Judul : askep DM
link : askep DM
askep DM
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Diabetes mellitus adalah keadaan dimana tubuh tidak menghasilkan atau memakai insulin sebagaimana mestinya. Insulin adalah hormon yang membawa glukosa darah ke dlaam sel-sel dan menyimpannya sebagai glikogen (Tambayong, Jan, 2000 : 157).
Pendapat dari Smeltzer, S.C dan Bare (2001 : 1220) Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme dengan karakteristik intoleransi glukoda atau penyakit yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara persediaan insulin dengan kebutuhan- klasifikasi diabetes yang utama adalah :
1. Diabetes Mellitus tipe I : DM tergantung insulin.
2. Diabetes Mellitus tipe II : DM tidak tergantung insulin.
3. Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya.
4. Diabetes Mellitus gestasional.
B. Etiologi
Menurut Smeltzer, S.C dan Bare (2001 : 1224) penyebab diabetes mellitus dikelompokkan menjadi 2 :
1. DM tipe I disebabkan oleh
a. Faktor genetik
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe itu sendiri tapi mewarisi suatu kecenderungan genetik ke arah terjadinya diabetes ini ditemukan pada penderita HLA (Human Leucocyto Antigen).
b. Faktor lingkungan
Karena destruksi sel beta, contoh : hasil penyelidikan yang mengatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses auto imun yang menimbulkan destruksi sel beta.
2. DM tipe II
Disebabkan oleh usia (retensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun) obesitas, riwayat keluarga, kelompok etnik (di Amerika Serikat, golongan hisponik serta penduduk asli Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya DM)
Terjadinya DM tipe II dibandingkan dengan golongan non Amerika.
C. Manifestasi Klinik
Pendapat Smeltzer, S.C dan Bare (2000 : 1220) manifestasi klinik dari Diabetes Mellitus antara lain :
1. Glukosuria : adanya kadar glukosa dalam urin.
2. Poliuri : sering kencing dan diuresis osmotik.
3. Polidipsi : banyak minum akibat dari pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebih.
4. Polifagi : banyak makan akibat menurunnya simpanan kalori.
5. Penurunan berat badan secara drastis karena defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak.
Berdasarkan Tjokroprawiro (1998 : 1) menyebutkan tanda dan gejala diabetes mellitus antara lain :
1. Trias DM antara lain banyak minum, banyak kencing dan banyak makan.
2. Kadar glukosa darah pada > 120 mg/dl.
3. Kadar glukosa 2 jam sesudah makan > 200 mg/dl.
4. Glukosuria (adanya glukosa dalam urin)
5. Mudah lelalh, kesemutan, kulit terasa panas.
6. Rasa tebal di kulit, kram, mudah mengantuk.
7. Mata kabur, gigi mudah goyah, dan mudah lepas.
8. Kemampuan sexual menurun, impoten.
D. Anatomi Fisiologi
Pankreas panjangnya kira-kira lima belas sentimeter, mulai dari duodenum sampai limpa, dan terdiri atas 3 bagian : kepala pankreas, badan pankreas, ekor pankreas. Jaringan pankreas terdiri atas labula dari pada sel sekretori yang tersusun mengitari saluran-saluran halus. Saluran-saluran ini mulai dari persambungan saluran-saluran kecil dari labula yang terletak di dalam ekor pankreas dan berjalan menlalui labula yang terletak di dalam ekor pankreas dan berjalan melalui badannya dari kiri ke kanan. Saluran-saluran kecil itu menerima saluran dari labula lain dan kemudian bersatu untuk membentuk saluran utama yaitu ductus wirsungi.
Kepulauan langerhans pada pankreas membentuk organ endokrin yang menyekresi insulin, yaitu sebuah hormon antidiabetika, yang diberikan dalam pengobatan diabetes. Insulin adalah sebuah protein yang dapat turut dicernakan oleh enzim-enzim pencerna protein. Insulin mengendalikan kadar glukosa dan bila digunakan sebagai pengobaan dalam hal kekurangan, seperti pada diabetes, ia memperbaiki kemampuan sel tubuh untuk mengabsorbsi dan menggunakan glukoda dan lemak (Pearce, E., 1995 : 207 dan 237).
Insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas, kelenjar pankreas terletak di lekukan usus dua belas jari, sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah yaitu waktu puasa antara 60-120 mg/dl dan dalam dua jam sesudah makan di bawah 140 mg/dl. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, baik secara kuantitas maupun kualitas keseimbangan tersebut akan terganggu dan kadar glukoda cenderung naik (Tjokroprawiro, 1998 : 1).
E. Patofisiologi
Defisiensi insulin terjadi sebagai akibat dari kerusakan sel beta langerhans, defisiensi insulin tersebut akan menyebabkan peningkatan pembentukan glikogen sehingga glikogen akan mengalami suatu penurunan yang mengakibatkan hiperglikemi, peningkaan kadar glukosa hepar dan peningkatan lipolisis.
Hiperglikemi akan mengakibatkan seseorang mengalami glukosuria, yang menyebabkan osmotik diuresis.
Osmotik diuresis akan menimbulkan sesuatu keadaan di mana ginjal tidak dapat meningkatkan glukosa yang difiltrasi. Ginjal tidak mengikat glukosa yang difiltrasi akan mengakibatkan cairan diikat oleh glukosa, sehingga cairan dalam tubuh akan berlebihan yang akan dimanifestasikan dengan banyak mengeluarkan urin (poliuri).
Poliuri akan menyebabkan banyak kehilangan elektrolit dan dalam tubuh dan akibatnya akan menimbulkan masalah kurang volume cairan, dehidrasi akan membuat seseorang banyak minum (polidipsi).
Apabila tubuh kehilangan kalori, akan menyebabkan seseorang dalam keadaan lemah, sehingga akan muncul permasalahan intoleransi aktifitas sedangkan keadaan polifagia akan mengakibatkan munculnya masalah perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan (Price, S.A. dan Wilson, L.M., 1995 : 112).
F. Pathway dan Masalah Keperawatan
Kerusakan sel beta langerhans
Ô
Defisiensi insulin
Ô
Peningkatan kalori
Peningkatan pembentukan glikogen
Ô
P
Polifagia Lemah
enurunan glukagon
Ô
H
Intoleransi aktivitas
iperglikemia
Cidera
Ô
Luka
Ô
Perubahan mikrovaskuler retina
Ô
Gangguan sensori perseptual
Ô
Ketajaman pandangan menurun
Ô
Resiko tinggi infeksi
Resiko injuri
Ginjal tidak mengikat kembali glukosa yang difiltrasi
Ô
Gluksa mengikat cairan
Ô
Cairan yang berlebih
Ô
Poliuri
Ô
Perubahan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh
Dehidrasi
Peningkatan lipolisis
Ô
Peningkatan oksidasi asam lemak bebas
Ô
Pembentukan keton
Ô
PH turun
Ô
Asidosis metabolik
Ô
Tekanan parsial O2menurun
Ô
Hipotensi
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Glukosauria
Ô
Osmotik diuresis
Sumber :
· Price, S.A dan Wilson (1995 : 112)
· Long, B.C (1996 : 70)
· Smeltzer, S.C (2002 : 1223)
· Doenges (2000 : 729)
G. Komplikasi
Menurut Price, S.A dan Wilson, L.M (1995 : 1117) komplikasi diabetes mellitus dapat dibagi menjadi 2 kategori yaitu :
1. Komplikasi metabolik akut
1. Komplikasi metabolik yang serius adalah ketoasidosis diabetes yang akan mengakibatkan kerosis terjadi pada jangka pendek.
2. Peningkatan beban ion hidrogen dan asidosis metabolik.
3. Hipolikemi
2. Komplikasi metabolik kronik
1. Makro angiopati yang mengenai pembuluh darah besar seperti pada jantung pada otak.
2. Mikro angiopati yang mengenai pembuluh darah kecil seperti retinopati diabetik, nefropati diabetik.
3. Neuropati diabetik rentang infeksi seperti TBC, infeksi saluran kemih, ulkus pada kaki.
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada DM menurut Donges dkk (2001 : 728) antara lain :
1. Glukosa darah : meningkat 100-200 mg/dl atau lebih.
2. Aseton plasma (keton) : positif secara metabolik.
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mosm/lt
5. Elektrolit
1. Natrium : mungkin normal, meningkat atau menurun.
2. Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler selanjutnya akan menurut).
6. Haemoglobin glikosilat : kadarnya melipat 2-4 dari dari normal.
7. Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
8. Trombosit darah, hematokrit mungkin meningkat atau (dehidrasi / leukositosis, hema konsentrasi, merupakan respon terhadap stres atau infeksi).
9. Ureum atau kreatinin : mungkin meningkat atau normal (dehidrasi atau penurunan fungsi ginjal).
10. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengidentifikasikan adanya pankreatitis akut sebagai penyebab dari DKA (Diabetik Keto Asidosis).
11. Insulin darah mungkin menurun bahkan sampai tidak ada (tipe I) atau normal sampai tinggi (tipe II) yang mengidentifikasikan infusiensi insulin atau gangguan dalam penggunaannya (endogen atau eksogen).
12. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
13. Urin : gula dan aseton positif berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
14. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.
I. Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer, S.C dan Bare (2001 : 1226) ada 5 komponen dalam penatalaksanaan DM yaitu :
1. Diit
2. Latihan jasmani
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan
Berdasarkan Engram, B (1998 : 535) penatalaksanaan DM yaitu :
1. Untuk DM tipe I
Insulin (karena tidak ada insulin endogen yang dihasilkan).
2. Untuk DM tipe II
Modifikasi diit, latihan dan agen hipoglikemia.
Menurut Long B.C (1996 : 81) pencegahan DM yaitu :
1. Pencegahan primer
a. Menghindari obesitas (jika perlu)
b. Pengurangan BB dengan supervisi medik merupakan fokus utama dalam pencegahan DM tidak tergantung insulin.
2. Pencegahan sekunder yaitu dengan deteksi DM.
J. Fokus Pengkajian
Fokus pengkajian pada penyakit DM menurut Doenges, dkk (2000 : 726)
1. Aktifitas dan istirahat
2. Sirkulasi
3. Integritas ego
4. Eliminasi
5. Makanan atau cairan
6. Neurosensori
7. Nyeri atau kenyamanan
8. Pernafasan
9. Keamanan
10. Sexualitas
11. Penyuluhan
K. Diagnosa Fokus Intervensi Keperawatan
Menurut Doenges, dkk (2000 : 729) diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan pada penyakit DM adalah :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, kehilangan gastrik berlebihan : diare, muntah, masukan dibatasi, mual, kacau mental.
Kriteria hasil : Pasien dapat mendemonstrasikan hidrasi adekuat.
Intervensi :
1. Pantau tanda-tanda vital.
2. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
3. Pantau masukan dan pengeluaran catat berat jenis urin.
4. Ukur berat badan tiap hari.
5. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral, status hiper metabolisme.
Kriteria hasil : a. Pasien akan mencerna jumlah kalori yang tepat.
b. Pasien menunjukkan tingkat energi biasanya.
c. Pasien akan mendemonstrasikan BB stabil.
Intervensi :
1. Timbang BB setiap hari sesuai dengan indikasi.
2. Tentukan program diet akan pola makan pasien.
3. Berikan makanan cair yang mengandung zak makanan dan elektrolit.
4. Identifikasi maknan yang disukai termasuk kebutuhan etnik / kultur
5. Observasi tanda-tanda hiperglikemi.
6. Lakukan pemeriksaan gula darah yang menggunakan “fingerstick”
7. Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan metode insulin intermitten.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulask, infeksi pernafasan yang ada sebelumnya, atau infeksi saluran kemih.
Kriteria hasil : a. Pasien akan mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi.
b. Pasien akan mendemonstrasikan tehnik, perubahan gaya hidup untuk mencegah infeksi.
Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda infeksi.
2. Tingkatkan upaya pencegahan infeksi.
3. Pertahankan tehnik aseptik pada prosedur invansif
4. Pasang kateter atau lakukan perawatan genetalias.
5. Auskultasi bunyi nafas.
6. Bantu pasien untuk melakukan oral hygiene.
7. Lakukan pemeriksaan kultur dan sensitivitas sesuai dengan indikasi.
8. Berikan antibiotik yang sesuai.
4. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, perubahan kimia darah : insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi, status hipermetabolis atau infensi.
Kriteria hasil : a. Pasien mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
b. Pasien menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas.
Intervensi :
1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitaas.
2. Berikan aktivitas alternatif periode istirahat.
3. Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelumnya dan sesudah aktivitas.
4. Diskusikan cara menghemat kalori.
5. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN ENDOKRIN : DIABETES MELLITUS DI BANGSAL MELATI I
RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
A. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 16 April 2008
Jam pengkajian : 08.00 Wib
1. Identitas
a. Identitas pasien
1. Nama : Ny. S
2. Tempat/tanggal lahir : Klaten, 1947
3. Umur : 61 tahun
4. Jenis kelamin : Perempuan
5. Alamat : Petoran, Jebres, Surakarta
6. Suku : Jawa
7. Agama : Islam
8. Bangsa : Indonesia
9. Pendidikan : -
10. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
11. Dokter yg merawat :
b. Identitas penanggung jawab
1. Nama : Ny. S
2. Umur : 40 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
5. Agama : Islam
6. Pendidikan : SMA
7. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
8. Alamat : Petoran, Jebres, Surakarta
9. Hubungan dg pasien : Anak kandung
3. Keluhan utama
Pasien mengatakan badannya lemas.
4. Riwayat keperawawatan
a. Riwayat keperawatan sekarang
± 2 hari yang lalu pasien merasa pusing, mual muntah, badannya lemes dan nggliyer di rumah pasien sudah diberi obat pusing dan mual muntah, tapi belum ada perkembangan.
Tanggal 16 April 2008 pukul 03.00 pagi dibawa ke RS. Dr. Moewardi Surakarta, masuk IGD diberi terapi infus RL 20 tpm, injeksi cefriaxonelx 2 gr, piralen 1 x 1 mg, ulceranin 1 gr/12 jam, kemudian pukul 05.00 WIB dipindah bangsal Melati I untuk di rawat inap.
b. Riwayat keperawatan dahulu
± 1 tahun yang lalu pasien pernah dirawat di rumah sakit dengan penyakit yang sama dan diperbolehkan pulang karena sudah mengalami perbaikan dalam kesehatan selama perawatan.
c. Riwayat keperawatan keluarga
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular, tetapi ada yang menderita penyakit hipertensi yaitu ibunya.
d. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Menikah
: Garis keturunan
: Pasien
: Penderita penyakit hipertensi
5. Konseptual Model Gordon
a. Pola persepsi dan managemen kesehatan
Pasien mengatakan jika ada keluarga yang sakit segera dibawa ke dokter untuk diperiksakan dan mendapatkan pengobatan.
b. Pola nutrisi
Sebelum sakit : Pasien makan 3 x/hari, porsi makan cukup, nasi, lauk dan sayur.
Selama sakit : Pasien makan diit yang diberikan RS, pasien makan hanya habis ½ porsi yang diberikan RS, nafsu makan menurun.
c. Pola eliminasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAB 1 x/hari, konsistensi padat, BAK 6-7 x/hari.
Selama sakit : Pasien mengatakan BAB 1 x/hari, BAK dalam urine back ± 1500 cc/hari, warna kunig agak keruh, bau khas.
d. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit : Pasien dapat beraktivitas mandiri tanpa bantuan orang lain.
Selama sakit : Pasien total care, semua aktivitas dibantu oleh perawat dan keluarga.
e. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit : Pasien mengatakan biasanya tidur ± 6-7 jam /hari.
Pasien jarang tidur siang.
Selama sakit : Pasien mengatakan tidur 5-6 jam pada malam hari.
Pasien hanya dapat sebentar-bentar tidur siang.
f. Pola persepsi kognitif
Pasien mengatakan sudah tahu tentang penyakit yang dideritanya.
g. Pola persepsi dan konsep diri
1) Body image : Pasien mengatakan menerima keadaannya saat ini.
2) Self ideal : Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan berkumpul dengan keluarga.
3) Self esteem : Pasien mengatakan tidak minder dengan penyakitnya.
4) Identity : Pasien menyadari bahwa dia adalah seorang perempuan
h. Pola peran dan hubungan
Pasien mengatakan sebagai seorang ibu dari 8 anak dan nenek dari 12 cucu, hubungan dengan keluarga tampak harmonis.
i. Pola reproduksi dan sexual
Pasien mempunyai 8 anak dengan suaminya, pasien menikah 1 kali dan sudah masa menopause.
j. Pola koping terhadap stres
Pasien mengatakan setiap ada masalah dibicarakan dengan keluarga.
k. Pola nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan beragama Islam, dan rajin beribadah 5 kali sehari, tapi saat ini pasien hanya mampu berdoa.
6. Pemeriksaan fisik
Pada tanggal 20 Mei 2008
a. Keadaan umum : Lemah
b. Tingkat Kesadaran : Composmentis
GCS Evektor : 4
Motorik : 6
Verbal : 5
c. Tanda-tanda vital : TD : 180/90 mmHg BB : 50 kg
N : 80 x/menit TB : 153 cm
S : 36,9°C
Rr : 20 x/menit
d. Kepala : Messocepal, rambut sebahu beruban, tidak ada lesi.
e. Mata : Konjungtiva anemis, sklera un ikterik, tampak sayu, pasien masih cukup tajam dalam penglihatan.
f. Hidung : Bersih, tidak ada serumen, terpasang O2 2 lt/menit
g. Telinga : Bersih, simetris, pendengaran normal
h. Mulut : Gigi masih utuh, mukosa bibir kering, tidak pecah-pecah, tidak ada stomatitis.
i. Wajah : Pucat
j. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
k. Dada
Paru : I : Pengembangan dada kanan = kiri
P : Fremitus, raba kanan = kiri
P : Sonor
A : Tidak ada wheezing
Jantung : I : Ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis kuat angkat
P : Pekak
A : BJ I – II reguler
. Abdomen : I : Permukaan dada dan perut sama, tidak ada lesi
A : Peristaltik
P : Tidak teraba massa
P : Tympani
l. Ektremitas
Atas : Terpasang infus RL 20 tpm pada tangan kanan, tangan kiri bebas bergerak, tidak ada oedem.
Bawah : Bebas bergerak tidak ada oedem
m. Genitalia urinaria : Pasien terpasang DC, genetalia bersih.
n. Kulit : Terdapat luka bekas pengambilan sampel darah yang berwarna biru namun tidak nyeri, kapiler reffil > 2 detik.
7. Pemeriksaan penunjang
a. Hasil laboratorium pada tanggal 16 April 2008 pukul 08.30 WIB
Pemeriksaan | Hasil | Normal |
Kimia darah SGOT SGPT GDS | 73 U/L* 71 U/L* 302,1 mg/dl * | Lk : < 35 ; Pr : < 31 u/L < 31 u/L 70-115 mg/dl |
Analisa Urine Urinalisa Warna Kekeruhan Reduksi Bilirubin Keton BJ pH Protein Urobilinogen Nitrit Sedimen Leukosit Eritrosit Epitel squamos Silinder Kristal Amorf fosfat Sel rage/jamur Bakteri | Kuning Keruh* Tertentu* - - < = 1005 6,5 - 3,2 E.v/dl - - 10-15 plp 25. 30 plp 5-7 plp - + + + | Kuning Jernih - - - - - - - - - ( - ) |
8. Program terapi (16 April 2008)
1. Infus RL 20 tpm
2. Obat oral
o Captopril 2,5 gr 3 x 1
o Amiodipine 10 mg 1x 1 (siang)
o He pro 3 x 1
3. Injeksi
o Cefriaxon 2 gr/hari
o Piralen 1mg/12 jam
o Ulceranin 1 gr/12 jam
o Lancolin 1 gr/12 jam
o Actropid 10 – 10 – 4 unit
4. Pemeriksaan tambahan
Pemeriksaan gula darah sewaktu
B. Data Fokus
1. Data subyektif :
1. Pasien mengatakan badannya lemes.
2. Pasien mengatakan nafsu makan menurun.
3. Pasien mengatakan pusing, nggliyer
2. Data obyektif :
1. Keadaan umum lemah
2. Warna kulit pucat, teraba dingin
3. TD : 180/90 mmHg, N : 80 x/menit, Rr : 20 x/menit, S : 26,58C
4. BB : 50 kg
5. Terpasang infus RL 20 tpm pada tangan kanan
6. Terpasang O2 2 lt/menit
7. Terpasang DC hari -2
8. Mukosa bibir kering
9. Kapileri reffil 72 dtk
10. Pada tangan kiri ada luka kebiruan bekas pengambilan sampel darah.
11. Hasil laboratorium saat pengkajian
GDS : 302,1 mg/dl
SGOT : 73 u/l
SGPT : 71 u/l
Amorf pospat : (+)
Sel rage (+)
Bakteri : (+)
12. ADL dibantu keluarga dan perawat.
C. Analisa Data
No | Tgl/jam | Data Fokus | Etiologi | Problem |
1. | 16/4/08 09.00 | DS : - Pasien mengatakan lemas - Pasien mengatakan nafsu makan menurun - Pasien mengatakan pusing, nggliyer. DO: - GDS 302,1 mg/dl - Mukosa bibir kering - Makan habis ½ porsi RS | Input yang tidak adekuat dan ketidak cukupan insulin | Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh |
2 | 10.00 | DS : - Pasien mengatakan lemas - Pasien mengatakan pusing DO: - TD : 180/90 mmHg, S : 36,9° C N : 80 x/menit Rr : 20 x/menit - Kapileri reffil 32 detik - Terpasang O2, 2 lt/menit, kulit pucat, teraba dingin - SGOT : 73 u/l - SGPT : 71 u/l | Penurunan aliran darah sekunder akibat vasokonstriksi pembentukan tromboembolik | Resiko tinggi terhadap perfusi jaringan |
3. | 11.30 | DS : - Pasien mengatakan lemas DO: - ADL dibantu oleh keluarga dan perawat - Terpasang O2 nasal 2 lt./menit - Terpasang DC - Pasien lemah | Kelemahan fisik | Gangguan pemenuhan ADL |
D. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukan yang tidak adekuat dan ketidakcukupan insulin.
2. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik
3. Resiko tinggi terhadap perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah sekunder akibat vasokonstriksi, pembentukan tromboli.
E. Intervensi
1. Dx. I
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama 3 x 24 jam kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi dengan baik.
Kriteria hasil :
1. Pasien dapat menghabiskan porsi diit yang diberikan.
2. Pasien dapat menunjukkan BB dalam batas normal.
3. GDS menunjukkan angka normal 70-115 mg/dl
4. Mukosa bibir lembab
Intervensi :
1. Berikan makanan sesuai diet DM.
2. Identifikasi makanan yang disukai pasien.
3. Observasi GDS sesuai kolaborasi dokter dengan “finger stick”
4. Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan metode insulin intermitten sesuai advis dokter.
5. Observasi tanda-tanda vital.
6. Observasi tanda-tanda hipoglikemia dan hiperglikemia
7. Berikan penyuluhan tentang diit khusus DM yang benar dan menghindari makanan yang banyak mengandung gula.
8. Timbang BB tiap hari.
2. Dx. II
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien dapat melakukan aktivitas sesuai toleransi.
Kriteria hasil :
1. Pasien dapat melakukan aktivitas sesuai toleransi.
Intervensi :
1. Kaji tingkat kemampuan pasien dalam ADL.
2. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas
3. Ajarkan pasien untuk melakukan aktivitas ringan yang tidak mengganggu
4. Observasi kebutuhan aktivitas yang dibutuhkan
5. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien
3. Dx. III
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi gangguan jaringan perifer.
Kriteria hasil :
2. Kulit hangat, tidak pucat.
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal
4. Kapileri reffil < 2 detik, turgor kulit baik
5. Tidak ada sesak nafas
Intervensi :
6. Observasi pucat, sianosis, kulit dingin
7. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
F. Implementasi
No. | Tgl/ jam | Implementasi | Respon | Paraf |
I,III | 17/4/08 08.00 | · Melakukan pengkajian pasien · Mengkaji TTV | DS : Pasien mau menyebutkan nama, alamat dan keluhan DO : Pasien tampak lemah TD : 180/90 mmHg N : 80 x/menit S : 36,9°C Rr : 20 x/menit | |
I | 09.00 | · Mengambil sampel darah guna pemeriksaan GDS | DS : Pasien mengatakan mau diambil darahnya DO: Hasil GDS 302,1 mg/dl | |
I | 09.45 | · Membagikan ekstra siang dengan die DMTKTP 1500 kal | DS : Pasien mengatakan nafsu makan menurun DO : Ekstra siang hanya habis ½ porsi RS | |
II,I | 09.45 | · Menambahkan aqua dest steril pada oksigen | DS : Pasien mengatakan merasa lebih nyaman DO : O2 terpasang 2 lt/menit | |
I, II, III | 10.00 | · Monitor balance cairan | DS : - DO : Terpasang infus RL 20 tpm, urin 2/3 jam : 470 cc BL/23 jam : ± 1261 cc | |
I, III | 11.00 | · Melakukan tindakan injeksi lewat selang infus : * Ceftriaxone 2 gr | DS : - DO : Ceftriaxone masuk 2 gr | |
I | 11.30 | · Membagikan makan siang diet DMTKTP 1500 kal | DS : Pasien mengatakan nafsu makan berkurang DO : Makan siang habis ½ porsi | |
I,III | 12.00 | · Memberikan obat Amlodipine 10 mg Captopril 25 mg | DS : - DO : Obat masuk lewat oral | |
III | 14.30 | · Mengobservasi capilary refill · Mengambil sampel darah untuk pemeriksaan SGOT, SGPT · Mengambil sampel urin pemeriksaan ureum kreatinin | DS : - DO : Capilary Refill > 2 dtk Hasil pemeriksaan darah SGOT : 70, SGPT : 71 | |
II | 15.00 | · Mengkaji kemampuan pasien dalam ADL · Motivasi pasien untuk latihan duduk · Ajarkan pasien untuk duduk bersandar di tempat tidur · Mendekatkan alat-alat yang dibutuhkan pasien · Membantu dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene pasien | DS : Pasien mengatakan dibantu keluarga dalam ADL DO : Pasien tampak dibantu keluarga saat pemenuhan ADL Pasien latihan duduk dibantu keluarga | |
II | 16.05 | · Monitor TTV pasien | DS : - DO : TD : 170/90 mmHg N : 80 x/menit S : 37,5°C Rr : 20 x/menit | |
| 16.40 | · Mengganti infus RL 20 tpm | DO : Infus terpasang RL 20 tpm | |
| 17.30 | · Menyajikan makan sore dengan diet DMTKTP 1500 kal | DS : Pasien mengatakan nafsu makan menurun DO : Makan habis ½ porsi | |
I, III | 18/4/08 09.00 | · Mengambil sampel darah guna pemeriksaan GDS rutin | DS : - DO : Hasil GDS 237 mg/dl | |
| 09.00 | · Injeksi : Ceptriasone 2 gr | DO : Ceftriaxone masuk 2 gr | |
I | 10.00 12.00 | · Membagikan extra siang · Membagikan makan siang diet DMTKTP 1500 kal | DO : Extra siang habis DS : Pasien mengatakan nafsu makan bertambah DO : Makan siang habis ¾ porsi | |
I, III | 12.00 | · Memberikan obat oral Hp Pro Amlodipine 10 mg Captopril 25 mg | DO : Obat masuk lewat oral | |
III | 15.00 | · Mengobservasi capilary refill | DS : - DO : Capilary Refill < 2 dtk Infus RL 20 tpm | |
II | 16.00 | · Membantu dalam persiapan mandi pasien | DS : Pasien mengatakan mandi dibantu keluarga DO : Pasien tampak lebih nyaman | |
III | 16.40 | · Monitor TTV pasien | DO : TD : 150/60 mmHg N : 84 x/menit S : 36,8°C Rr : 22 x/menit | |
I | 17.30 | · Menyajikan makan sore dengan diet DMTKTP 1500 kal · Memberikan 10 ui | DS : Pasien mengatakan nafsu makan bertambah DO : Actrapit masuk 10 ui Makan habis ¾ porsi | |
I,III | 19/4/08 07.00 | · Monitor KU pasien · Mengukur TTV pasien · Memberikan actrapit 10 ui | DS : - DO : TD : 140/90 mmHg N : 80 x/menit Rr : 20 x/menit S : 36°C | |
I | 08.00 | · Mengantarkan makan pagi pasien diet DM TKTP 1500 kal | DS : Pasien mengatakan nafsu maka bertambah | |
III | 09.00 | · Mengambil sampel darah guna pemeriksaan GDS | DO : - Actrapit masuk · Makan pagi habis 1 porsi - Hasil GDS 282 kal | |
I | 12.00 | · Membagikan extra siang dengan diet DMTKTP 1500 kal · Memberikan actrapit 10 ui | DS : Pasien mengatakan nafsu makan habis ¾ porsi DO : Actrapit masuk Makan siang habis ¾ porsi | |
G. Evaluasi
No. Dx | Tanggal/jam | Evaluasi | Ttd |
I | 19-4-2008 13.00 | S : Pasien mengatakan sudah ada peningkatan nafsu makan. O : - KU pasien sedang - Pasien makan habis ¾ porsi diit RS A : Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan terata si. P : Intervensi dilanjutkan · Kolaborasi pemberian actrapid 10-10-4 · Berikan diit khusus DM | |
II | 13.10 | S : Pasien mengatakan badannya masih nggliyer dan pusing O : - KU pasien sedang - TD : 140/90 mmHg S : 20 x/menit N : 80 x/menit Rr : 36°C - Kapileri reffil < 2 detik A : Resiko tinggi terhadap perfusi jaringan tidak terjadi P : Intervensi dilanjutkan · Berikan O2 2 lt/menit · Observasi TTV | |
| 13.30 | S : Pasien mengatakan sudah bisa beraktivitas sendiri, tapi kadang masih dibantu O : Pasien bisa makan sendiri, aktivitas mandi masih dibantu oleh keluarga. A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan · Bantu pasien dalam aktivitas · Anjurkan pasien untuk beraktivitas sesuai toleransi | |
Demikianlah Artikel askep DM
Sekianlah artikel askep DM kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel askep DM dengan alamat link https://askep-nursing.blogspot.com/2012/11/askep-dm.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar