasma tampak dalam 1 bulan sampai 2 tahun setelah dimulai pemakaian pil tersebut (Soepardiman, 2010).

  1. Penggunaan kosmetik
Kosmetik yang mengandung bahan pewarna, pewangi, pengawet kosmetik dapat menyebabkan fotosensitivitas yang dapat mengakibatkan timbulnya hiperpigmentasi pada wajah jika terpajan sinar matahari.

  1. Paparan sinar UV
Sinar UV akan merusak gugus sulfhidril yang merupakan penghambat tirosinase à aktivitas tirosinase maksimal à memacu melanogenesis.

  1. Faktor obat
Hiperpigmentasi yang disebabkan oleh agen toksik, atau obat-obatan dianggap 10-20% dari semua kasus hiperpigmentasi yang diperoleh (Yani, 2008). Misalnya difenil hidantoin, mesantoin, klorpromasin, sitostatik, dan minosiklin dapat menyebabkan timbulnya melasma. Obat ini ditimbun di lapisan dermis bagian atas dan secara kumulatif dapat merangsang melanogenesis (Soepardiman, 2010).

  1. Faktor infeksi kronis, infeksi parasite, proses keganasan
  2. Idiopatik

  1. Manifestasi Klinis
Lesi melasma berupa makula berwarna coklat muda atau coklat tua berbatas tegas dengan tepi tidak teratur, sering pada pipi, dan hidung yang disebut pola malar seperti pada Gambar 2.1. Pola mandibular terdapat pada dagu, sedangkan pola sentrofasial di pelipis, dahi, alis, dan bibir atas. Warna keabu-abuan atau kebiru-biruan terutama pada tipe dermal (Soepardiman, 2010).

Askep pada Pasien dengan Melasma Lengkap, Melasma

Melasma (Robert, 2009)

  1. Patofisiologi
Melasma adalah kelainan hypermelanosis didapat pada kulit yang terpapar sinar matahari. Pada melasma terjadi produksi pigmentasi akibat peningkatan produksi melanin atau peningkatan proliferasi melanosit yang aktif. Peningkatan produksi melanin ini terjadi tanpa perubahan jumlah melanosit. Mekanisme timbulnya melasma yang terjadi dalam berupa proses pembentukan melanin, dapat berupa peningkatan produksi melanosom, peningkatan melanisasi melanosom, pembentukan melanosom yang lebih besar ( bertambahnya ukuran melanosom ), peningkatan pemindahan  (transfer) melanosom dari melanosit ke keratinosit, serta peningkatan ketahanan melanosom dalam keratinosit. (Park dan Yaar, 2012).

Meskipun melasma memiliki banyak factor etiologi yang diakui namun pathogenesis pastinya tidak diketahui (Soepadiman, 2010). Bukti menunjukkan bahwa factor internal dan lingkungan mungkin bertanggungjawab untuk memicu, mempertahankan, dan membuat kambuh lesi melisma (Tadokoro et al, 2002). Factor – factor tersebut seperti pengaruh genetic, paparan radiasi UV, kehamilan, kontrasepsi oral, terapi estrogen / progesterone, disfungsi tiroid, kosmetik dan obat – obatan seperti obat anti kejang dan fototosik. (Im et al, 2002).  Faktor terpenting dalam terjadinya melasma adalah pajanan sinar matahari. Radiasi Ultraviolet menyebabkan terbentuknya Reactive Oxygen Specias (ROS) yang mengakibatkan stress oksidatif. Stress oksidatif berperan penting pada efek biologik yang disebabkan oleh radiasi UV. Radiasi UV menyebabkan peroksidasi lipid di membran sel, mengakibatkan terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas ini kemudian akan menstimulasi melanosit untuk memproduksi melanin berlebih.

  1. Pemeriksaan Diagnostik
  1. Anamnesis: usia,onset,gejala klinis,faktor predisposisi
  2. Pemeriksaan:
  1. Pemeriksaan secara kasat mata dengan sinar, melasma dibedakan atas :
    1. Tipe epidermal : lesi terlihat berwarna coklat muda.
    2. Tipe dermal : lesi terlihat berwarna abu-abu atau abu-abu kebiruan.
    3. Tipe campuran : lesi terlihat berwarna coklat gelap.
  2. Histopatologi
Lesi kulit melasma terlihat jelas berbeda dibanding dengan kulit normal. Terdapat tiga gambaran histopatologis dari pigmentasi yaitu epidermal, dermal, dan campuran.Pada melasma tipe epidermal, yang terlihat berwarna kecoklatan, terdapat peningkatan melanin di lapisan basal dan suprabasal. Peningkatan jumlah dan aktivitas melanosit masih diamati seiring dengan meningkatnya transfer melanosom ke keratinosit. Tipe epidermal lebih responsif terhadap pengobatan. Pada melasma tipe dermal, yang terlihat berwarna abu-abu kebiruan, pigmen melanin yang diproduksi oleh melanosit epidermal memasuki papilla dermis dan diambil oleh makrofag (melanofag), dimana sering berkumpul di sekitar pembuluh darah kecil dan dilatasi. Pada melasma tipe campuran ditandai dengan adanya deposisi pada lapisan dermal dan epidermal.

  1. Mikroskop electron
Gambar ultrasruktur melanosit dalam lapisan basal memberi kesan aktivitas melanosit meningkat.

  1. Wood lamp
Berdasarkan lokalisasi pigmen melasma terbagi dalam empat tipe. Klasifikasi sebelum pengobatan sangat penting oleh karena lokalisasi pigmen dapat menentukan pengobatan yang akan dipilih. Untuk membantu dalam menentukan lokalisasi pigmen, sebelum diterapi maka pasien harus diperiksa dengan menggunakan lampu Wood.

Tipe lokalisasi pemeriksaan :
  • Tipe epidermal : warna lesi tampak lebih jelas
  • Tipe dermal : warna lesi tidak betambah kontras
  • Tipe campuran : ada lesi yang bertambah kontras dan ada yang tidak
  • Tipe tidak jelas : dengan sinar wood lesi menjadi tidak jelas,dengan sinar biasa menjadi jelas.
  1. Pemeriksaan laboratorium
Tidak diindikasikan, hanya saja dapat dipertimbangkan untuk pemeriksaan fungsi endokrin,tiroid dan hepatic.

  1. Penatalaksanaan
Pengobatan melasma memerlukan waktu yang cukup lama, kontrol yang teratur serta kerjasama yang baik antara penderita dan dokter yang menanganinya. Kebanyakan penderita berobat karena alasan kosmetik.pengobatan dan perawatan kulit harusdilakukan secara teratur dan sempurna karena melasma bersifat kronik residif. Pengobatan yang sempurna adalah pengobatan yang kausal, maka penting untuk dicari etiologinya.

  1. Pencegahan
  1. Mengatasi peran matahari sebagai salah satu faktor etiologi dan eksaserbasi yang sangat penting yaitu :
  • Penderita diharuskan menghindari pajanan langsung sinar UV.
  • Bila keluar rumah menggunakan paying atau topi yang lebar.
  • Melindungi kulit dengan memakai tabir surya.

  1. Menghilangkan faktor yang merupakan penyebab melasma misalnya:
  • Menghentikan pemakaian pil kontrasepsi dan mengganti dengan kontrasepsi lain yang bukan hormonal.
  • Menghentikan pemakaian kosmetika yang berwarna atau mengandung parfum yang dapat menyebabkan hiperpigmentasi.
  • Mencegah pemberian obat-obatan yang dapat merangsang hiperpigmentasi, contohnya: hidantoin,sitostatika,obat anti malaria,dan minosiklin.
  1. Pengobatan
  1. Pengobatan topical
  • Hidrokinon
Sampai saat ini hidrokinon merupakan bahan pemutih yang paling banyak dipakai untuk pengobatan melasma dan relatif aman serta efektif. Cara kerja dari hidrokinon adalah menghambat konversi dopa menjadi melanin dengan menghambat enzim tirosinase.

  • Asam retinoat(retinoic acid/ tretinoin)
Asam retinoat mempunyai efek keratolitik yang mengurangi pigmentasi.

  • Asam azeleat (azeleic acid)
Asam azeleat merupakan obat aman untuk dipakai. Asam azeleat bertindak sebagai kompetitif inhibitor enzim tirosinase, yaitu suatu enzim yang paling berperan pada proses melanogenesis. Selanjutnya terbukti pula bahwa golongan ini tidak mempunyai efek toksik ataupun kemampuan depigmentasi terhadap kulit normal.

  1. Pengobatan sistemik
  • Asam askorbat / vitamin c
Vitamin c mempunyai efek merubah melanin bentuk oksidasi menjadi melanin bentuk reduksi yang berwarna lebih cerah dan mencegah pembentukan melanin dengan menambah DOPA kinon menjadi DOPA.

  • Glutation
Glutation bentuk reduksi adalah senyawa sulfhidril (SH) yang berpotensi menghambat pembentukan melanin dengan jalan bergabung dengan Cuprum dari tirosinase

  1. Tindakan khusus
  • Pengelupasan kimiawi atau peeling
  • Bedah laser

  1. Komplikasi
Pada melasma tidak ada komplikasi yang cukup serius jika mendapat penanganan dengan baik dan tepat namun kasus ini dapat mengalami kekambuhan atau kasus berulang. Komplikasi atau efek samping dari pengobatan adalah iritasi lokal, jaringan parut, dermatitis kontak, dan patch pada kulit yang kulit yang lebih terang.

  1. Prognosis
Kebanyakan kasus dapat teratasi dengan baik meskipun membutuhkan waktu yang lama. Paparan sinar matahari yang terlalu sering dapat menghambat pengobatan dan menimbulkan kekambuhan. Perbaikan juga akan membutuhkan waktu yang lama pada pasien dengan perluasan gangguan melanin dilapisan dermis daripada epidermis.

Melasma biasanya menetap selama beberapa tahun. Kesalahan penggunaan kosmetik dapat memunculkan garis yang tidak wajar pada wajah. Melasma akan timbul pada wanita yang berhenti menggunakan kontrasepsi oral dan timbul beberapa bulan setelah melahirkan.



ASKEP Teori
  1. Pengkajian
  1. Identitas
Pada pengkajian identitas biodata (nama, jenis kelamin, umur, suku agama, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan), tanggal MRS, No.register, diagnosa medis.

  1. Riwayat Kesehatan
    1. Keluhan Utama
Mengeluh adanya ketidaknyamanan dengan kondisi kulit

  1. Riwayat Penyakit Sekarang
Ditemukan keadaan hiperpigmentasi setempat yang secara selektif mengenai melanosit dahi, area malar, pelipis, daerah antara bibir atas dan hidung, beberapa bagian lateral dagu dan pipi. Warna dapat bervariasi mulai dari cokelat muda sampai kehitaman dan berbentuk tidak teratur. Ukurannya juga sangat bervariasi. Lesi biasanya simetrik, terutama bila mengenai pipi sedangkan penyebarannya menyerupai topeng.

  1. Riwayat Penyakit Dahulu
Penggunaan pil kontrasepsi dapat menyebabkan melesma biasanya tampak setelah 1 bulan – 2 tahun setelah pemakaian.

  1. Riwayat Penyakit Keluarga
Salah satu faktor terjadinya melesma yaitu genetik

  1. Riwayat Obat-obatan
Riwayat pemakaian obat-obatan seperti difenil hidantoin, mesantoin, klorpromasin, sitostatik, dan minosiklin.

  1. Pemeriksaan Fisik
  1. B1 (Breath)
Pada pemeriksaan sistem pernafasan biasanya tidak ditemukan masalah.

  1. B2 (Blood)
Pada pemeriksaan sistem kardiovaskuler biasanya tidak ditemukan masalah.

  1. B3 (Brain)
Mungkin ditemukan adanya kegelisahan pada pasien, akan tetapi pada sistem persyarafan ini tidak ada masalah yang berarti.

  1. B4 (Bladder)
Pada pemeriksaan sistem perkemihan biasanya tidak ditemukan masalah.

  1. B5 (Bowel)
Pada pemeriksaan sistem pencernaan biasanya tidak ditemukan masalah.

  1. B6 (Bone)
Pada pemeriksaan sistem muskuloskeletal dan integumen, untuk sistem muskuloskeletal biasanya tidak ditemukan masalah. Dan pada sistem integumen biasanya ditemukan adanya kelainan atau deformitas pada kulit meliputi warna dan kondisi kulit serta kuku, jari, rambut. Jangan lupa untuk memeriksa turgor dan elastisitas kulit. Biasanya terjadi gangguan integritas kulit pada daerah wajah pasien. Pada pemeriksaan fisik melesma untuk kulit biasanya dilakukan di ruangan dengan pencahayaan yang baik.

  1. Pemeriksaan Diagnostik
Pada pemeriksaan diagnostik melesma biasanya dilakukan pemeriksaan histopatologik, pemeriksaan dengan mikroskop elektron serta pemeriksaan dengan sinar wood yang telah dijelaskan di bab sebelumnya.

  1. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
  1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fotosensitivitas pada wajah akibat radiasi
Tujuan      : Kerusakan integritas kulit pasien teratasi
Kriteria hasil         :
  1. Tidak ada lesi pada kulit
  2. Terjadi proses penyembuhan lesi
  3. Perfusi jaringan baik


No.
Intervensi
Rasional
1.
Kaji kerusakan jaringan lunak yang dialami pasien
Menentukan jenis melasma apa dan menjadi dasar dalam memilih jenis tindakan yang akan dilakukan
2.
Ajarkan pasien untuk menjaga kebersihan kulit wajah
Untuk menjaga kulit wajah kering dan bisa tetap bersih
3.
Anjurkan pasien untuk mengurangi penggunaan kosmetik yang berlebihan
Mengurangi faktor resiko terjadinya penyakit
4.
Kolaborasikan penggunaan kosmetik yang sesuai dengan kulit pasien
Membantu mencegah terjadinya radiasi yang berlebih
5.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet TKTP dan vitamin
Asupan nutrisi yang adekuat dapat mempercepat penyembuhan
6.
Kolaborasi pemberian topical depigmentating agent, seperti dydroquinon
Dydroquinon merupakan bahan kimia yang dapat menghambat tirosine, enzim yang berperan dalam produksi melamin.

  1. Gangguan body image berhubungan dengan proses penyakit akibat riwayat penggunaan pil kontrasepsi
Tujuan      : Gangguan body image pasien teratasi
Kriteria hasil :
  1. Body image positif
  2. Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
  3. Mampu menghargai kelebihan dan kekurangan diri

No.
Intervensi
Rasional
1.
Buat hubungan terapeutik perawat dengan pasien
Membantu pasien memulai untuk percaya dan berani mencoba pemikiran serta perilaku yang baru
2.
Beri kesempatan pasien menggambarkan dirinya sendiri
Membantu dalam mediskripsikan persepsi pasien tentang diri/ gambaran diri dan kenyataan situasi individu
3.
Dorong pasien untuk menghargai hidup serta menerima kondisi saat ini
Memahami dirinya dengan kelebihan  dan kekurangan saat ini, sehingga dapat meningkatkan percaya diri
4.
Libatkan keluarga, teman sebagai motivator
Keluarga adalah orang yang sering berinteraksi dengan klien, teman adalah orang yang terdekat yang sering diajak curhat serta berhubungan sosial.

  1. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan akibat kurangnya informasi
Tujuan      : Ansietas pasien teratasi
Kriteria hasil         :
  1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gelaja ansietas
  2. Klien mampu menunjukkan teknik untuk mengntrol ansietas
  3. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya ansietas

No.
Intervensi
Rasional
1.
Kaji tanda verbal dan nonverbal pasien ketika berkomunikasi
Reaksi verbal atau nonverbal dapat menunjukkan kegelisahan
2.
Gunakan pendekatan yang menyenangkan
Interaksi yang membuat pasien tenang dan nyaman sehingga dapat mengurangi kecemasan
3.
Berikan informasi faktual mengenai proses penyakit dan proses penyembuhannya
Informasi yang adekuat pada pasien dapat meningkatkan status kesehatan sehingga dapat mengahadapi dengan tenang
4.
Kaji intervensi yang dapat menurunkan ansietas, seperti: mendengarkan musik, bermain, olahraga, dsb.
Mengurangi ansietas dengan menggunakan intervensi melalui relaksasi pada tubuh yang lain
5.
Kolaborasi pemberian anticemas sesuai indikasi
Meningkatkan ketenangan serta dapat menurunkan kecemasan

  1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri berhubungan dengan kompleksitas regimen terapeutik
Tujuan : Manajemen kesehatan diri efektif
Kriteria hasil :
  1. Klien mampu mengintegrasi pengobatan penyakit dan sekuelnya
  2. Klien mampu mengatur kebiasaan terapeutik hidup sehari-hari
  3. Klien mampu memenuhi tujuan kesehatan yang spesifik
No.
Intervensi
Rasional
1.
Kaji faktor resiko
Mengurangi kegagalan dalam mengurangi faktor resiko serta dapat mempermudah dalam melakukan intervensi
2.
Kaji cara klien memasukkan regimen pengobatan dalam kehidupan sehari-hari
Kegagalan dalam memasukkan regimen pengobatan dapat menjadi faktor resiko sehingga klien dapat memperbaikinya
3.
Buat hubungan terapeutik dengan klien
Klien mengungkapkan bagaimana mengatasi penyakit sehingga dapat memberikan intervensi yang tepat
4.
Kolaborasi pemberian obat-obatan yang adekuat
Mengatasi kesulitan dalam regimen yang ditetapkan

  1. Koping individu inefektif berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder
Tujuan : Koping individu efektif
Kriteria hasil    :
  1. Klien mampu mengungkapkan perasaan emosionalnya
  2. Klien mampu mengidentifikasi pola respons serta dampaknya
  3. Klien mampu mengidentifikasi kekuatan diri dan menerima dukungan melalui hubungan intrapersonal
No.
Intervensi
Rasional
1.
Kaji faktor penyebab dan faktor penunjang
Membantu dalam merencanakan intervensi yang efektif pada pasien
2.
Bina hubungan saling percaya dengan pasien
Memingkatkan perasaan emosional pasien dalan berhubungan dengan orang lain
3.
Tingkatkan status koping individu seperti mengajak bersosialisasi dengan pasien yang lain, dengan teman atau keluarga
Dapat meningkatkan koping yang efektif sehingga pasien merasa percaya diri
4.
Bantu klien mengembangkan strategi pemecahan masalah yang tepat
Membuat klien mampu mempertahankan konsep diri dan menjaga hubungan menyenangkan dengan orang lain

  1. Evaluasi
  1. Kerusakan integritas kulit dapat teratasi
  2. Gangguan body image teratasi
  3. Ansietas teratasi
  4. Manajemen kesehatan diri efektif
  5. Koping individu efektif

  1. ASKEP Kasus MELASMA
Ny.Y (26) datang ke puskesmas Kenjeran untuk memeriksakan kehamilannya pada trisemester ketiga. Ny.Y mengeluhkan timbulnya bercak berwarna cokelat tua berbatas tegas pada daerah wajah, yaitu di pipi, hidung, dahi, dan dagu. Bercak tersebut terlihat lebih jelas di bawah sinar. Bercak sudah tampak sejak trisemester kedua dan dirasakan semakin meluas saat ini. Ny.Y menyatakan malu kepada teman-teman arisannya. Ny.Y malu dengan bercak yang muncul di wajahnya karena tampak tak secantik dulu. Klien cemas terhadap keadaan kulit wajahnya dan terus menanyakan apakah kulitnya dapat kembali seperti sedia kala. Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 87x/menit, napas 20x/menit, dan suhu 36,7 C. Klien didiagnosis melisma.

PENGKAJIAN
  1. Identitas Klien
  1. Nama                     : Ny.Y
  2. Usia                       : 26 tahun
  3. Jenis kelamin         : Perempuan
  4. Alamat                  : Surabaya
  5. Pendidikan                        : SMA
  6. Pekerjaan               : Ibu rumah tangga
  7. Suku/Bangsa         : Jawa/Indonesia
  8. Diagnosa medis     : Melasma

  1. Keluhan Utama
Bercak berwarna cokelat tua berbatas tegas pada daerah wajah, yaitu di pipi, hidung, dahi, dan dagu

  1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat pemeriksaan antenatal trisemester ketiga, klien mengeluhkan timbulnya bercak bercak berwarna cokelat tua berbatas tegas pada daerah wajah, yaitu di pipi, hidung, dahi, dan dagu

  1. Riwayat Kesehatan Dahulu
Tidak ditemukan riwayat kesehatan dahulu

  1. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ditemukan riwayat kesehatan keluarga

  1. Riwayat Penggunaan Obat
Sebelum kehamilan, Ny.Y biasa menggunakan kontrasepsi pil KB

  1. Pemeriksaan Fisik
B1 (Breath)     : Pada pemeriksaan sistem pernafasan biasanya tidak ditemukan masalah.
B2 (Blood)      : Pada pemeriksaan sistem kardiovaskuler biasanya tidak ditemukan masalah.
B3 (Brain)       :Mungkin ditemukan adanya kegelisahan pada pasien, akan tetapi pada sistem persyarafan ini tidak ada masalah yang berarti.
B4 (Bladder)   :Pada pemeriksaan sistem perkemihan biasanya tidak ditemukan masalah.
B5 (Bowel)     :Pada pemeriksaan sistem pencernaan biasanya tidak ditemukan masalah.
B6 (Bone)       : Pada pemeriksaan sistem muskuloskeletal dan integumen, untuk sistem muskuloskeletal biasanya tidak ditemukan masalah. Dan pada sistem integumen biasanya ditemukan adanya kelainan atau deformitas pada kulit meliputi warna dan kondisi kulit wajah. Terjadi gangguan pada turgor dan elastisitas kulit. Biasanya terjadi gangguan integritas kulit pada daerah wajah pasien. Pada pemeriksaan fisik melesma untuk kulit biasanya dilakukan di ruangan dengan pencahayaan yang baik.

ANALISA DATA
Data
Etiologi
Masalah Keperawatan
DS
Ny.Y menyatakan malu kepada teman-teman arisannya, Ny.Y malu dengan bercak yang muncul di wajahnya karena tampak tak secantik dulu.
DO
Klien tampak tidak percaya diri
Adanya bercak kecoklatan pada wajah






Perbedaan warna kulit berbatas tegas dan berwarna terang





Koping inefektif






Harga diri rendah
Harga diri rendah
DS
Klien cemas terhadap keadaan kulit wajahnya dan terus menanyakan apakah kulitnya dapat kembali seperti sedia kala
DO
Klien tampak gelisah
Penurunan jumlah dan fungsi melanosit






Terbentuknya bercak putih pada bagian tubuh






Kerusakan integritas kulit






Informasi kurang






Ansietas
Ansietas

DIAGNOSIS KEPERAWATAN
  1. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan citra tubuh
  2. Ansietas berhubungan dengan perubahan mayor: status kesehatan

INTERVENSI KEPERAWATAN
No.
Diagnosa Keperawatan
NOC
NIC
1.
Harga diri rendah (00120) berhubungan dengan perubahan citra tubuh
Self-esteem

Kriteria Hasil:
  1. Mengatakan penerimaan tehadap keadaan diri sendiri (5)
  2. Mempertahankan kesuksesan interaksi sosial (5)
  3. Menyatakan level kenyamanan dengan keadaan diiri sendiri (5)
  4. Merasa dihargai (5)

Self-esteem: situational low
  1. Meningkatkan citra tubuh
  2. Meningkatkan harga diri
  3. Meningkatkan sosialisasi
  4. Memberikan dukungan emosi
  5. Meningkatkan support system

Self-esteem enhancement
  1. Memonitoring pernyataan harga diri klien
  2. Membuat pernyataan positif tentang klien
  3. Mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi dengan orang lain
  4. Penerimaan terhadap perubahan pada dirinya sendiri
2.
Ansietas berhubungan dengan perubahan mayor: status kesehatan

Anxiety
Anxiety level
Anxiety self-control

Kriteria Hasil
  1. Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas
  2. Vital sign dalam batas normal
  3. Ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan tingkat aktivitas menunjukkan level kesemasan berkurang
  4. Mampu mengontrol respon ansietas
  5. Menunjukkan koping yang efektif

  1. Gunakan pendekatan yang menenangkan, dengarkan dengan penuh perhatian dan beri kesempatan untuk mendiskusikan kekhawatirannya
  2. Dorong keluarga/orang terdekat untuk memberi support
  3. Beri pemahaman kepada klien tentang penyakitnya
  4. Dengarkan keluhan klien dengan penuh perhatian

EVALUASI
  1. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan citra tubuh
No.
Indikator Target
(Kriteria Hasil)
Tingkat Kontrol Nyeri
Tidak bisa menjelaskan
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
1
2
3
4
5
1.
Klien mengatakan penerimaan tehadap keadaan diri sendiri
1
2
3
4
5
2.
Klien mempertahankan kesuksesan interaksi di lingkungan sekolah/kampus
1
2
3
4
5
3.
Klien mempertahankan kesuksesan interaksi sosial
1
2
3
4

4.
Klien menyatakan level kenyamanan dengan keadaan diiri sendiri
1
2
3
4
5
5.
Klien merasa dihargai
1
2
3
4
5

  1. Ansietas berhubungan dengan perubahan mayor: status kesehatan
No.
Indikator Target
(Kriteria Hasil)
Tingkat Kontrol Nyeri
Tidak bisa menjelaskan
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
1
2
3
4
5
1.
Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas

1
2
3
4
5
2.
Vital sign dalam batas normal

1
2
3
4
5
3.
Ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan tingkat aktivitas menunjukkan level kesemasan berkurang

1
2
3
4
5
4.
Mampu mengontrol respon ansietas

1
2
3
4
5
5.
Menunjukkan koping yang efektif

1
2
3
4
5




DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti. 2013. Vitiligo. Diakses dari www.scribd.com/doc/140402668/VITILIGO-doc#scribd pada 29/04/2015.
American Academy of Dermatology. Vitiligo: tips for managing. http://www.aad.org/dermatology-a-to-z/diseases-and-treatments/u---w/vitiligo/tips. Diakses pada tanggal 26 April 2015 pukul 20.30
Anonim. 2012. http://www.nhs.uk/Conditions/Vitiligo/Pages/Introduction.aspx Diakses pada tanggal 26 April 2015 pukul 20.35
Eagle, Sharon. 2012. Disease in a Flash! An Interactive, Flash-Card Approach. Philadelphia: F. A Davis Company
Babu, Hanish. 2009.  Normal Course and Prognosis of Vitiligo. http://www.persify.com/id/perspectives/medical-conditions-diseases/albinisme-_-9510001031307. Diakses pada tanggal 26 Maret 2014 pukul 20.35.
Doengoes, E.M., Moorhouse, M, F., & Geissler, A. C. (2002). Nursing care plans: gidelines for planning and documenting patient care (3rd ed). Jakarta: EGC.
http://www.home-remedies-for-you.com/albinism/prognosis.html
Jain, Anju.,Jyoti Mal.,Vibhu Mehndiratta, et al. Study of Oxidative Stress in Vitiligo. Ind J Clin Biochem (Jan-Mar 2011). 26(1):78-81. DOI 10.1007/s12291-010-0045-7.
James WD, Berger TG, Elston DM. 2006. Andrew’s Disease of The Skin. 10th ed. Saunders Elseiver: Philadelpia. 860-862.
Montemarano A et al, Melasma; Medscape, Mar 2011
Susanto, Agus Henry. 2013. Albinisme pada Manusia. Fakultas Biologi Unsoed.
Taylor, C. M., & Ralph, S. S. (2010). Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M. 2009. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC
Williams, Hywel, et al. 2014. Evidence Based Dermatology 3rd Edition. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc
Wolff K, Johnson RA. 2009. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. 6th ed. Mcgraw Hill Medical : NewYork.335-341.
Taylor, C. M., & Ralph, S. S. (2010). Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan.Jakarta: EGC.










  1. Definisi
Melasma adalah keadaan hiperpigmentasi (hipermelanosis) simetris yang non konginetal ditandai dengan macula atau bercak berwarna (variasi mulai dari coklat muda sampai coklat tua). Biasanya melasma terjadi atau mengenai daerah kulit yang terpajan sinar matahari, terutama di bagian dahi, kedua pipi, hidung, dagu, dan kadang leher. Melasma pada umumnya sering disebut sebagai kloasma.
Melasma adalah tampilan keabu-abuan hingga kecoklatan gelap dari kulit wajah akibat dari respon estrogen (internal) dan matahari (eksternal). Melasma ini biasanya terjadi akibat pengaruh dari pil KB, kehamilan. Pigmentasi biasanya muncul di daerah dahi, pipi, bibir atas, dagu dan distribusinya merata. (Molino, 2011). Jadi, melasma merupakan bercak abu-abu atau kecoklatan gelap yang timbul pada wajah, biasanya di daerah dahi, pipi, dagu, bibir atas karena pengaruh respon dari internal (esterogen) dan eksternal (matahari).

  1. Klasifikasi
Terdapat beberapa jenis melasm ditinjau dari gambaran klinis, pemeriksaan histopatologik, dan pemeriksaan dengan sinar wood.

Berdasarkan gambaran klinis dibedakan menjadi tiga kelompok (Soepardiman, 2010), yaitu:
  1. Bentuk sentro-fasial meliputi daerah dahi, hidung, pipi bagian medial, bawah hidung, serta dagu (63%).
  2. Bentuk malar meliputi hidung dan pipi bagian lateral (21%)
  3. Bentuk mandibular meliputi daerah mandibula (16%) (Soepardiman, 2010)

Berdasarkan pemeriksaan histopatologik dibedakan menjadi dua kelompok (Soepardiman, 2010), yaitu :
  1. Melasma tipe epidermal, umumnya berwarna coklat. Melanin terutama terdapat pada lapisan basal dan suprabasal, kadang-kadang diseluruh stratum korneum dan stratum spinosum
  2. Melasma tipe dermal, berwarna coklat kebiruan. Terdapat makrofag bermelanin di sekitar pembuluh darah di dermis bagian atas dan bawah, pada dermis bagian atas terdapat fokus-fokus infiltrate

Berdasarkan pemeriksaan dengan sinar Wood, melasma dapat dibedakan menjadi 4 kelompok (Grimes, 1995 & Soepardiman, 2010), yaitu :
  1. Tipe epidermal, melasma tampak lebih jelas dengan sinar Wood dibandingkan dengan sinar biasa
  2. Tipe dermal, dengan sinar Wood tak tampak warna kontras dibanding dengan sinar biasa
  3. Tipe campuran, tampak beberapa lokasi lebih jelas sedang lainnya tidak jelas
  4. Tipe sukar dinilai karena warna kulit yang gelap, dengan sinar Wood lesi menjadi tidak jelas sedangkan dengan sinar biasa jelas terlihat.

Pemeriksaan dengan sinar Wood lebih bermakna pada kulit warna terang dan sedang. Pada kulit warna gelap (tipe IV), pemeriksaan dengan sinar Wood tidak bermanfaat (Park et al, 2008).

  1. Etiologi
Etiologi belum pasti. Faktor-faktor yang dianggap berperan pada pathogenesis melisma adalah :
  1. Faktor genetic
Dilaporkan adanya kasus keluarga sekitar 20-70% (Soepardiman, 2010). Faktor genetik melibatkan migrasi melanoblas dan perkembangan serta diferensiasinya di kulit. Morfologi melanosit, struktur matriks melanosom, aktivitas tirosinase dan tipe dari melanin yang disintesis, semua dibawah kontrol genetik (Prananingrum, 2012).Insiden melasma terbanyak terjadi pada individu dengan tipe kulit Fitzpatrick IV-V (Sachdeva, 2005 & Dogra;Gupta, 2006).

  1. Faktor endokrin
Ranson et al (1988) menjelaskan bahwa penelitian telah menunjukkan estrogen meningkatkan aktivitas tirosinase dan jumlah melanosit in vitro. Sel-sel kulit memiliki reseptor untuk estrogen dan progesteron, dengan ekspresi yang lebih tinggi di daerah wajah dibandingkan dengan daerah lain. Distribusi reseptor ini dapat menjelaskan lokasi preferensial melasma seperti telah diketahui (Im et al, 2002 & Jee et al, 1994).

Pada kehamilan, melasma dipengaruhi oleh faktor hormon. Ketinggian kadar estrogen dan progesteron serta meningkatnya MSH mempontensiasi aktivitas tirosinase dan dengan demikian merangsang melanogenesis (Muallem;Rubeiz, 2006). Soepardiman (2010) mengatakan bahwa melasma pada kehamilan biasanya meluas pada trimester ketiga.

Pigmentasi kulit melasma merupakan efek samping yang paling umum pada pemakaian kontrasepsi oral: 5-34% individu yang terkena dengan insiden yang lebih tinggi terlihat pada ras yang berpigmen (McKenzie, 1971 & Wade et al 1978). Pada pemakai pil kontrasepsi, melasma tampak dalam 1 bulan sampai 2 tahun setelah dimulai pemakaian pil tersebut (Soepardiman, 2010).

  1. Penggunaan kosmetik
Kosmetik yang mengandung bahan pewarna, pewangi, pengawet kosmetik dapat menyebabkan fotosensitivitas yang dapat mengakibatkan timbulnya hiperpigmentasi pada wajah jika terpajan sinar matahari.

  1. Paparan sinar UV
Sinar UV akan merusak gugus sulfhidril yang merupakan penghambat tirosinase à aktivitas tirosinase maksimal à memacu melanogenesis.

  1. Faktor obat
Hiperpigmentasi yang disebabkan oleh agen toksik, atau obat-obatan dianggap 10-20% dari semua kasus hiperpigmentasi yang diperoleh (Yani, 2008). Misalnya difenil hidantoin, mesantoin, klorpromasin, sitostatik, dan minosiklin dapat menyebabkan timbulnya melasma. Obat ini ditimbun di lapisan dermis bagian atas dan secara kumulatif dapat merangsang melanogenesis (Soepardiman, 2010).

  1. Faktor infeksi kronis, infeksi parasite, proses keganasan
  2. Idiopatik

  1. Manifestasi Klinis
Lesi melasma berupa makula berwarna coklat muda atau coklat tua berbatas tegas dengan tepi tidak teratur, sering pada pipi, dan hidung yang disebut pola malar seperti pada Gambar 2.1. Pola mandibular terdapat pada dagu, sedangkan pola sentrofasial di pelipis, dahi, alis, dan bibir atas. Warna keabu-abuan atau kebiru-biruan terutama pada tipe dermal (Soepardiman, 2010).

Askep pada Pasien dengan Melasma Lengkap, Melasma

Melasma (Robert, 2009)

  1. Patofisiologi
Melasma adalah kelainan hypermelanosis didapat pada kulit yang terpapar sinar matahari. Pada melasma terjadi produksi pigmentasi akibat peningkatan produksi melanin atau peningkatan proliferasi melanosit yang aktif. Peningkatan produksi melanin ini terjadi tanpa perubahan jumlah melanosit. Mekanisme timbulnya melasma yang terjadi dalam berupa proses pembentukan melanin, dapat berupa peningkatan produksi melanosom, peningkatan melanisasi melanosom, pembentukan melanosom yang lebih besar ( bertambahnya ukuran melanosom ), peningkatan pemindahan  (transfer) melanosom dari melanosit ke keratinosit, serta peningkatan ketahanan melanosom dalam keratinosit. (Park dan Yaar, 2012).

Meskipun melasma memiliki banyak factor etiologi yang diakui namun pathogenesis pastinya tidak diketahui (Soepadiman, 2010). Bukti menunjukkan bahwa factor internal dan lingkungan mungkin bertanggungjawab untuk memicu, mempertahankan, dan membuat kambuh lesi melisma (Tadokoro et al, 2002). Factor – factor tersebut seperti pengaruh genetic, paparan radiasi UV, kehamilan, kontrasepsi oral, terapi estrogen / progesterone, disfungsi tiroid, kosmetik dan obat – obatan seperti obat anti kejang dan fototosik. (Im et al, 2002).  Faktor terpenting dalam terjadinya melasma adalah pajanan sinar matahari. Radiasi Ultraviolet menyebabkan terbentuknya Reactive Oxygen Specias (ROS) yang mengakibatkan stress oksidatif. Stress oksidatif berperan penting pada efek biologik yang disebabkan oleh radiasi UV. Radiasi UV menyebabkan peroksidasi lipid di membran sel, mengakibatkan terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas ini kemudian akan menstimulasi melanosit untuk memproduksi melanin berlebih.

  1. Pemeriksaan Diagnostik
  1. Anamnesis: usia,onset,gejala klinis,faktor predisposisi
  2. Pemeriksaan:
  1. Pemeriksaan secara kasat mata dengan sinar, melasma dibedakan atas :
    1. Tipe epidermal : lesi terlihat berwarna coklat muda.
    2. Tipe dermal : lesi terlihat berwarna abu-abu atau abu-abu kebiruan.
    3. Tipe campuran : lesi terlihat berwarna coklat gelap.
  2. Histopatologi
Lesi kulit melasma terlihat jelas berbeda dibanding dengan kulit normal. Terdapat tiga gambaran histopatologis dari pigmentasi yaitu epidermal, dermal, dan campuran.Pada melasma tipe epidermal, yang terlihat berwarna kecoklatan, terdapat peningkatan melanin di lapisan basal dan suprabasal. Peningkatan jumlah dan aktivitas melanosit masih diamati seiring dengan meningkatnya transfer melanosom ke keratinosit. Tipe epidermal lebih responsif terhadap pengobatan. Pada melasma tipe dermal, yang terlihat berwarna abu-abu kebiruan, pigmen melanin yang diproduksi oleh melanosit epidermal memasuki papilla dermis dan diambil oleh makrofag (melanofag), dimana sering berkumpul di sekitar pembuluh darah kecil dan dilatasi. Pada melasma tipe campuran ditandai dengan adanya deposisi pada lapisan dermal dan epidermal.

  1. Mikroskop electron
Gambar ultrasruktur melanosit dalam lapisan basal memberi kesan aktivitas melanosit meningkat.

  1. Wood lamp
Berdasarkan lokalisasi pigmen melasma terbagi dalam empat tipe. Klasifikasi sebelum pengobatan sangat penting oleh karena lokalisasi pigmen dapat menentukan pengobatan yang akan dipilih. Untuk membantu dalam menentukan lokalisasi pigmen, sebelum diterapi maka pasien harus diperiksa dengan menggunakan lampu Wood.

Tipe lokalisasi pemeriksaan :
  • Tipe epidermal : warna lesi tampak lebih jelas
  • Tipe dermal : warna lesi tidak betambah kontras
  • Tipe campuran : ada lesi yang bertambah kontras dan ada yang tidak
  • Tipe tidak jelas : dengan sinar wood lesi menjadi tidak jelas,dengan sinar biasa menjadi jelas.
  1. Pemeriksaan laboratorium
Tidak diindikasikan, hanya saja dapat dipertimbangkan untuk pemeriksaan fungsi endokrin,tiroid dan hepatic.

  1. Penatalaksanaan
Pengobatan melasma memerlukan waktu yang cukup lama, kontrol yang teratur serta kerjasama yang baik antara penderita dan dokter yang menanganinya. Kebanyakan penderita berobat karena alasan kosmetik.pengobatan dan perawatan kulit harusdilakukan secara teratur dan sempurna karena melasma bersifat kronik residif. Pengobatan yang sempurna adalah pengobatan yang kausal, maka penting untuk dicari etiologinya.

  1. Pencegahan
  1. Mengatasi peran matahari sebagai salah satu faktor etiologi dan eksaserbasi yang sangat penting yaitu :
  • Penderita diharuskan menghindari pajanan langsung sinar UV.
  • Bila keluar rumah menggunakan paying atau topi yang lebar.
  • Melindungi kulit dengan memakai tabir surya.

  1. Menghilangkan faktor yang merupakan penyebab melasma misalnya:
  • Menghentikan pemakaian pil kontrasepsi dan mengganti dengan kontrasepsi lain yang bukan hormonal.
  • Menghentikan pemakaian kosmetika yang berwarna atau mengandung parfum yang dapat menyebabkan hiperpigmentasi.
  • Mencegah pemberian obat-obatan yang dapat merangsang hiperpigmentasi, contohnya: hidantoin,sitostatika,obat anti malaria,dan minosiklin.
  1. Pengobatan
  1. Pengobatan topical
  • Hidrokinon
Sampai saat ini hidrokinon merupakan bahan pemutih yang paling banyak dipakai untuk pengobatan melasma dan relatif aman serta efektif. Cara kerja dari hidrokinon adalah menghambat konversi dopa menjadi melanin dengan menghambat enzim tirosinase.

  • Asam retinoat(retinoic acid/ tretinoin)
Asam retinoat mempunyai efek keratolitik yang mengurangi pigmentasi.

  • Asam azeleat (azeleic acid)
Asam azeleat merupakan obat aman untuk dipakai. Asam azeleat bertindak sebagai kompetitif inhibitor enzim tirosinase, yaitu suatu enzim yang paling berperan pada proses melanogenesis. Selanjutnya terbukti pula bahwa golongan ini tidak mempunyai efek toksik ataupun kemampuan depigmentasi terhadap kulit normal.

  1. Pengobatan sistemik
  • Asam askorbat / vitamin c
Vitamin c mempunyai efek merubah melanin bentuk oksidasi menjadi melanin bentuk reduksi yang berwarna lebih cerah dan mencegah pembentukan melanin dengan menambah DOPA kinon menjadi DOPA.

  • Glutation
Glutation bentuk reduksi adalah senyawa sulfhidril (SH) yang berpotensi menghambat pembentukan melanin dengan jalan bergabung dengan Cuprum dari tirosinase

  1. Tindakan khusus
  • Pengelupasan kimiawi atau peeling
  • Bedah laser

  1. Komplikasi
Pada melasma tidak ada komplikasi yang cukup serius jika mendapat penanganan dengan baik dan tepat namun kasus ini dapat mengalami kekambuhan atau kasus berulang. Komplikasi atau efek samping dari pengobatan adalah iritasi lokal, jaringan parut, dermatitis kontak, dan patch pada kulit yang kulit yang lebih terang.

  1. Prognosis
Kebanyakan kasus dapat teratasi dengan baik meskipun membutuhkan waktu yang lama. Paparan sinar matahari yang terlalu sering dapat menghambat pengobatan dan menimbulkan kekambuhan. Perbaikan juga akan membutuhkan waktu yang lama pada pasien dengan perluasan gangguan melanin dilapisan dermis daripada epidermis.

Melasma biasanya menetap selama beberapa tahun. Kesalahan penggunaan kosmetik dapat memunculkan garis yang tidak wajar pada wajah. Melasma akan timbul pada wanita yang berhenti menggunakan kontrasepsi oral dan timbul beberapa bulan setelah melahirkan.



ASKEP Teori
  1. Pengkajian
  1. Identitas
Pada pengkajian identitas biodata (nama, jenis kelamin, umur, suku agama, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan), tanggal MRS, No.register, diagnosa medis.

  1. Riwayat Kesehatan
    1. Keluhan Utama
Mengeluh adanya ketidaknyamanan dengan kondisi kulit

  1. Riwayat Penyakit Sekarang
Ditemukan keadaan hiperpigmentasi setempat yang secara selektif mengenai melanosit dahi, area malar, pelipis, daerah antara bibir atas dan hidung, beberapa bagian lateral dagu dan pipi. Warna dapat bervariasi mulai dari cokelat muda sampai kehitaman dan berbentuk tidak teratur. Ukurannya juga sangat bervariasi. Lesi biasanya simetrik, terutama bila mengenai pipi sedangkan penyebarannya menyerupai topeng.

  1. Riwayat Penyakit Dahulu
Penggunaan pil kontrasepsi dapat menyebabkan melesma biasanya tampak setelah 1 bulan – 2 tahun setelah pemakaian.

  1. Riwayat Penyakit Keluarga
Salah satu faktor terjadinya melesma yaitu genetik

  1. Riwayat Obat-obatan
Riwayat pemakaian obat-obatan seperti difenil hidantoin, mesantoin, klorpromasin, sitostatik, dan minosiklin.

  1. Pemeriksaan Fisik
  1. B1 (Breath)
Pada pemeriksaan sistem pernafasan biasanya tidak ditemukan masalah.

  1. B2 (Blood)
Pada pemeriksaan sistem kardiovaskuler biasanya tidak ditemukan masalah.

  1. B3 (Brain)
Mungkin ditemukan adanya kegelisahan pada pasien, akan tetapi pada sistem persyarafan ini tidak ada masalah yang berarti.

  1. B4 (Bladder)
Pada pemeriksaan sistem perkemihan biasanya tidak ditemukan masalah.

  1. B5 (Bowel)
Pada pemeriksaan sistem pencernaan biasanya tidak ditemukan masalah.

  1. B6 (Bone)
Pada pemeriksaan sistem muskuloskeletal dan integumen, untuk sistem muskuloskeletal biasanya tidak ditemukan masalah. Dan pada sistem integumen biasanya ditemukan adanya kelainan atau deformitas pada kulit meliputi warna dan kondisi kulit serta kuku, jari, rambut. Jangan lupa untuk memeriksa turgor dan elastisitas kulit. Biasanya terjadi gangguan integritas kulit pada daerah wajah pasien. Pada pemeriksaan fisik melesma untuk kulit biasanya dilakukan di ruangan dengan pencahayaan yang baik.

  1. Pemeriksaan Diagnostik
Pada pemeriksaan diagnostik melesma biasanya dilakukan pemeriksaan histopatologik, pemeriksaan dengan mikroskop elektron serta pemeriksaan dengan sinar wood yang telah dijelaskan di bab sebelumnya.

  1. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
  1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fotosensitivitas pada wajah akibat radiasi
Tujuan      : Kerusakan integritas kulit pasien teratasi
Kriteria hasil         :
  1. Tidak ada lesi pada kulit
  2. Terjadi proses penyembuhan lesi
  3. Perfusi jaringan baik


No.
Intervensi
Rasional
1.
Kaji kerusakan jaringan lunak yang dialami pasien
Menentukan jenis melasma apa dan menjadi dasar dalam memilih jenis tindakan yang akan dilakukan
2.
Ajarkan pasien untuk menjaga kebersihan kulit wajah
Untuk menjaga kulit wajah kering dan bisa tetap bersih
3.
Anjurkan pasien untuk mengurangi penggunaan kosmetik yang berlebihan
Mengurangi faktor resiko terjadinya penyakit
4.
Kolaborasikan penggunaan kosmetik yang sesuai dengan kulit pasien
Membantu mencegah terjadinya radiasi yang berlebih
5.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet TKTP dan vitamin
Asupan nutrisi yang adekuat dapat mempercepat penyembuhan
6.
Kolaborasi pemberian topical depigmentating agent, seperti dydroquinon
Dydroquinon merupakan bahan kimia yang dapat menghambat tirosine, enzim yang berperan dalam produksi melamin.

  1. Gangguan body image berhubungan dengan proses penyakit akibat riwayat penggunaan pil kontrasepsi
Tujuan      : Gangguan body image pasien teratasi
Kriteria hasil :
  1. Body image positif
  2. Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
  3. Mampu menghargai kelebihan dan kekurangan diri

No.
Intervensi
Rasional
1.
Buat hubungan terapeutik perawat dengan pasien
Membantu pasien memulai untuk percaya dan berani mencoba pemikiran serta perilaku yang baru
2.
Beri kesempatan pasien menggambarkan dirinya sendiri
Membantu dalam mediskripsikan persepsi pasien tentang diri/ gambaran diri dan kenyataan situasi individu
3.
Dorong pasien untuk menghargai hidup serta menerima kondisi saat ini
Memahami dirinya dengan kelebihan  dan kekurangan saat ini, sehingga dapat meningkatkan percaya diri
4.
Libatkan keluarga, teman sebagai motivator
Keluarga adalah orang yang sering berinteraksi dengan klien, teman adalah orang yang terdekat yang sering diajak curhat serta berhubungan sosial.

  1. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan akibat kurangnya informasi
Tujuan      : Ansietas pasien teratasi
Kriteria hasil         :
  1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gelaja ansietas
  2. Klien mampu menunjukkan teknik untuk mengntrol ansietas
  3. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya ansietas

No.
Intervensi
Rasional
1.
Kaji tanda verbal dan nonverbal pasien ketika berkomunikasi
Reaksi verbal atau nonverbal dapat menunjukkan kegelisahan
2.
Gunakan pendekatan yang menyenangkan
Interaksi yang membuat pasien tenang dan nyaman sehingga dapat mengurangi kecemasan
3.
Berikan informasi faktual mengenai proses penyakit dan proses penyembuhannya
Informasi yang adekuat pada pasien dapat meningkatkan status kesehatan sehingga dapat mengahadapi dengan tenang
4.
Kaji intervensi yang dapat menurunkan ansietas, seperti: mendengarkan musik, bermain, olahraga, dsb.
Mengurangi ansietas dengan menggunakan intervensi melalui relaksasi pada tubuh yang lain
5.
Kolaborasi pemberian anticemas sesuai indikasi
Meningkatkan ketenangan serta dapat menurunkan kecemasan

  1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri berhubungan dengan kompleksitas regimen terapeutik
Tujuan : Manajemen kesehatan diri efektif
Kriteria hasil :
  1. Klien mampu mengintegrasi pengobatan penyakit dan sekuelnya
  2. Klien mampu mengatur kebiasaan terapeutik hidup sehari-hari
  3. Klien mampu memenuhi tujuan kesehatan yang spesifik
No.
Intervensi
Rasional
1.
Kaji faktor resiko
Mengurangi kegagalan dalam mengurangi faktor resiko serta dapat mempermudah dalam melakukan intervensi
2.
Kaji cara klien memasukkan regimen pengobatan dalam kehidupan sehari-hari
Kegagalan dalam memasukkan regimen pengobatan dapat menjadi faktor resiko sehingga klien dapat memperbaikinya
3.
Buat hubungan terapeutik dengan klien
Klien mengungkapkan bagaimana mengatasi penyakit sehingga dapat memberikan intervensi yang tepat
4.
Kolaborasi pemberian obat-obatan yang adekuat
Mengatasi kesulitan dalam regimen yang ditetapkan

  1. Koping individu inefektif berhubungan dengan perubahan penampilan sekunder
Tujuan : Koping individu efektif
Kriteria hasil    :
  1. Klien mampu mengungkapkan perasaan emosionalnya
  2. Klien mampu mengidentifikasi pola respons serta dampaknya
  3. Klien mampu mengidentifikasi kekuatan diri dan menerima dukungan melalui hubungan intrapersonal
No.
Intervensi
Rasional
1.
Kaji faktor penyebab dan faktor penunjang
Membantu dalam merencanakan intervensi yang efektif pada pasien
2.
Bina hubungan saling percaya dengan pasien
Memingkatkan perasaan emosional pasien dalan berhubungan dengan orang lain
3.
Tingkatkan status koping individu seperti mengajak bersosialisasi dengan pasien yang lain, dengan teman atau keluarga
Dapat meningkatkan koping yang efektif sehingga pasien merasa percaya diri
4.
Bantu klien mengembangkan strategi pemecahan masalah yang tepat
Membuat klien mampu mempertahankan konsep diri dan menjaga hubungan menyenangkan dengan orang lain

  1. Evaluasi
  1. Kerusakan integritas kulit dapat teratasi
  2. Gangguan body image teratasi
  3. Ansietas teratasi
  4. Manajemen kesehatan diri efektif
  5. Koping individu efektif

  1. ASKEP Kasus MELASMA
Ny.Y (26) datang ke puskesmas Kenjeran untuk memeriksakan kehamilannya pada trisemester ketiga. Ny.Y mengeluhkan timbulnya bercak berwarna cokelat tua berbatas tegas pada daerah wajah, yaitu di pipi, hidung, dahi, dan dagu. Bercak tersebut terlihat lebih jelas di bawah sinar. Bercak sudah tampak sejak trisemester kedua dan dirasakan semakin meluas saat ini. Ny.Y menyatakan malu kepada teman-teman arisannya. Ny.Y malu dengan bercak yang muncul di wajahnya karena tampak tak secantik dulu. Klien cemas terhadap keadaan kulit wajahnya dan terus menanyakan apakah kulitnya dapat kembali seperti sedia kala. Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 87x/menit, napas 20x/menit, dan suhu 36,7 C. Klien didiagnosis melisma.

PENGKAJIAN
  1. Identitas Klien
  1. Nama                     : Ny.Y
  2. Usia                       : 26 tahun
  3. Jenis kelamin         : Perempuan
  4. Alamat                  : Surabaya
  5. Pendidikan                        : SMA
  6. Pekerjaan               : Ibu rumah tangga
  7. Suku/Bangsa         : Jawa/Indonesia
  8. Diagnosa medis     : Melasma

  1. Keluhan Utama
Bercak berwarna cokelat tua berbatas tegas pada daerah wajah, yaitu di pipi, hidung, dahi, dan dagu

  1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat pemeriksaan antenatal trisemester ketiga, klien mengeluhkan timbulnya bercak bercak berwarna cokelat tua berbatas tegas pada daerah wajah, yaitu di pipi, hidung, dahi, dan dagu

  1. Riwayat Kesehatan Dahulu
Tidak ditemukan riwayat kesehatan dahulu

  1. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ditemukan riwayat kesehatan keluarga

  1. Riwayat Penggunaan Obat
Sebelum kehamilan, Ny.Y biasa menggunakan kontrasepsi pil KB

  1. Pemeriksaan Fisik
B1 (Breath)     : Pada pemeriksaan sistem pernafasan biasanya tidak ditemukan masalah.
B2 (Blood)      : Pada pemeriksaan sistem kardiovaskuler biasanya tidak ditemukan masalah.
B3 (Brain)       :Mungkin ditemukan adanya kegelisahan pada pasien, akan tetapi pada sistem persyarafan ini tidak ada masalah yang berarti.
B4 (Bladder)   :Pada pemeriksaan sistem perkemihan biasanya tidak ditemukan masalah.
B5 (Bowel)     :Pada pemeriksaan sistem pencernaan biasanya tidak ditemukan masalah.
B6 (Bone)       : Pada pemeriksaan sistem muskuloskeletal dan integumen, untuk sistem muskuloskeletal biasanya tidak ditemukan masalah. Dan pada sistem integumen biasanya ditemukan adanya kelainan atau deformitas pada kulit meliputi warna dan kondisi kulit wajah. Terjadi gangguan pada turgor dan elastisitas kulit. Biasanya terjadi gangguan integritas kulit pada daerah wajah pasien. Pada pemeriksaan fisik melesma untuk kulit biasanya dilakukan di ruangan dengan pencahayaan yang baik.

ANALISA DATA
Data
Etiologi
Masalah Keperawatan
DS
Ny.Y menyatakan malu kepada teman-teman arisannya, Ny.Y malu dengan bercak yang muncul di wajahnya karena tampak tak secantik dulu.
DO
Klien tampak tidak percaya diri
Adanya bercak kecoklatan pada wajah






Perbedaan warna kulit berbatas tegas dan berwarna terang





Koping inefektif






Harga diri rendah
Harga diri rendah
DS
Klien cemas terhadap keadaan kulit wajahnya dan terus menanyakan apakah kulitnya dapat kembali seperti sedia kala
DO
Klien tampak gelisah
Penurunan jumlah dan fungsi melanosit






Terbentuknya bercak putih pada bagian tubuh






Kerusakan integritas kulit






Informasi kurang






Ansietas
Ansietas

DIAGNOSIS KEPERAWATAN
  1. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan citra tubuh
  2. Ansietas berhubungan dengan perubahan mayor: status kesehatan

INTERVENSI KEPERAWATAN
No.
Diagnosa Keperawatan
NOC
NIC
1.
Harga diri rendah (00120) berhubungan dengan perubahan citra tubuh
Self-esteem

Kriteria Hasil:
  1. Mengatakan penerimaan tehadap keadaan diri sendiri (5)
  2. Mempertahankan kesuksesan interaksi sosial (5)
  3. Menyatakan level kenyamanan dengan keadaan diiri sendiri (5)
  4. Merasa dihargai (5)

Self-esteem: situational low
  1. Meningkatkan citra tubuh
  2. Meningkatkan harga diri
  3. Meningkatkan sosialisasi
  4. Memberikan dukungan emosi
  5. Meningkatkan support system

Self-esteem enhancement
  1. Memonitoring pernyataan harga diri klien
  2. Membuat pernyataan positif tentang klien
  3. Mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi dengan orang lain
  4. Penerimaan terhadap perubahan pada dirinya sendiri
2.
Ansietas berhubungan dengan perubahan mayor: status kesehatan

Anxiety
Anxiety level
Anxiety self-control

Kriteria Hasil
  1. Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas
  2. Vital sign dalam batas normal
  3. Ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan tingkat aktivitas menunjukkan level kesemasan berkurang
  4. Mampu mengontrol respon ansietas
  5. Menunjukkan koping yang efektif

  1. Gunakan pendekatan yang menenangkan, dengarkan dengan penuh perhatian dan beri kesempatan untuk mendiskusikan kekhawatirannya
  2. Dorong keluarga/orang terdekat untuk memberi support
  3. Beri pemahaman kepada klien tentang penyakitnya
  4. Dengarkan keluhan klien dengan penuh perhatian

EVALUASI
  1. Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan citra tubuh
No.
Indikator Target
(Kriteria Hasil)
Tingkat Kontrol Nyeri
Tidak bisa menjelaskan
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
1
2
3
4
5
1.
Klien mengatakan penerimaan tehadap keadaan diri sendiri
1
2
3
4
5
2.
Klien mempertahankan kesuksesan interaksi di lingkungan sekolah/kampus
1
2
3
4
5
3.
Klien mempertahankan kesuksesan interaksi sosial
1
2
3
4

4.
Klien menyatakan level kenyamanan dengan keadaan diiri sendiri
1
2
3
4
5
5.
Klien merasa dihargai
1
2
3
4
5

  1. Ansietas berhubungan dengan perubahan mayor: status kesehatan
No.
Indikator Target
(Kriteria Hasil)
Tingkat Kontrol Nyeri
Tidak bisa menjelaskan
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
1
2
3
4
5
1.
Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas

1
2
3
4
5
2.
Vital sign dalam batas normal

1
2
3
4
5
3.
Ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan tingkat aktivitas menunjukkan level kesemasan berkurang

1
2
3
4
5
4.
Mampu mengontrol respon ansietas

1
2
3
4
5
5.
Menunjukkan koping yang efektif

1
2
3
4
5




DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti. 2013. Vitiligo. Diakses dari www.scribd.com/doc/140402668/VITILIGO-doc#scribd pada 29/04/2015.
American Academy of Dermatology. Vitiligo: tips for managing. http://www.aad.org/dermatology-a-to-z/diseases-and-treatments/u---w/vitiligo/tips. Diakses pada tanggal 26 April 2015 pukul 20.30
Anonim. 2012. http://www.nhs.uk/Conditions/Vitiligo/Pages/Introduction.aspx Diakses pada tanggal 26 April 2015 pukul 20.35
Eagle, Sharon. 2012. Disease in a Flash! An Interactive, Flash-Card Approach. Philadelphia: F. A Davis Company
Babu, Hanish. 2009.  Normal Course and Prognosis of Vitiligo. http://www.persify.com/id/perspectives/medical-conditions-diseases/albinisme-_-9510001031307. Diakses pada tanggal 26 Maret 2014 pukul 20.35.
Doengoes, E.M., Moorhouse, M, F., & Geissler, A. C. (2002). Nursing care plans: gidelines for planning and documenting patient care (3rd ed). Jakarta: EGC.
http://www.home-remedies-for-you.com/albinism/prognosis.html
Jain, Anju.,Jyoti Mal.,Vibhu Mehndiratta, et al. Study of Oxidative Stress in Vitiligo. Ind J Clin Biochem (Jan-Mar 2011). 26(1):78-81. DOI 10.1007/s12291-010-0045-7.
James WD, Berger TG, Elston DM. 2006. Andrew’s Disease of The Skin. 10th ed. Saunders Elseiver: Philadelpia. 860-862.
Montemarano A et al, Melasma; Medscape, Mar 2011
Susanto, Agus Henry. 2013. Albinisme pada Manusia. Fakultas Biologi Unsoed.
Taylor, C. M., & Ralph, S. S. (2010). Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M. 2009. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC
Williams, Hywel, et al. 2014. Evidence Based Dermatology 3rd Edition. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc
Wolff K, Johnson RA. 2009. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. 6th ed. Mcgraw Hill Medical : NewYork.335-341.

Taylor, C. M., & Ralph, S




Demikianlah Artikel Askep pada Pasien dengan Melasma Lengkap

Sekianlah artikel Askep pada Pasien dengan Melasma Lengkap kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Askep pada Pasien dengan Melasma Lengkap dengan alamat link https://askep-nursing.blogspot.com/2018/04/askep-pada-pasien-dengan-melasma.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar