ASKEP PJK

ASKEP PJK - Hallo sahabat askep, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul ASKEP PJK, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : ASKEP PJK
link : ASKEP PJK

Baca juga


ASKEP PJK



LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER
(PJK)

1.1.Konsep Dasar PJK
1.1.1.      Pengertian
Penyakit jantung koroner/ penyakit arteri koroner (penyakit jantung artherostrofik) merupakan suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis pada arteri koroner. Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah aterion kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang di sebabkan oleh akumulasi plaque atau penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium.
Kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan supply oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria, gangguan aliran darah karena obstruksi tidak permanen (angina pektoris dan angina preinfark) dan obstruksi permanen (miocard infarct).
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah keadaan patologis di arteri koroner yang ditandai dengan penimbunan abnormal lipid atau bahan lemak dan jaringan fibrosa di dinding pembuluh darah yang mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi arteri dan penurunan aliran darah ke jantung (Smeltzer, 2001:776).

1.1.2.      Etioligi
Ø  Faktor yang tidak dapat dimodifikasi
1)        Riwayat keluarga
2)        Peningkatan usia
3)        Jenis kelamin
Ø  Faktor yang dapat dimodifikasi
1)        Tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi adalah faktor resiko yang paling membahayakan karena biasanya tidak menunjukkan gejala sampai telah menjadi lanjut. Tekanan darah tinggi menyebabkan tingginya gradient tekanan yang harus dilawan oleh ventrikel kiri sampai memompa darah. Tekanan darah tinggi yang terus menerus menyebabkan suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat.
2)        Kolesterol
       Tiga elemen metabolism lemak, antara lain kolesterol total, LDL (low density lipoprotein) dan HDL (high density lipoprotein) dianggap sebagai faktor primer yang mempengaruhi perkembangan penyakit jantung koroner. LDL menyebabkan efek berbahaya pada dinding arteri dan mempercepat proses aterosklerosis. HDL membantu penggunaan kolesterol total dengan cara mengangkut LDL ke hati, mengalami biodegradasi dan kemudian diekskresi.
3)        Merokok
Merokok berperan dalam memperparah penyakit jantung koroner melalui 3 cara, yaitu:
a)        Menghirup asap rokok akan meningkatkan kadar karbon monoksida darah. Hb, komponen darah yang mengangkut oksigen lebih mudah terikat dengan karbon monoksida. Jadi oksigen yang disuplai ke jantung menjadi sangat berkurang, membuat jantung bekerja lebih berat untuk menghasilkan energy yang sama besarnya.
b)        Asam nikotinat pada tembakau memicu pelepasan katekolamin yang menyebabkan konstriksi arteri. Aliran darah dan oksigenasi jaringan menjadi terganggu.
c)        Merokok meningkatkan adhesi trombosit, mengakibatkan kemungkinan peningkatan pembentukan trombosit.
4)        Diabetes mellitus
Diabetes mellitus merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung koroner, hiperglikemi memicu terjadinya pertumbuhan plaque.





5)        Obesitas
Obesitas dapat mempercepat terjadinya penyakit jantung koroner melalui berbagai cara, yaitu :
a)      Obesitas mengakibatkan terjadinya perubahan lipid darah, yaitu peninggian kadar kolesterol darah, kadar LDL kolesterol meningkat (kolesterol jahat, yaitu zat yang mempercepat penimbunan kolesterol pada dinding pembuluuh darah), penurunan kadar HDL-kolesterol (koolesterol baik, yaitu zat yang mencegah terjadinya penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah).
b)      Obesitas mengakibatkan terjadinya hipertensi (akibat peningkatan volume darah, peningkatan kadar rennin, peningkatan kadar aldosteron dan insulin, meningkatnya tahanan pembuluh darah sistemik, serta terdapatnya penekanan mekanis oleh lemak pada dinding pembuluh darah tepi).
c)      Obesitas juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan tolerensi glukosa ataupun kencing manis. Menurut Westlund dan Nicholas Sen, obesitas sedang akan meningkatkan resiko penyakit jantung koroner 10 kali lipat,bahkan jika berat badan lebih besar 45% dari berat badan standar, maka resiko terjadinya penyakit kencing manis akan meningkat menjadi 30 kali lipat.
Oleh karena hipertensi, hiperkolesterol, LDL-kolesterol, HDL-kolesterol, dan kencing manis (diabetes mellitus) merupakan faktor resiko penyakit jantung koroner (PJK), maka peningkatan tersebut dapat menyebabkan penyakit jantung koroner.
6)        Stres
Stres baik fisik maupun mental merupakan faktor resiko untuk PJK. Pada masa sekarang, linkungan kerja telah menjadi penyebab stress dan terdapat hubungan yang saling berkaitan antara stress dan abnormalitas metabolisme lipid. Perilaku yang rentan terhadap PJK (kepribadian A), antara lain sifat agresif, kasar sinis, gangguan tidur, depresi, emosian.


1.1.3.      Klasifikasi penyakit Jantung
a)      Penyakit jantung bawaan, biasanya diderita bayi yang lahir dengan kelainan jantung
b)      Penyakit jantung rematik, umumnya diderita oleh anak 8 hingga 12 tahun, diakibatkan terganggunya kelep jantung
c)      Penyakit jantung koroner, sering menimpa orang pada usia 40 sampai 65 tahun. Jenis penyakit jantung ini paling sering terjadi
d)     Penyakit otot jantung yang tidak diketahui sebabnya atau cordiomyopathy
e)      Penyakit jantung yang lain, karena hipertensi, anemi, thyroid serta beri-beri

1.1.4.       Manifestasi Klinis
1.        Nyeri dada
Tanda khas dari penyakit jantung koroner adalah nyeri dada disebelah  kiri seperti tertusuk benda-benda tajam, terasa berat, hilang timbul dan menjalar dari bahu sampai tangan.
2.        Sesak nafas
Berkeringat dingin dan sesak nafas dapat terjadi bersamaan dengan nyeri dada.
3.        Sakit kepala

1.1.5.      Penatalaksanaan
1.1.5.1.Obat-obatan
1)   Aspirin
Aspirin merupakan derajat adhesi platelet dan memperpanjang waktu perdarahan. Klopidogrel merupakan agen platelet yang lebih paten dan sesuai dengan pasien alergi pada aspirin.
2)   Nitrat
Mekanisme kerja nitrat meliputi penurunan preload karena pengumpulan darah vena, penurunan afterload dan penurunan tekanan darah sistemik, dilatasi koroner miokard secara langsung peningkatan perfusi koroner dan redistribusi aliran darah miokard. Misalnya:
Ø Gliserin trinitrat
ü Sustac 2,6-30 mg/hari
ü Susard 2-6 mg/hari
Ø Isosorbid dinitrat
ü Isordil 40-120 mg/hari
ü Cedocard 40-160 mg/hari
Ø Isosorbid mononitrat: elanton 20-120 mg/hari
3)   Penyekat Beta
Obat-obat penyekat beta sangat efektif dalam menurunkan frekwensi dan derajat keparahan serangan nyeri dada serta memperbaiki prognosis dengan menggunakan insiden serangan jantung. Misalnya:
Ø Metapolol: betaloc dan lopresor 50-300 mg/hari
Ø Propanolol: inderal, beta-prograne 80-240 mg/hari
4)   Antagonis kalsium
Merupakan kelompok obat heterogen yang menghambat saluran arus lambat. Pemberian penyekat kalsium menghasilkan relaksasi otot polos, menurunkan afterload dan memiliki efek langsung terhadap tonus vasomotor koroner sehingga mengurangi spasme arteri koroner. Misalnya:
Ø Nicardipin: cardene 20-40 mg 3x1
Ø Verapamil: cordilox 80-120 mg 3x1
Ø Amlodipin: istin 5-10 mg tiap pagi
1.1.5.2.Pembedahan
1)        PTCA (Angioplasti Koroner Trasluminal Perkutan)
PTCA adalah usaha untuk memperbaiki aliran darah arteri koroner dengan memecah plak atau ateroma yang telah tertimbun dan mengganggu aliran darah ke jantung.
Ø  Caranya
Kateter dengan ujung berbentuk balon dimasukkan ke arteri koroner yang mengalami gangguan dan diletakkan antara daerah aterosklerotik. Balon kemudian dikembangkan dan dikempiskan dengan cepat untuik memecahkan plak.
Ø  Indikasi
ü  Pasien mempunyai lesi yang menyumbat paling tidak 70% lumen internal arteri koroner besar
ü  Pasien tidak berespon terhadap terapi medis
ü  Pasien memenuhi criteria untuk dilakukan bedah pintas arteri koroner
Ø  Kontraindikasi
ü  Dengan obstruksi oklusi arteri koroner kiri utama yang tidak menunjukkan aliran koleteral ke arteri sirkumflexa dan desendens anterior
ü  Mengalami stenosis di daerah arteria koroner kanan dan aorta
ü  Arteri koronernya menunjukkan aneurisma proksimal atau distal stenosis
ü  Telah menjalani tandur safena magma ≥ 5 tahun yang lalu dan tandur yang rusak
ü  Fungsi ventrikel kirinya sudah tidak jelas
Ø  Komplikasi
Komplikasi selama prosedur PTCA atau selama pemulihan antara lain sobekan arteri, penyempitan arteri secara mendadak dan spame arteri koroner
Ø  Perawatan pasca bedah PTCA
ü  Pasien diberikan sejumlah besar heparin dan nitrogliserin iv untuk beberapa waktu setelah prosedur untuk mencegah pembentukan bekuan dan spame arteri
ü  Pantau ketat akan adanya perdarahan
ü  Kanula baru dilepas bila hasil pemeriksaan pembekuan darah pasien telah kembali ke 1,5-2x harga normal laborat
2)        CABG (Coronary Artery Bypass Graft)
CABG adalah memasang pembuluh darah baru menggantikan pembuluh darah jantung yang tersumbat. Untuk melakukan CABG, arteri koroner harus sudah mengalami sumbatan paling tidak 70%. Jika sumbatan pada arteri ≤ 70% maka aliran darah melalui arteri tersebut masih cukup banyak sehingga mencegah aliran darah yang adekuat pada pintasan. Akibatnya akan terjadi bekuan pada CABG sehingga hasil operasi menjadi sia-sia.
Ø  Indikasi
ü  Angina yang tidak dapat dikontrol dengan terapi medis
ü  Angina yang tidak stabil
ü  Sumbatan yang tidak dapat ditangani dengan PTCA
ü  Yang mengalami komplikasi kegagalan PTCA
1.1.5.3.Program rehabilitasi jantung
Rehabilitasi pada penyakit jantung merupakan rangkaian usaha untuk membantu penyembuhan pasien agar dapat kembali dengan cepat pada kehidupan normalnya. Rehabilitasi pada PJK bertujuan untuk memulihkan kondisi fisik, mental, dan sosial seseorang seoptimal mungkin sehingga dicapai kemampuan diri sendiri untuk menjalankan aktifitas dirumah maupun pekerjaaan.
1)      Program fase I
Program diberikan pada semua pasien yang masih dalam perawatan di RS. Program dilaksanakan sesegera mungkin pada pasien dengan hemodinamik stabil sejak dari ICCU, ruang rawat inap, hingga pasien pulang. Lama latihan: 7-14 hari. Jenis latihan: pemanasan 5 menit yang mencakup latihan otot lengan, tungkai, pinggul secara ritmik dan berulang. Komponen latihan intinya adalah jalan/sepeda statis dengan beban yang ditingkatkan secara bertahap sesuai respon latihan. Latihan diakhiri dengan pendinginan selama 5 menit.
2)      Program fase II
Merupakan program lanjutan yang pelaksanaannya sesegera mungkin setelah pasien pulang ke rumah. Lama latihan: 6-8 minggu dilaksanakan 3x/minggu selama satu jam. Jenis latihan: pemanasan berupa stretching selama 5-10 menit, dilanjutkan bersepeda statis dan jalan kaki selama 30-45 menit. Latihan diakhiri dengan pendinginan selama 10 menit.



3)      Program fase III
Merupakan program jangka panjang dengan basis komunitas. Dilaksanakan setelah pasien menyelesaikan program fase II melalui uji latih jantung dan mencapai kapasitas aerobik. Lama latihan: 1-3 bulan




























2.1.Konsep Dasar Keperawatan
2.1.1.      Pengkajian
1)        Identitas
Usia dan BB: faktor resiko orang terkena PJK adalah meningkatnya usia dan obesitas
2)        Keluhan: Nyeri dada sebelah kiri, sesak dan berkeringat dindin, pusing
3)        Riwayat penyakit dahulu
Menderita PJK, diabetes mellitus, hipertensi
4)        Riwayat penyakit keluarga
Ada anggota keluarga yang menderita PJK, diabetes mellitus, hipertensi
5)        Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Ø  Nutrisi
Pasien diet tinggi kolesterol/lemak, garam, minuman keras
Ø  Aktivitas dan istirahat
Kelelahan yang yang luar biasa setelah melakukan latihan atau kegiatan yang berat
Ø  Psikososial
Mempunyai kebiasaan merokok, stress kerja maupun keluarga, mudah marah
6)        Pemeriksaan fisik
a)      Sistem Pernapasan
Dispneu saat melakukan kegiatan atau beristirahat, RR meningkat, kedalaman dangkal dan berkeringat dingin
b)      Sistem Kardiovaskuler
Nyeri dada disebelah kiri seperti tertusuk benda-benda tajam, terasa berat, hilang timbul dan menjalar dari bahu sampai tangan. Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau terlambatnya capilary refill time, disritmia. Suara jantung, suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan kontraktilitasnya. Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus papilaris yang tidak berfungsi. Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy atau bradi cardia). Irama jnatung mungkin ireguler atau juga normal. Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga timbul dengan gagal jantung.
c)      System Neurologi
Nyeri kepala yang hebat
d)     System Perkemihan
Oliguri
e)      System Pencernaan
Perut kembung, penurunan peristaltic usus
f)       System Integument
Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.
g)      System Muskuloskeletal
Kelelahan saat beraktifitas

7)      Pemeriksaan Penunjang
a)      Laborat (LDL dan HDL)
b)      Untuk mengetahui kadar LDL dalam darah karena LDL menyebabkan efek berbahaya pada dinding arteri dan mempercepat proses aterosklerosis
c)      EKG
d)     Dengan pemeriksaan ECG dapat diketahui kemungkinan adanya kelainan pada jantung. Jika dengan EKG tidak tampak kelainan pada jantung akan dianjurkan pemeriksaan ECHO dan treadmill.
e)      ECHO
f)       Treadmill
g)      Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu stress/ aktivitas.
h)      Arteriorgrafi Koroner
i)        Arteriografi koroner mempunyai tingkat ketepatan paling tinggi (99 - 100%) untuk memastikan apakah anda mempunyai Penyakit Jantung koroner.
j)        Analisa gas darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru yang kronis ata akut.
k)      Kolesterol atau trigliseid: Mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis.
l)        Chest X ray: Mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma ventrikiler.
m)    Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.
n)      Elektrolit: Ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.

2.1.2.      Masalah Keperawatan
1)        Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengembangan paru tidak optimal
2)        Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan menurunnya curah jantung
3)        Nyeri berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen di otot-otot jantung dengan kebutuhan miokard
4)        PK: Penurunan curah jantung
5)        Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan cairan diparu sekunder
6)        Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltic usus
7)        Intoleran aktivitas berhubungan dengan gangguan perfusi perifer
8)        Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan kematian dan perubahan kesehatan
9)        Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai penyakit jantung koroner



2.1.3.      Intervensi
1)        Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengembangan paru tidak optimal
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien mampu mempertahankan pola pernafasan efektif dengan criteria hasil : RR 12-20 x/menit, nadi 60-100 x/menit, tidak ada tachipnea atau dispnea, gerak dada simetris, tidak ada nyeri dada, selang dada dan aliran stabil, ekspansi paru penuh dan tidak ada suara nafas yang adventisius.
Intervensi :
a)    Jelaskan penyebab pola nafas tidak efektif
R/ Penyebab pola nafas tidak efektif karena adanya penumpukan cairan dalam paru sehingga menghambat ekspansi paru
b)   Beri posisi tinggi kepala (semi fowler)
R/ duduk tinggi kepala memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernapasan.
c)    Bantu pasien napas dalam
R/ memberikan kenyamanan dalam upaya pernapasan dengan mengeluarkan sputum.
d)   Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen
R/ memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas.
e)    Observasi frekuensi pernapasan pasien, pengembangan dada, dan bunyi nafas tambahan.
R/ frekuensi pernapasan yang normal, pengembangan dada yang simetris dan tidak ada bunyi nafas tambahan, mengindikasikan pola nafas yang efektif.

2)        Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan menurunnya curah jantung
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi jaringan perifer kembali adekuat dengan criteria hasil : akral hangat, nadi 60-100 x/menit dan kuat.
Intervensi :
a)    Lihat pucat, sianosis, kulit dingin, lembab. Catat kekuatan nadi perifer
R/ Vasokonstriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah jantung yang ditandai dengan penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi
b)   Pantau pemasukan haluaran urine
R/ Penurunan pemasukan dapat mengakibatkan penurunan volume sirkulasi yang berdampak nrgstif pada perfusi dan fungsi organ.
c)    Kolaborasi
Pemeriksaan data laboratorium (GDA, BUN, Creatinin, Elektrolit)
R/ Indikator perfusi/fungsi organ
3)        Nyeri berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen di otot-otot jantung dengan kebutuhan miokard
Tujuan: Kenyamanan terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil:
Ø  Pasien mengungkapkan nyeridadanya berkurang atau hilang
Ø  Raut wajah tampak rileks
Ø  VAS 0-1
Ø  Tekanan darah systole 110-130 dan diastole 80-90 mmHg
Ø  Nadi 60-100x/menit
Intervensi:
a.    Jelaskan pada pasien penyebab dari nyeri dada
R/ Dengan penjelasan yang diberikan pasien lebih kooperatif dalam menerima terapi
b.    Ajarkan teknik relaksai
R/ Meningkatkan asupan O2sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dan iskemia jaringan
c.    Kolaborasi dalam pemberian  O2
R/ Meningkatkan jumlah O2 yang ada untuk pemakaian miokardium sekaligus mengurangi ketidaknyamanan akibat iskemik


d.   Kolaborasi dalam pemberian obat antiagina (nitrogliserin, cedocard, fasorbid)
R/ Berguna untuk meningkatkan aliran darah, baik dengan menambah suplai oksigen maupun dengan mengurangi kebutuhan miokardium akan oksigen
e.    Observasi keluhan nyeri dada, raut wajah paien, VAS, tekanan darah, nadi
R/ Untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang telah diberikan

4)        PK: Penurunan curah jantung yang ditandai dengan takikardi dan denyutan lemah, hipotensi, kulit pucat, penurunan haluaran urine
Tujuan : Pasien dapat menunjukkan peningkatan curah jantung dengan kriteria hasil :
a)         Nadi 60-100 x/mnt
b)        TD 120/80 mmHg
c)         Tidak ada pucat/sianosis
d)        Pasien tidak gelisah dan tidak cepat lelah
Intervensi
a.         Jelaskan pada pasien penyebab cepat lelah, kulit pucat
R/ penurunan suplai darah keseluruh tubuh menyebabkan jaringan kurang O2, penurunan metabolisme energy sehingga menyebabkan kelelahan. Suplai darah ditujukan untuk organ vital sehingga darah perifer mengalami penurunan.
b.         Berikan lingkungan yang tenang
R/ menghilangkan stress sehingga kerja jantung tidak meningkat
c.         Anjurkan pasien bed rest dan bantu dalam memenuhi kebutuhan
R/ mengurangi kebutuhan O2 tubuh dan menurunkan beban kerja jantung
d.        Kolaborasi dalam pemberian
Ø  Vasodilator
R/ meningkatkan cardiac output, mengurangi tahanan vaskuler


Ø  Digoksin
R/ menurunkan kecepatan konduksi rangsang dalam system hantaran sehingga meningkatkan cardiac output
e.         Observasi nadi, TD, integument, kelelahan
R/ menunjukkan adanya perbaikan curah jantung dan suplai O2

5)        Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan cairan di paru sekunder
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan cairan mampu dipertahankan dengan criteria hasil : tidak ada distensi vena perifer dan edema dependen, tekanan darah 120/80 mmHg, paru bersih.
Intervensi :
a)      Ukur masukan/haluaran, catat penurunan pengeluaran. Hitung keseimbangan cairan
R/ Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi Na/air, dan penurunan haluaran urine. Keseimbangan cairan positif berulang pada adanya gejala lain menunjukkan kelebihan volume/gagal jantung
b)      Catat DVJ, adanya oedema dependen
R/ Dicurigai adanya gagal kongestif/kelebihan volume cairan.
c)      Timbang berat badan tiap hari.
R/ Perubahan tiba-tiba pada berat badan menunjukkan gangguan keseimbangan cairan
d)     Pertahankan pemasukan total cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler
R/ Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa tetapi memerlukan pembatasan pada adanya dekompensasi jantung.
e)      Kolaborasi
Ø  Berikan diet natrium rendah/minuman
R/ Natrium meningkatkan retensi cairan dan harus dibatasi
Ø  Berikan diuretic, contoh furozemid (lazix)
R/ Mungkin perlu untuk memperbaiki kelebihan cairan.
Ø  Pantau kalium sesuai indikasi
R/ Hipokalemia dapat membatasi keefektifan terapi dan dapat terjadi dengan penggunaan diuretic penurun kalium

6)             Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan defek stimulasi saraf, otot dasar pelviks lemah dan imobilitas sekunder akibat stroke.
Tujuan: Pasien  tidak mengalami konstipasi dengan kriteria hasil:
a)        Pasien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat
b)        Konsistensi feces lunak
c)        Bising usus normal (5-35 kali permenit )
Intervensi
a.    Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab konstipasi.
R/ pasien dan keluarga akan mengeti tentang penyebab obstipasi.
b.    Anjurkan pada klien untuk makan makananan yang mengandung serat.
R/ diit seimbang tinggi kandungan serat merangsang peristaltic usus dan eliminasi reguler.
c.    Berikan intake cairan yang cukup (2 liter perhari) jika tidak ada kontraindikasi.
R/ makanan cairan adekuat membantu mempertahan kan konsistensi feces yang sesuai pada usus dan membantu eliminasi reguler
d.   Lakukan mobilisasi sesuai dengan keadaan klien
R/ aktivitas fisik reguler membantu eliminasi dengan memperbaiki tonus otot abdomen dan merangsang nafsu makan dan peristaltic.
e.    Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian pelunak feces (laxatif, suppositoria, enema)
R/ pelunak feces meningkatkan efisiensi pembasahan air usus, yang melunakkan feces dan membantu eliminasi
f.     Observasi: Auskultasi bising usus, defekasi
R/ bising usus menandakan sifat aktivitas peristaltic

7)        Intoleran aktivitas berhubungan dengan gangguan perfusi perifer
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan terjadi peningkatan aktifitas dengan criteria hasil : tekanan darah 120/80 mmHg, akral hangat
Intervensi :
a)      Tingkatkan istirahat. Batasi aktivitas
R/ Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen
b)      Batasi pengunjung
c)      R/ Pembicaraan yang panjang sangat mempengaruhi pasien namun periode kunjungan yang tenang bersifat terapeutik
Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan abdominal, contoh mengejan saat defekasi.
d)     R/ Aktivitas yang memerlukan menahan nafas dan menunduk dapat mengakibatkan bradikardia juga menurunkan curah jantung dan takikardia dengan peningkatan tekanan darah.
e)      Kolaborasi
Rujuk ke program rehabilitasi jantung
R/ Memberikan dukungan dan pengawasan tambahan berlanjut dan partisipasi proses penyembuhan.
f)       Observasi frekuensi jantung, irama dan perubahan tekanan darah sebelum, selama sesudah aktivitas sesuai indikasi.
R/ Kecenderungan menentukan respons pasien terhadap aktivitas dan dapat mengindikasikan penurunan oksigen miokardia yang memerlukan penurunan tingkat aktivitas/kembali tirah baring lama.

8)        Ansietas berhubungan dengan rasa takut akan kematian dan perubahan kesehatan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidak mengalami kecemasan dengan criteria hasil : pasien tidak cemas dan takut, pasien mampu berpartisipasi dalam proses pengobatan.


Intervensi :
a)      Jelaskan tujuan tes dan prosedur, contoh tes stress
R/ Menurunkan cemas dan takut terhadap diagnose dan prognosis
b)      Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut. Contoh : menolak, depresi dan marah.
R/ Perasaan tidak diekspresikan dapat menimbulkan kekacuan internal dan efek gambaran diri.
c)      Dorong keluarga dan teman untuk menggangap pasien seperti sebelumnya
R/ Meyakinkan pasien bahwa peran dalam keluarga dan kerja tidak berubah
d)     Beritahu pasien program medis yang telah dibuat untuk menurunkan/membatasi serangan akan datang dan meningkatkan stabilitas jantung.
R/ Mendorong pasien untuk mengontrol tes gejala (sesak dan nyeri) untuk meningkatkan keppercayaan pada program medis dan mengintegrasikan kemampuan dalam persepsi diri.
e)      Kolaborasi dalam pemberian sedative, tranquilizer sesuai indikasi
R/ Mungkin diperlukan untuk membantu pasien rileks sampai secara fisik mampu untuk membuat strategi koping adekuat.

9)        Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai penyakit jantung koroner
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien mampu mengetahui dan mengerti tentang sakitnya dan tindakan yang akan dilakukan dengan criteria hasil : Pasien (keluarga) mampu berpartisipasi dalam program terapi dan mampu mengetahui dan memahami tentang kondisi/ proses penyakit dan pengobatan.
Intervensi :
a)      Dorong untuk menghindari factor/situasi yang sebagai pencetus nyeri dada contoh stress emosional, kerja fisik, makan terlalu banyak.
R/ Dapat menurunkan insiden/beratnya episode iskemik
b)      Bantu pasien /orang terdekat untuk mengidentifikasi sumber fisik dan stress emosi dan diskusikan cara yang dapat mereka hindari
R/ Langkah penting pembatasan/mencegah serangan nyeri dada
c)      Dorong pasien untuk mengikuti program yang ditentukan : pencegahan untuk menghindari kelelahan
R/ takut terhadap pencetus serangan dapat menyebabkan pasien menghindari partisipasi pada aktivitas yang telah dibuat untuk meningkatkan perbaikan.
d)     Diskusikan dampak penyakit sesuai pola hidup yang diinginkan dan aktivitas termasuk kerja, menyetir, aktivitas seksual, dan hobi.
R/  Pasien enggan melakukan/melanjutkan aktivitas biasanya karena takut serangan dan berakibat kematian.
e)      Tekankan pentingnya mengecek dengan dokter kapan menggunakan obat-obat yang dijual bebas
R/ Obat yang dijual bebas mempunyai potensi penyimpangan.

















DAFTAR PUSTAKA

Capernito, Linda Juall. 2004. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa: Yasmin Asih. 2006. Jakarta : EGC

Doenges, Marilyn E. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa. 1999. Jakarta : EGC

Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika

Smeltzer, Suzanne C. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa: Agung Waluyo. Jakarta : EGC






Demikianlah Artikel ASKEP PJK

Sekianlah artikel ASKEP PJK kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel ASKEP PJK dengan alamat link https://askep-nursing.blogspot.com/2014/05/askep-pjk.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar