Judul : Alzheimer Disease
link : Alzheimer Disease
Alzheimer Disease
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
- Anatomi dan Fisiologi Otak
 
Otak  manusia mengandung hampir 98% jaringan saraf tubuh. Kisaran berat otak  sekitar 1,4 kg dan mempunyai isi sekitar 1200 cc. Otak laki-laki lebih  besar 10% dari otak perempuan. Seseorang denga ukuran otak kecil dan  ukuran otak besar secara fungsional adalah sama (Simon dan Schuster,  1998).
Anatomi otak manusia:
- Batang otak terletak di bagian bawah otak berfungsi untuk sistem kendali tubuh seperti bernapas, denyut jantung, tidur dan tekanan darah.
 - Serebelum merupakan bagian kedua terbesar yang berfungsi untuk mengkoordinasi pergerakan otot dan mengontrol keseimbangan
 - Serebrum adalah bagian terbesar dari otak yang berfungsi untuk berpikir, berbicara, mengingat, menerima sensor dan pergerakan. serebrum di bagi atas empat bagian yang masing-masing mempunyai tugas khusus
 - Frontal lobe terletak di belakang kepala berfungsi untuk berpikir, belajar, emosi dan pergerakan.
 - Occipital lobe berfungsi untuk memproses objek atau untuk penglihatan.
 - Pariental lobe terletak di bagian atas otak yang berfungsi untuk merasakan sensai pada tubuh seperti sentuhan, temperatur dan rasa sakit.
 - Temporal lobe berfungsi untuk memproses suara yang masuk dan juga daya ingat.
 
- Definisi Alzheimer
 
Penyakit Alzheimer adalahsuatu kondisiotakperlahanmengerutdan mati.Sel-sel sarafdi otakberhenti bekerja, dan sinyalotaktidakberfungsi dengan baik (Kelly.2008).
Penyakit Alzheimer adalah demensia kortikal ditandai dengan,kehilangan lambat progresif fungsi kognitif yang biasanya berlangsung selama 8 sampai 12 tahun (antara 5 sampai 20 tahun) yang memuncak dan berakhir dengan kematian (Agronin.2004).
- Tipe Penyakit Alzheimer
 
- Early-Onset Alzheimer’s Disease
 
Tipe  ini jarang dari penyakit Alzheimer, orang yang didiagnosis dengan  penyakit sebelum usia 65 tahun. Usia saat onset dalam beberapa keluarga  muda adalah 35 tahun, dan beberapa kasus penyakit ini dimulai pada  pertengahan 20-an. Kurang dari 10% dari semua pasien penyakit Alzheimer  memiliki jenis penyakit Alzheimer ini (Mayo Clinic.com.2007).  Orang-orang muda yang mengidap penyakit Alzheimer memiliki lebih dari  kelainan otak yang terkait dengan penyakit Alzheimer. Sebuah kondisi  yang disebut mioklonus - bentuk otot mengkerut dan kejang  juga lebih  sering terjadi pada awal-awal Alzheimer dari pada Late-Onset Alzheimer’s Disease (WebMD.2007).
- Late-Onset Alzheimer’s Disease
 
Tipe ini yang paling umum, sekitar 90% kasus dan biasanya yang terjadi setelah usia 65 tahun. Serangan Late-Onset Alzheimer’s Disease  hampir setengah dari semua orang di atas usia 85 tahun (WebMD.2007). Late-Onset Alzheimer’s Disease tidak diwariskan dalam cara yang sama seperti beberapa kasus awal  penyakit Alzheimer. Banyak faktor yang menyebabkan risiko seseorang  terserang Late-Onset Alzheimer’s Disease. Faktor genetik dan  lingkungan dapat mempengaruhi tetapi diketahui bahwa memiliki anggota  keluarga dekat dengan kondisi meningkatkan risiko, meskipun hanya dengan  jumlah kecil. (Ertekin-Taner et al,2000 )
- Familial Alzheimer’s Disease
 
Familial Alzheimer’s Disease (FAD) adalah jenis yang sangat jarang dari penyakit Alzheimer, kurang dari 1% dari semua kasus penyakit Alzheimer. Familial Alzheimer’s Disease biasanya menyerang pada usia lebih muda, sekitar berusia 40 dan 50-an (WebMD.2007). Penyakit ini diturunkan melalui gen.
2.4 Etiologi Alzheimer
Etiologi penyakit alzheimer tidak diketahui, meskipun kaitannya genetik atau riwayat cedera otak dapat berdampak di beberapa kasus. Faktor lingkungan dan virus telah diduga sebagai penyebabnya, tetapi tidak ditemukan adanya bukti untuk membenarkan dugaan ini. (Brooker, 2008)
Menurut lembaga nasional pada penuaan (2006) penyakit alzheimer mengganggu setiap proses neuron yang sehat seperti komunikasi, mobilisasi, dan perbaikan. Akibatnya, sel-sel saraf di otak berhenti bekerja, kehilangan koneksi dengan sel saraf lainnya dan akhirnya mati. Kehancuran dan kematian sel-sel saraf menyebabkan kegagalan memori, perubahan kepribadian, masalah dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Menurut hipotesis, akumulasi Abeta dalam otak adalah pengaruh utama yang mendorong pathogenesis penyakit alzheimer (Hardy dan Selkoe, 2002) .
Faktor-faktor resiko penyakit Alzheimer antara lain:
- Usia: kebanyakan penderita berusia lebih dari 65 tahun ke atas
 - Factor genetic : mutasi gen protein precursor amiloid, gen presenilin 1 dan 2, serta apolipoprotein E
 - Factor lingkungan seperti riwayat cedera kepala berat
 - Penyakit metabolic: obesitas, hiperlipidemi, dan diabetes mellitus.
 
Hilangnya  ingatan mengenai kejadian yang baru lewat adalah keluhan utama yang  bisa timbul. Pemahaman bisa tetap normal pada tahap awal dan sering  dijumpai adanya depresi. Kemudian, gangguan ingatan yang lebih jelas  disertai oleh gangguan kemampuan motorik, seringkali disertai gambaran  ekstrapiramidalis. Gangguan pola tidur, hilangnya control sfingter, dan  perubahan kepribadian turut menyebabkan disintegrasi social progresif  (Rubenstein,dkk.2007).
Diagnosa klinis  Alzheimer biasanya sangat sensitive dalam mendiagnosis kasus positif,  namun dapat salah mendiagnosis, terutama pada indivisu tua. Gambaran  klinis adalah sebagai berikut:
- Keadaan mudah lupa yang berkembang lambat dan membahayakan, penurunan kemampuan menilai, perubahan kepribadian dan perilaku yang berkembang dalam periode sampai 10 tahun.
 - Sering terjadi kehilangan memori jangka pendek dan masalah dengan konsep matematik (Corwin, 2009).
 
Menurut  George Dewanto dalam bukunya yang berjudul Paduan praktis Diagnosis dan  Tata Laksana Penyakit Saraf (2009) manifestasi klinis penyakit  Alzheimer terdiri atas manifestasi gangguan kognitif, gangguan  psikiatrik dan perilaku. Gangguan kognitif awal adalah gangguan memori  jangka pendek atau memori kerja. Gangguan ini akan diikuti dengan  kesulitan berbahasa, disorientasi visuospasial dan waktu, serta  inatensi.penderita mengalami ketergantunfan dalam melakukan aktivitas  sehari-harinya seiring perjalanan penyakit, akan muncul gangguan  psikiatrik dan perilaku seperti depresi, kecemasan, halusinasi, waham,  dan perilaku agatasi
Gambaran klinis Alzheimer berdasarkan stadiumnya:
- Stadium awal
 
- Dapat dianggap sebagai pikun yang wajar, kurang berenergi dan sering kali tidak disadari.
 - Mengulang kata-kata, salah menempatkan benda, kesulitan menyebutkan nama untuk benda-benda yang sudah dikenal, tersesat dijalan yang biasa dilewati, perubahan perilaku, kehilangan minat pada hal yang sebelumnya disukai, kesulitan melakukan sesuatu yang mudah dilakukan dan kesulitan mempelajari informasi baru
 
- Stadium lebih lanjut
 
- Gejala makin jelas seperti masih dapat melakukan pekerjaannya sendiri tetapi memerlukan bantuan untuk melakukan aktivitas yang lebih sulit
 - Melupakan detail mengenai peristiwa tertentu, melupakan peristiwa kehidupan sendiri, tidak mengenali diri sendiri, halusinasi, argumentasi, perilaku agitasi, waham, depresi, kesulitan dalam melakukan hal dasar seperti menyiapkan makanan dan menyetir
 
- Stadium akhir
 
2.6 Patofisiologi Alzheimer
- Tidak dapat melakukan kegiatan tanpa bantuan orang lain
 
Secara makroskopik, perubahan otak pada Alzheimer Disease melibatkan  kerusakan berat neuron korteks dan hipokampus, serta penimbunan amiloid  dalam pembuluh darah intrakranial. Perubahan morfologis terdiri dari  dua cirri khas lesi yang pada akhirnya berkembang menjadi degenerasi  soma (badan) dan / atau akson dan dendrit neuron. Satutan dalesi pada Alzheimer Diseasea dalah kekusutan neuro fibrilaris, yaitu struktur intraselular yang berisi serat kusut, melintir, yang sebagian besar terdiri dari protein yang disebut protein tau.
Dalam system saraf pusat (SSP), protein tau sebagian  besar telah dipelajari sebagai penghambat pembentuk struktural yang  terikat dan menstabilkan mikrotubulus, dan merupakan komponen penting  dari sitoskleton (kerangka penyangga interna) sel neuronal. Di dalam  neuron-neuron, mikrotubulus membentuk struktur yang membawa zat-zat  makanan dan molekul lain dari badan sel menuju ujung akson, sehingga  terbentuk jembatan penghubung dengan neuron lain. Pada neuron seseorang  yang terserang Alzheimer Disease, terjadi fosforilasi abnormal dari protein tau, secara kimia menyebabkan perubahan pada protein tau sehingga tidak dapat terikat pada mikrotubulus secara bersama-sama. Protein tau yang abnormal terpuntir masuk ke filament heliks ganda yang  sekelilingnya masing-masing terluka. Dengan kolapsnya system transpor  internal, hubungan interselular adalah yang pertama kali tidak  berfungsi, dan akhirnya diikuti oleh kematian sel. Pembentukan neuron  yang kusut dan rusaknya neuron berkembang bersamaan dengan berkembangnya  Alzheimer Disease. (Ishihara dkk, 1999)
Lesi khas lain pada penyakit Alzheimer adalah plaksenilis, terutama  terdiri dari beta amiloid (A-beta) yang terbentuk dalam cairan jaringan  di sekeliling neuron bukan dalam sel neuronal. A-beta adalah fragmen  protein besar disebut protein prosekusor amiloid (APP), yang dalam  keadaan normal melekat pada membran neuronal dan berperan dalam  pertumbuhan dan pertahanan neuron. APP terbagi menjadi fragmen-fragmen  oleh protease, dan salah satu fragmennya adalah A-beta “lengket” yang  berkembang menjadi gumpalan yang dapat terlarut. Gumpalan tersebut  akhirnya tercampur dengan bagian dari neuron dansel-sel glia (khususnya  mikroglia dan astrosit). Setelah beberapa waktu, campuran A-beta membeku  menjadi fibril-fibril yang membentuk plak yang matang, padat, tidak  dapat larut,dan diyakini beracun bagi neuron yang utuh (Medscape, 2000).  Kemungkinan lain adalah bahwa A-beta menghasilkan radikal bebas (suatu  tipe molekul yang mudah bereaksi dengan molekul lain, menimbukan  perubahan kimia beracun yang merusak sel-sel lain). Walaupun kekusutan  dan plak tidak khas pada AD, distribusinya menyebar dan melimpah dalam  otak yang merupakan ciri khas dari demensia tipe ini.
Dengan  semakin berkembangnya penyakit Alzheimer, pengidapnya akan kehilangan  kemampuan untuk menjaga dirinya. Hal inilah yang membuat pengidap  Alzheimer rentan terhadap beberapa masalah kesehatan, seperti :
- Pneumonia
 
Kesulitan  menelan makanan dan cairan menyebabkan penderita Alzheimer menghirup  (menghisap) apa yang mereka makan atau minum kedalam saluran pernapasan  dan paru, yang dapata menyebabkan pneumoni.
- Infeksi
 
Kesulitan menahan air seni membuat penderita membutuhkan kateter urin, yang dapat menyebabkan infeksi.
Saat  ini belum ada tes atau pemeriksaan khusus untuk menyatakan  apakah seseorang menderita penyakit Alzheimer atau tidak. Dokter akan  membuat penilaian dari semua gejala yang muncul, informasi yang  diberikan pasien, serta hasil berbagai tes yang dijalani.Untuk  membedakan penyakit Alzheimer dari penyebab kehilangan memori lainnya,  biasanya akan dilakukan beberapa jenis tes berikut:
- Pemeriksaan Fisik dan Neurologis
 
Dokter  akan melakukan pemeriksaan fisik dan kemungkinan akan diikuti dengan  pemeriksaan neurologis juga. Berikut pemeriksaan yang biasanya  dilakukan:
- Refleks
 - Kekuatan otot
 - Kemampuan untuk bangun dari duduk di kursi dan berjalan melintasi ruangan
 - Kemampuan penglihatan dan merasakan sentuhan
 - Koordinasi
 - Keseimbangan
 
- Pemeriksaan Laboratorium
 
Pemeriksaan  darah dapat membantu dokter melihat apakah ada penyebab potensial yang  menyebabkan gangguan ingatan dan kebingungan, misalnya gangguan tiroid  atau defisiensi vitamin.
- Pemeriksaan Status Mental
 
Dokter  mungkin akan melakukan pemeriksaan status mental singkat untuk menilai  daya ingat dan kemampuan berpikir. Pemeriksaan status mental biasanya  memakan waktu singkat sekitar 10 menit. Biasanya dalam pemeriksaan  tersebut pasien diminta melakukan beberapa tugas dan menjawab pertanyaan  sebagai berikut:
- Menggambar jam dengan jarum yang menujukkan waktu yang ditentukan oleh pemeriksa.
 - Menyebutkan nama hari, tanggal, dan tempat saat ini.
 - Menyalin dan menggambar dua garis yang saling berpotongan.
 - Mengikuti tiga tahap perintah.
 - Mengingat tiga kata yang diucapkan oleh pemeriksa.
 - Menulis satu kalimat lengkap.
 - Menghitung mundur dari 100 yang dikurangi 7.
 
- Pemeriksaan Neuropsikologis
 
Dokter  mungkin akan merekomendasikan pemeriksaan yang lebih luas untuk  mengevaluasi daya ingat dan kemampuan berpikir pasien. Pemeriksaan  neuropsikologis yang lebih lama bisa membutuhkan waktu beberapa jam  untuk menyelesaikannya.
Pemeriksaan  ini dapat memberikan informasi tambahan yang lebih detail mengenai  fungsi mental pasien dibandingkan dengan orang lain yang memiliki usia  dan tingkat pendidikan yang sama dengan pasien. Jenis pemeriksaan ini  akan sangat membantu dokter untuk melihat apakah pasien mengalami tahap  paling awal dari penyakit Alzheimer atau demensia lainnya. Pemeriksan  ini juga bisa membantu mengidentifikasi pola perubahan yang berhubungan  dengan berbagai jenis demensia.
- Pencitraan Otak (Brain Imaging)
 
Pencitraan  otak digunakan terutama untuk menentukan adanya kelainan yang terkait  dengan kondisi kesehatan yang dapat menyebabkan perubahan kognitif,  misalnya stroke, trauma, atau tumor. Pencitraan otak memungkinkan dokter  untuk mendeteksi perubahan otak spesifik yang disebabkan oleh penyakit  Alzheimer. Saat ini aplikasi tersebut baru digunakan oleh pusat  pelayanan kesehatan besar atau uji klinis saja. Teknologi pencitraan  otak diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Computerized Tomography (CT Scan)
Tes  ini tidak menimbulkan rasa sakit dan membutuhkan waktu sekitar 20  menit. CT Scan merupakan pemeriksaan yang sering digunakan terutama pada  pasien tumor, stroke, dan cedera kepala.
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI  menggunakan gelombang radio dan medan magnet yang kuat untuk  menghasilkan gambaran yang rinci dari otak. Seluruh prosedur ini dapat  memakan waktu satu jam atau lebih. Pemeriksaan MRI tidak menimbulkan  rasa sakit, tetapi beberapa orang merasa sesak di dalam mesin dan merasa  terganggu oleh kebisingan yang ditimbulkan alat.
Saat  ini MRI digunakan terutama untuk melihat kondisi yang mungkin  menyebabkan gejala penurunan kognitif. Di masa depan, MRI mungkin dapat  digunakan untuk mengukur volume jaringan otak dan apakah penyusutan pada  daerah otak ada hubungannya dengan penyakit Alzheimer.
c. Positron Emission Tomography (PET Scan)
Selama  PET scan, pelacak radioaktif tingkat rendah akan disuntikkan ke dalam  pembuluh darah vena. Larutan pelacak merupakan bentuk khusus dari  glukosa (gula) yang menunjukkan aktivitas secara keseluruhan di berbagai  daerah otak.Pemeriksaan ini dapat menunjukkan bagian mana dari otak  yang tidak berfungsi dengan baik. Teknik PET scan terbaru bisa  mendeteksi tingkat plak di otak, satu ciri kelainan yang terkait dengan  Alzheimer.
Gambar  2.5. Keterangan: Scan otak dilakukan dengan PET menunjukkan bagaimana  AD mempengaruhi aktivitas otak . Gambar kiri ( A ) menunjukkan otak  normal , sedangkan kanan ( B ) adalah dari orang dengan AD . Daerah biru  dan hitam pada gambar kanan mengindikasikan mengurangi aktivitas otak  akibat penyakit ini.
Penting  untuk menyingkirkan penyebab demensia yang dapat diobati.  Penatalaksanaannya sebagian besar suportif, baik bagi pasien maupun  keluarganya, 97% orang yang merawat penderita mengalami gangguan  emosional. Pengobatan depresi mungkin efektif pada tahap awal. Obat yang  menghambat asetilkolineseterase, seperti donepezil dan galantamin, bisa  memperlambat penurunan kognitif (lihat kotak penelitian 8.7).Obat ini  memiliki efek samping kolinergik.
KOTAK PENELITIAN 8.7  | |
| Takrin  (suatu inhibitor kolinesterase) dosis tinggi (160mg/hari) memiliki  manfaat bila diberikan pada penyakit Alzheimer, yang dinilai melalui  kesan klinis maupun skor tes neuropsikologis, pada suatu penelitian acak  dengan control placebo yang berlangsung selama 30minggu. J Am Med Assoc 1994 :271 :985-991. Akan tetapi, penggunaan takrin mungkin terbatas karena efek sampingnya diantaranya hepatotoksisitas. J Am Med Assoc 1994 :271 : 992-998. Donezepil Study Group mengevaluasi keampuhan dan keamanan donezepil pada pasien dengan penyakit Alzheimer ringan sampai yang lumayan berat. Pasien yang diobati dengan donezepil menunjukkan perbaikan sehubungan dengan dosis yang diberikan pada skor penilaian penyakit Alzheimer. Donezepil tidak berhubungan dengan hepatotoksisitas seperti yang diamati pada pemberian inhibitor kolinesterase berbahan dasar akridin. Dementia 1996 :7 : 293-303. Alzheimer’s Disease Cooperative Study Melakukan percobaan double blind dengan kontrok placebo, menggunakan selegilin, α-tokoferol  | atau  keduanya pada pasien dengan kerusakan akibat penyakit Alzheimer yang  cukup berat di mana pengobatan dengan selegilin atau α-tokoferol  memperlambat perkembangan penyakit. N Engl J Med 1997 : 336 : 1216-1222 Feldman et al. melakukan penelitian mengenai keampuhan dan keamanan donezepil pada 290 pasien dengan penyakit Alzheimer sedang sampai berat. Hasilnya menunjukkan bahwa manfaat donezepil meluas hingga tahap penyakit Alzheimer yang lebih lanjut daripada yang diteliti sebelumnya dengan kemampuan ditoleransi yang sangat baik. Neurology 2001. 57 : 613-620. Tariot et al. melakukan penelitian acak double blind dengan control placebo selama 24minggu mengenai keampuhan dan keamanan donezepil pada 208 pasien dengan penyakit Alzheimer yang dirawat di rumah jompo. Pasien yang diobati dengan donezepil mempertahankan kemampuan atau bahkan mengalami perbaikan kognisi dan tingkat berat demensia secara keseluruhan., berlawanan dengan pasien yang diobati dengan placebo yang justru menunjukkan perburukan dalam periode terapi 6bulan. J Am Geriatr Soc 2001 : 49 : 1590-1599  | 
(Sumber : David Rubenstein, David Wayne, John Bradley. 2005. Lecture Notes Kedokteran Klinis edisi keenam, Surabaya : Erlangga Medical Series)
- Penatalaksanaan Multidisiplin
 
Penatalaksanaan Terapeutik
Manajmemen  pendukung, pelayanan sosial. Dukungan fisiologis dan psikologis untuk  pasien dan keluarga guna meningkatkan koping terhadap kemunduran  progresif.
- Penatalaksanaan Medis
 
Penanganan  klien dengan penyakit Alzheimer melibatkan baik klien maupun keluarga.  Obat penenang dan antidepresan dapat berguna dalam mengendalikan tingkah  laku klien. Pelayanan kesehatan rawat jalan untuk kesehatan dibutuhkan  oleh keluarga saat keadaan klien semakin memburuk dan memerlukan  perawatan total.
Dukungan keluarga.  Anggota keluarga harus tetap menjaga agar klien tidak melukai orang  lain. Memburuknya keadaan dapat diperkirakan dan terjadi setelah 3-10  tahun. Pada tahap lanjut dari penyakit, klien menjadi tidak dapat  mengatur eliminasi, tidak dapat mengurus keperluan dasar sehari-hari,  atau mengenali anggota keluarga. Kematian biasanya disebabkan oleh  infeksi atau malnutrisi.
Hasil  dari consensus epidemiologi  menyatakan bahwa prosentase untuk  prevalensi orang yang mengalami alzheimer semakin meningkat setiap  tahunnya, sehingga perlu diupayakan tindakan-tindakan promotif,  preventif maupun kuratif. Baik bagi mereka tanpa masalah maupun yang  sudah bermasalah sesuai dengan yang sudah dibahas di atas.
Penanganan yang bisa dilakukan dengan cara :
- Farmakologis (dengan obat).
 Hal ini perlu pemeriksaan dan pertimbangan secara individual. Penanganan jenis ini contohnya :
- Mengobati penyakit-penyakit yang memperberat kejadian alzheimer.
 - Mengobati gejala-gejala gangguan jiwa yang mungkin menyertai alzheimer.
 - Mengatasi masalah penyimpangan perilaku dengan obat-obat penenang (tranzquillizer dan hypnotic) serta memberikan obat-obatan anti kejang bila perlu.
 - Intervensi lain yaitu dengan antipsykotics, Anxiiolitycs, Selegiline, Antimanic drugs,Acetlcholinesterase inhibit.
 
b.   Non-Farmakologis (tanpa obat)
Hal ini bisa dilakukan oleh semua warga senior tanpa ada pertimbangan baik sebagai upaya promotif, prefentif maupun kuratif. Konsep penanganan Non-farmakologis bisa menggunakan rekreasi terapeutik. Konsep ini bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan kebutuhan psikososial lansia serta bertujuan meningkatkan dan mempertahankan kepercayaan diri, motivasi, mobilitas tantangan, interaksi sosial dan kebugaran mental.
Aktivitas-aktivitas yang memiliki dampak terapeutik diantaranya:
1.      Reminisensi
2.      Orientasi realitas
3.      Stimulasi kognitif
4.      Stimulasi sensorik
5.      Stimulasi fisik (berupa gerak dan latihan otak, GLO)
Pelaksanaan  program dilakukan dengan jumlah peserta yang tidak terlampau banyak,  dipimpin seorang koordinator yang memahami konsep ini.Peserta harus  dalam kelompok kebersamaan.
Aktivitas  reminisensi dilakukan dengan berbincang-bincang mengenai masalah yang  lampau, mengingat kembali masa lampaunya dengan memori episodik (materi  tentang waktu dan tempat kejadian). Dengan mengaktifkan memori episodik  yang naratif, imajinatif dan emosional akan meningkatkan daya ingat  kembali. Bersamaan dengan aktivitas tersebut juga dilakukan aktivitas  orientasi nyata dengan mengingatkan lokasi, waktu dan perang orang-orang  di masa lampau.
Aktivitas  reminisansi: Mengingat pengalaman anak usia dini kita biasanya  menggunakan kegiatan yang menyenangkan, dan untuk beberapa orang dengan  demensia dapat menjadi satu-satunya cara yang mungkin mereka dapat  melakukan kontak dengan identitas mereka sendiri. Orang dengan demensia  sering melupakan peristiwa baru-baru ini, namun ketika anda berbicara   tentang masa lalu atau melihat foto yang akan serimg menemukan bahwa ini  memicu kenangan jauh. Orang akan sering menunjukan kesenangan besar  untuk dapat berbagi kenangan ini dan berbicara tentang masa lalu. Cara  terbaik adalah jika anada “test” memori seseorang ketika melihat  benda-benda tua dan foto, karena hal ini dapat membuat orang merasa  frustasi atau cemas jika dia tidak dapat mengingat orang atau kejadian  tertentu. Bagaimana mamabantu orang mengingat, pada beberapa hari orang  akan mengingat banyak peristiwa dari melihat foto. Dia mungkin ingat  siapa orang-orang di foto atau dimana foto itu diambil, tetapi pada  hari-hari lain foto-foto tidak akan memicu kenangan (King,Debbie.2003).
Sebagai aktivitas rekreasi terapeutik ini juga dilakukan stimulasi kognitif disebut juga memory training, memory retraining atau cognitive rehabilitation. Aktivitas  ini perlu ditambah dengan aktivitas fisik seperti senam ataupun menurut  selera masing-masing. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kerja  jantung dan paru untuk mengalirkan darah yang penuh oksigen ke  bagian-bagian tubuh terutama otak selain itu juga memiliki tujuan  renovasi sel tubuh. Berbagai hal yang disebutkan tadi juga menguntungkan  bagi kondisi klinis praalzheimer seperti mild cognitive impairment, MCI dan vascular cognitive impairment, VCI serta kondisi klinis alzheimer vaskuler dan Alzeimer.
Dalam  jurnal yang meniliti melalui efek dari terapi musik terhadap lansia  penderita alzheimer. Dalam  jurnal tersebut dijelaskan melalui kebiasaan  mendengarkan music walaupun secara singkat akan sangat bermanfaat untuk  melatih ingatan para lansia penderitanya. Tingkat kegelisahannya pun  akan menurun, termasuk perilaku agresif verbal maupun non-verbalnya.
Terapi lain dengan pendekatan psikososial adalah :
2.11 Upaya Pencegahan Alzheimer
- Care giver : mengoptimalkan kemampuan yang masih ada
 - Mengurangi perilaku sulit
 - Menjaga keselamatannya
 - Memperbaiki kualitas hidup
 - Mengurangi stres terhadap care giver
 - Memberi kepuasaan kepada care giver
 
Pada  sebuah the International Conference on Nutrition and the Brain  disebutkan terdapat 7 pola makan yang dapat menurunkan risiko penyakit  Alzheimer, sebagai berikut:
- Menurunkan asupan lemak jenuh dan lemak trans. Lemak jenuh umumnya ditemukan pada daging dan beberapa jenis minyak seperti, minyak kelapa dan palm. Lemak trans umumnya ditemukan pada cemilan kue-kue dan makanan di goreng/deep-fried.
 - Sayur-sayuran, legumes (beans, peas, dan lentil), buah-buahan, dan whole-grains harus menjadi makanan utama.
 - 1 ons dari kacang-kacangan atau biji-bijian per hari dapat memberikan sumber yang sehat dari vitamin E.
 - Sumber vitamin B12 dari makanan olahan atau suplemen untuk memenuhi AKG (angka kebutuhan harian = 2,4 mcg per hari) harus menjadi bagian dari pola makan harian.
 - Ketika memilih suplemen multivitamin, pilih yang tidak mengandung iron atau copper. Hanya berikan suplemen yang mengandung iron jika disarankan oleh dokter.
 - Sementara peranan aluminum terhadap penyakit Alzheimer masih dalam penelitian, perlu diperhatikan untuk menghindari penggunaan alat masak, antasida, baking powder dan produk lain yang dapat mengkontribusikan asupan aluminum harian.
 - Olahraga secara teratur, kurang lebih yang sama dengan berjalan 40 menit 3 kali seminggu.
 
2.12 Web Of Caution (WOC)
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Ny. Celica Livingstone berumur 74 tahun. Saat itu, ia dibawa oleh  putrinya ke dokter keluarga untuk dievaluasi. Ny. Livingstone tinggal  sendirian dirumah selama beberapa tahun terakhir. Ia memasak dan merawat  dirinya sendiri. Putrinya bernama Judy yang tinggal di kota lain  sekitar 6 bulan yang lalu, selalu menghubungi Ny. Livingstone setiap  minggunya.
Selama panggilan telepon terputus, Judy menjadi khawatir. Ibunya  tampak sering terganggu dalam percakapan dan berulang kali mengatakan  bahwa dia "sangat khawatir." Ketika ditanya apa yang membuatnya  khawatir, Ny. Livingstone mengatakan, "Aku tidak tahu." Dia berulang  kali menanyakan hal yang sama.
Karena khawatir, Judy pergi ke rumah ibunya. Ketika ia tiba, Judy  terkejut melihat betapa kurus ibunya sekarang. Hanya ada sedikit  persediaan makanan dirumah yang bisa dimakan seperti puding tapioka,  gelatin dan saus apel. Judy mengetahui bahwa gigi palsu ibunya patah dan  mengalami kesulitan mengunyah. Turgor kulitnya berkurang.
Ny. Livingstone mengatakan alat pembuat kopi dan TV rusak. Ia juga  sering tidak menyelesaikan pekerjaannya, ia tampaknya lupa apa yang dia  lakukan. Sering tidak bisa memikirkan kata-kata, seperti nama  barang-barang di kamar tidurnya. Saat menjelang malam Mrs Livingstone  menjadi lebih gelisah dan tidak bisa tidur.
Judy membawa ibunya pulang bersamanya, dan keesokannya Judy membuat  janji dengan dokter untuk mengevaluasi kondisi Ny.Livingstone. Selama  pemeriksaan, Ny.Livingstone tidak mampu untuk fokus pada  pertanyaan-pertanyaan dan instruksi perawat. Ia tahu jati dirinya  sendiri, namun tidak tahu lokasi tempat ia berada juga tidak tahu  tanggal saat ini. Ia menjadi tampak gelisah dengan pertanyaan dan  mengatakan ia tidak ingin menjawab atau mengatakan “Saya tidak tahu,  baik saya tahu tetapi saya tidak akan menjawab. "(Mungkin karena dia  tidak mampu menjawab).
Ny.Livingstone berpikir kalau dokter tersebut adalah anak dari salah  satu temannya yang dirumah dan menanyakan beberapa kali tentang ibunya.  Ia mengeluh kelelahan dan nyeri epigastrium. Ia memiliki berat badan  dibawah berat badan ideal dan tampak pucat. Tes laboratorium menunjukkan  anemia defisiensi besi, albumin rendah, dan dehidrasi (http://www.austincc.edu/adnlev1/rnsg1341online/neurosensory/celia.html)
- Pengkajian
 
- Anamnesis
 
Ny. Celica Livingstone, 74 tahun
- Keluhan Utama
 
Patah gigi palsu dan mengalami kesulitan  mengunyah, sering memulai sesuatu pekerjaan tetapi tidak  menyelesaikannya. Sering tidak bisa memikirkan kata-kata, seperti nama  dari lemari di kamar tidurnya. Gelisah dan tidak bisa tidur di malam  hari.
- Riwayat penyakit sekarang : -
 - Riwayat penyakit dahulu : -
 - Riwayat penyakit keluarga : -
 
- Pemeriksaan Fisik
 
- B1 (Breathing) :
 - B2 (Blood) : Tes laboratorium menunjukkan anemia defisiensi besi
 - B3 (Brain)
 
- Ny.Livingstone tidak mampu untuk fokus pada pertanyaan-pertanyaan dan instruksi perawat
 - Ny.Livingstone tahu jati dirinya sendiri, namun tidak tahu lokasi tempat ia berada juga tidak tahu tanggal saat ini
 - Ny. Livingstone menunjukkan tanda-tanda "sundowning". Ia lebih gelisah di malam hari dan tidak bisa tidur.
 - Ny. Livingstone tidak dapat menggunakan TV dan teko kopi dan mengatakan bahwa alatnya rusak.
 - Ny. Livingstone sering lupa apa yang dia lakukan dan lupa nama benda-benda umum.
 - Sering terganggu percakapan dan berulang kali menanyakan hal yang sama.
 - Tampak gelisah dengan pertanyaan dan mengatakan dia tidak ingin menjawab atau mengatakan “Saya tidak tahu, baik saya tahu tetapi saya tidak akan menjawab.”(Mungkin karena dia tidak mampu menjawab)
 
- B4 (Bladder)
 - B5 (Bowel)
 
Didapatkan adanya keluhan nyeri  epigastrium. Mengalami kesulitan mengunyah. Turgor kulitnya lamban. Dia  memiliki berat badan di bawah berat badan ideal dan tampak pucat. Tes  laboratorium menunjukkan anemia defisiensi besi, albumin rendah, dan  dehidrasi.
- B6 (Bone)
 
Didapatkan adanya keluhan kelelahan
- Diagnosa Keperawatan
 
- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kemunduran status mental dan perubahan proses pikir ditandai dengan berat badan menurun, sulit mengunyah, turgor kulit menurun, dan ketidakseimbangan elektrolit
 - Risiko tinggi terhadap cedera b/d kemunduran mental sekunder terhadap penyakit Alzheimer’s ditandai dengan telihat adanya kebingungan, disorientasi, kemunduran daya ingat, tiba-tiba bingung, dan gelisah.
 - Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan perubahan proses pikir dan disfungsi karena perkembangan penyakit ditandai dengan ketidakmampuan untuk memecahkan masalah
 - Perubahan proses pikir b/d perubahan pada struktur dan fungsi dari jaringan otak, sekunder terhadap kondisi-kondisi alzheimer’s
 - Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan perubahan proses pikir ditandai dengan pembalikan pengucapan, ketidakmampuan untuk menamai benda-benda
 
- Intervensi Keperawatan
 
Menurut Arif (2008), Engram (1998) dan Townsend (1998) intervensi yang dapat diberikan untuk menyusun rencana keperawatan pada klien dengan Alzheimer’s khususnya dalam ke empat diagnosis diatas adalah :
| Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kemunduran status mental dan perubahan proses pikir ditandai dengan berat badan menurun, sulit mengunyah,turgor kulit menurun, dan ketidakseimbangan elektrolit | |
| Tujuan  jangka pendek   : pasien akan menambah berat badan---per minggu (jumlah  berat yang harus dibuat oleh pasien, perawat, dan ahli gizi. Tujuan jangka panjang : pasien memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda dan gejala-gejala malnutrisi saat pulang. Kriteria  hasil : Mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh, pasien telah  mencapai dan mempertahankan paling sedikit 85% dari berat badan yang  diharapkan, menghabiskan lebih dari 40% setiap makan, TTV dan  pemeriksaan serum dari laboratorium berada dalam batas-batas normal.  | |
Intervensi  | Rasionalisasi  | 
| Mandiri Evaluasi kemampunan makan klien.  | Klien mengalami kesulitan dalam mempertahankan berat badan mereka. Mulut mereka kering akibat obat-obatan dan mengalami kesulitan mengunyah tanpa gigi palsu dan menelan. Klien berisiko terjadi aspirasi akibat penurunan refleks batuk.  | 
| Suapi pasien. Ubah konsistensi makanan untuk memudahkan menelan, sesuai keperluan. Bagi pasien yang lupa menelan, coba makanan halus yang ditempatkan di belakang lidah dan makanan yang di pegang. Bersikap menerima pasien makan dengan jari dan berjatuhan. | Makanan halus tidak perlu dikunyah. Makanan tersebut langsung bercampur dengan saliva dan menjadi cair, karenanya ketika saliva ditelan makanan juga tertelan. Keterampilan-keterampilan yang harus dipelajari sulit dilakukan. Makain sederhana dan alami suatu pekerjaan, makin mudah dilakukan. | 
| Pemberian gigi palsu untuk membantu dalam proses mengunyah. | Gigi berperan dalam proses penghancuran makanan di mulut. Gigi yang rusak/patah akan mempengaruhi pembentukan bolus juga menimbulkan rasa nyeri ketika mengunyah. | 
| Berikan kudapan diantara makan (pagi-siang-sore) | Makanan tambahan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi khususnya bila porsi makanan yang masuk kecil. | 
| Pasang selang NGT ntuk pemberian makanan sesuai program. Bila makanan yang masuk terus kurang dari 20% dan berat badan terus menurun. | Untuk menjamin masuknya makanan secara adekuat. | 
| Sediakan waktu cukup untuk setiap kali makan. Jangan paksakan makanan atau berdebat dengan pasien tentang makan. Tunggu sampai pasien mau bekerja sama sebelum melanjutkan memberi amkan | Pemaksaan akan membuat pasienn lebih berontak. | 
| Observasi / timbang berat badan jika memungkinkan. | Tanda kehilangan berat badan (7-10%) dan kekurangan intake nutrisi menunjang terjadinya masalah katabolisme, kandungan glikogen dalam otot dan kepekaan terhadap pemasangan ventilator. | 
| Monitor pemakaian alat bantu. | Pemanas  elektrik digunakan untuk menjaga makanan makanan tetap hangat dan klien  diizinkan untuk istirahat selama waktu yang ditetapkan untuk makan,  alat-alat khusus juga membantu makan. Penggunaan piring yang stabil, cangkir yang tidak pecah bila jatuh, dan alat-alat makan yang dapat digenggam sendiri digunakan sebagai alat bantu.  | 
| Anjurkan pemberian cairan 2500 cc/hari selama tidak terjadi gangguan jantung. | Mencegah terjadinya dehidrasi akibat penggunaan ventilator selama tidak sadar dan mencegah terjadinya konstipasi. | 
| Kolaborasi Lakukan pemeriksaan laboratorium yang diindikasikan seperti albumin, transferin, BUN/Creatine, dan glukosa.  | Memberikan informasi yang tepat tentang keadaan nutrisi yang dibutuhkan klien.  | 
| Berkolaborasi dengan ahli diet, tentunya jumlah kalori yang diperlukan. | Memberi nutrisi yang cukup dan berat badan realistis (berdasarkan struktur dan tinggi badan) | 
| Risiko tinggi terhadap cedera b/d kemunduran mental sekunder terhadap penyakit Alzheimer’s ditandai dengan telihat adanya kebingungan, disorientasi, kemunduran daya ingat, tiba-tiba bingung, dan gelisah | |
| Tujuan           : Dalam waktu 3x24 jam  klien dapat mendemonstrasikan tidak ada cedera fisik Kriteria hasil : Tidak ada cidera/ kerusakan kulit, tidak ada laporan pasien jatuh  | |
Intervensi  | Rasionalisasi  | 
| Mandiri Pasang pengaman tempat tidur pada saat tidur. Sering perhatikan pasien. Kenakan pelindung dada dan pergelangan tangan hanya bila perlu untuk melindungi yang bersangkutan dari celaka atau mencelakakan orang lain. Pasang lampu tidur pada malam hari bila yang bersangkutan mengalami kebingungan malam hari  | Untuk mencegah mobilitas tanpa pengamatan, khususnya bila ada gangguan status mental dan langkah tidak seimbang. Pembatasan yang sering menyebabkan intenitas agitasi. Kebingungan sering menjadi berat pada malam hari karena gelap, yang sering di sebut sindrom sundowner.  | 
| Pertahankan jadwal yang teratur untuk aktivitas sehari-harinya khususnya bila menunjukkan kebingungan. Buat latihan harian seperti jalan kaki. Sertai pasien dalam beberapa aktivitas rutin untuk mengalihkan perhatian dari mobilitas yang tidak menentu. | Membuat rutinitas membantu menurunkan frekuensi keluyuran | 
| Hindari memburu-buru pasien. Pertahankan langkah perlahan. Bicara dengan perlahan, berjarak, dan kalimat sederhana dengan menggunakan tanda nonverbal seperti menunjuk atau menyentuh bila pasien menunjukkan kesulitan dalam ekspresi diri secara verbal. | Kerusakan komunikasi sering sebagai sumber frustasi yang dapat mencetuskan agitasi. | 
| Kolaborasi Berikan neuroleptik (antipsikotik) sesuai program, seperti haloperidal atau tioridazin HCL bila agitasinya tidak terkontrol. Jangan berdebat dengan pasien pada saat terjadia agitasi dan kecurigaan. Dekati pasien dengan tenang, dan percaya diri kurangi stimuli lengkungan. Tentukan faktor pencetus agitasi dan keadaan paranoid dan coba hindarkan dari keadaan-keadaan ini sedapat mungkin.  | Untuk mencegah mencelakai diri sendiri. Neuroleptik membantu mengontrol delusi paranoid. Mengembangkan hubungan saling percaya penting untuk membantu pasien mengatasi serangan paranoidnya  | 
| Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan perubahan proses pikir dan disfungsi karena perkembangan penyakit ditandai dengan ketidakmampuan untuk memecahkan masalah | |
Tujuan  jangka pendek  : pasien mendemonstrasikan kemampuan dan kesediaan untuk  mengikuti/menaati peraturan-peraturan unit dalam waktu 7 hari. Tujuan  jangka panjang     : pasien mengembangkan dan menggunakan keterampilan  koping yang sesuai dengan umur dan dapat diterima sosial saat pulang. Kriteria  hasil : Mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat  tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan  penerimaan diri terhadap situasi, mengakui dan menggabungkan perubahan  ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa harga diri yang  negatif.  | |
Intervensi  | Rasionalisasi  | 
| Mandiri Kaji perubahan diri gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan.  | Menentukan bantuan individual dalam menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi.  | 
| Berikan kudapan bergizi sering dimana pasien dapat makan sambil lalu | Agar pasien menjamin kalori adekuat untuk latihan penggunaan enenrgi ini. | 
| Jangan mendebat, bertengkar mulut, merasionalisasikan atau melakukan tawar menawar dengan pasien | Mengesampingkan usaha-usaha ini mungkin berhasil untuk mengurangi perilaku-perilaku manipulatif | 
| Dukung kemampuan koping | Kepatuhan terhadap program latihan dan berjalan membantu memperlambat kemajuan penyakit. Dukungan dan sumber bantuan dapat diberikan melalui ketekunan berdoa dan penekanan keluar terhadap aktifitas dengan mempertahankan partisipasi aktif.  | 
| Beri dukungan psikologis secara menyeluruh. | Klien  Alzheimer sering merasa malu, apatis, kebingungan, tidak adekuat, bosan  dan merasa sendiri. Perasaan ini dapat disebabkan akibat keadaan fisik  yang lambat dan upaya yang besar dibutuhkan terhadap tugas-tugas kecil. Klien dibantu dan di dukung untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (seperti meningkatkan mobilitas).  | 
| Bentuk program aktifitas pada keseluruhan hari. | Bentuk program aktifitas pada keseluruhan hari untuk mendukung kien keluar dari tugas-tugas yang termasuk koping dengan kebutuhan mereka setiap hari dan untuk membentuk klien mandiri. Apa pun yang dilakukan hanya untuk keamanan sewaktu mencapai tujuan dengan meningkatnya kemampuan koping. | 
| Anjurkan orang yang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan hal-hal untuk dirinya semaksimal mungkin. | Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu perkembangan harga diri serta mempengaruhi proses rehabilitasi. | 
| Monitor gangguan tidur, peningkatan kesulitan konsentrasi, letargi, dan witdhrawal. | Dapat mengidentifkasi terjadinya depresi umumnya terjadi sebagai pengaruh dari stroke di mana memerlukan intervensi dan evaluasi lebih lanjut. | 
| Kolaborasi Rujuk pada ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi.  | Dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembangan perasaan. Kerja sama fisioterapi, psikoterapi, terapi obat-obatan, dan dukungan partisipasi kelompok dapat menolong mengurangi depresi yang juga sering muncul pada keadaan ini.  | 
| Perubahan proses pikir b/d perubahanpadastrukturdanfungsidarijaringanotak, sekunderterhadapkondisi-kondisialzheimer’s | |
| Tujuan jangka pendek   : pasien akan menerima penjelasan interpretasi tak akurat dari lingkungan dalam 5 hari Tujuan jangka panjang : dengan bantuan dari pemberi perawatan, pasien akan mampu untuk menghentikan pikiran tak realitas saat pulang Kriteria hasil :pasien mampu untuk membedakan antara pikiran yang didasarkan pada realitas dan tak realitas, calon pemberi perawatan mampu untuk mengungkapkan cara-cara yang dapat mengorientasikan pasien pada realitas sesuai dengan kebutuhan.  | |
Intervensi  | Rasioanal  | 
| Mandiri Orientasikan pasien lebih sering kepada realitas dan sekelilingnya. Perbolehkan pasien untuk memiliki objek-objek yang dikenal di sekitarnya. Gunakan barang-barang lain, seperti jam, kalender, dan jadwal harian untuk membantu mempertahankan orientasi realitas.  | Keamanan pasien terancam selama periode disorientasi, mempertahankan orientasi realitas meningkatkan rasa makna diri pasien dan keluruhan pribadi  | 
| Berikan umpan balik positif bila pikiran dan perilaku tepat, atau bila pasien mengungkapkan bahwa ide-ide tertentu yang diekspresikan tidak didasarkan pada realitas | Umpan balik positif meningkatkan harga diri dan meningkatkan keinginan untuk mengulangi perilaku-perilaku yang sesuai. | 
| Gunakan penjelasan sederhana dan interaksi saling berhadapan bila berkomunikasi dengan pasien. | Berbicara dengan lambat dan dengan posisi saling berhadapan adalah yang paling efektif bila berkomunikasi dengan seseorang yang lansia dan mengalami kehilangan pendengaran. Isyarat visual mempermudah pemahaman. Berbicara dengan keras menyebabkan distorsi dari suara-suara yang bernada tinggi dan pada beberapa kejadian menciptakan suatu perasaan yang tidak menyenangkan pada pasien. | 
| Jangan biarkan pasien memikirkan ide-ide yang salah. Jika hal ini dimulai, bicara dengan pasien tentang orang-orang nyata dan kejadian nyata | Orientasi realitas meningkakan rasa makna diri dan keluruhan pribadi | 
| Obsevasi ketat terhadap perilaku pasien diindikasikan jika pikiran delusional memperlihatkan perhatian terhadap kekerasan | Keselamatan pasien adalah prioritas keperawatan. | 
| Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan perubahan proses pikir ditandai dengan pembalikan pengucapan,, ketidakmampuan untuk menamai benda-benda | |
Tujuan  jangka pendek : pasien akan membentuk kepercayaan dengan seorang  pemberi perawatan ditandai dengan adanya siat responsif pada wajah dan  kontak mata dalam waktu yang ditentukan Tujuan  jangka panjang : pasien telah membuat cara-cara untuk  mengkomunikasikan, baik verbal maupun nonverbal kebutuhan dan keinginan  kepada staf dengan pelaksanaan. Kriteria  hasil : pasien mampu berkomunikasi dengan cara yang dimengeri oleh  orang lain, pesan-pesan non-verbal pasien sesuai dengan pengungkapan  verbal, pasien memulai interaksi verbal dan nonverbal dengan orang lain.  | |
Intervensi  | Rasinalisasi  | 
| Mandiri Pertahankan konsistensi tugas staf  | Hal ini memudahkan kepercayaan dan kemampuan untuk memahami tindakan dan komunikasi pasien  | 
| Gunakan teknik-teknik validasi konsensual dan mencari klarifikasi untuk menguraikan kode pola-pola komunikasi | Teknik ini digunakan untuk memastikan akurasi dari pesan yang diterima, menjelaskan pengertian-pengertian yang tersembunyi di dalam pesan. | 
| Kaji kemampuan klien untuk berkomunikasi | Gangguan bicara ada pada banyak klien yang mengalami penyakit alzheimer. Bicara mereka yang lemah, monoton, dan halus menuntut kesadaran berupaya untuk bicara dengan lambat, dengan penekanan perhatian pada apa yang mereka katakan. | 
| Menentukan cara-cara komunikasi seperti mempertahankan kontak mata, pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak, menggunakan kertas dan pensil/ bolpoin, gambar, atau papan tulis; bahasa isyarat perjelas arti dari komunikasi yang disampaikan. | Mempertahankan  kontak mata akan membuat klien interest selama komunikasi; jika klien  dapat menggerakkan kepala, mengedipkan mata, atau senang dengan  isyarat-isyarat sederhana, lebih baik dengan menggunakan pertanyaan ya  atau tidak. Kemampuan menulis kadang-kadang melelahkan klien, selain itu dapat mengakibatkan frustasi dalam upaya memenuhi kebutuhan komunikasi. Keluarga dapat bekerja sama untuk membantu memenuhi kebutuhan klien.  | 
| Buat rekaman pembicaraan klien. | Rekaman pembicaraan klien dalam pita kaset secara periodik. Ha ini dibutuhkan dalam memantau perkembangan klien. Amplifier kecil membantu bila klien mengalami kesulitan mendengar. | 
| Anjurkan keluarga/orang lain yang dekat dengan klien untuk berbicara dengan klien, memberikan informasi tentang keluarganya dan keadaan yang sedang terjadi. | Keluarga dapat merasakan akrab dengan berada dekat klien selama berbicara, dengan pengalaman ini dapat membantu/ mempertahankan kontak nyata seperti merasakan kehadiran anggota keluarga yang dapat mengurangi perasaan kaku. | 
| Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa | Ahli terapi wicara-bahasa dapat membantu dalam membentuk peningkatan latihan percakapan dan membantu petugas kesehatan untuk mengembangkan metode komunikasi untuk memenuhi kebutuhan klien. | 
DAFTAR PUSTAKA
Agronin, Marc E.2004.Alzheimer disease and other dementias : a pratical guides in psychiatry second edition. Philadelphia:Lippicont William &Wilkins.
Amazine. Tanpa Tahun. Deteksi Alzheimer: 5 Pemeriksaan untuk Mendiagnosa Alzheimer. (Online), (http://www.amazine.co/5829/deteksi-alzheimer-5-pemeriksaan-untuk-mendiagnosa-alzheimer/) diakses 9 Maret 2014 Pukul 09.00 WIB.
Anggota IKAPI. 2008. Gaya Hidup Penghambat Alzheimer. Jakarta :elex media komputindo.
Anonim.2014. http://www.kalbemed.com/News/tabid/229/id/6032/Pola-Makan-Cara-Hidup-yang-Baik-Mencegah-Penyakit-Alzheimer.aspx. Diakses pada tanggal 6 Maret 2014.Pukul 20.09 WIB.
Brill, Marlene Targ.2005. Alzheimer’s Disease.New York:Marshall Cavendish Corporation.
Brooker, Chris. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, alih bahasa: Nike Budhi Subekti edisi 3. Jakarta: EGC.
Dewanto, George. 2009. Paduan praktis Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC.
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Jakarta : EGC.
Gogja, Prem P, Nirek Rastogi.2009.Clinical Alzheimer Rehabilitation.New York:Springer Publishing Company,LLC.
Gogia, Prem P. 2008. Clinical Alzheimer Rehabilitation. New York: Springer Publishing Company.
Greif, Judith. 2012. Alzheimers Disease: Assessment Through Imaging. (Online), (https://eradimaging.com/site/article.cfm?ID=356#.UxvRtVPdAug) diakses 9 Maret 2014 Pukul 09.40 WIB.
Kelly, Evelyn B.2008.Alzheimer’s disease.New York:Infobase Publishing.
Lu, Linda C. And Juergen H. Bludau.2011.Alzheimer’s disease.California:Greenwood Publishing Group.
Muttaqin, Arif.2008.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.Jakarta:Salemba Medika.
Rubenstein, David, David Wayne, John. Bradley. 2007. Lecture Notes: Kedokteran Klini,  alih bahasa: dr. Annisa Safitri. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Price, S.A. 2006. Patofisiologi :Konsep Klinis Proses-proses penyakit. Jakatra : EGC.
Susan Martin Tucker, Marry M. Cannobio, dkk. 2008. Standar Perawatan Pasien volume 2, Jakarta : EGC.
Townsend, Mary C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri: Pedoman Untuk Pembuatan Rncana Perawatan. Jakarta : EGC.
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:zqK29Va1_vUJ:images.joeliarahma.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/TA71tQooC0gAAEHN4v01/makalah%2520alzheimer%2520revisi.rtf%3Fkey%3Djoeliarahma:journal:12%26nmid%3D341987456+rehabilitasi+pada+lansia+dengan+alzheimer+dan+parkinson+desease&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id.di unduhpadatanggal 06 Maret 2014 jam 13.00 WIB 
Demikianlah Artikel Alzheimer Disease
Sekianlah artikel Alzheimer Disease kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Alzheimer Disease dengan alamat link https://askep-nursing.blogspot.com/2014/08/alzheimer-disease.html


Tidak ada komentar:
Posting Komentar