Judul : Tinjauan Pustaka Penyakit Pediculosis Lengkap
link : Tinjauan Pustaka Penyakit Pediculosis Lengkap
Tinjauan Pustaka Penyakit Pediculosis Lengkap
TINJAUAN PUSTAKA
- Anatomi Sistem Integumen
Sistem Integumen merupakan sistem terluas dalam tubuh. Sistem integumen terdiri dari kulit dan struktur aksesoris (rambut, kuku, kelenjar minyak dan kelenjar keringat). Sistem integumen memiliki luas 1-2 m2 dan merupakan 15% dari total berat tubuh. Kulit mempunyai ketebalan yang berfariasi. Bagian yang paling tipis berada di sekitar mata dan yang paling tebal pada telapak tangan dan kaki (William & Wilkins. 2002)
Beberapa komponen lapisan pada kulit sebagai berikut:
- Epidermis
Merupakan lapisan paling luar yang unsur utamanya adalah keratinosit dan sel melanosit. Lapisan ini terus mengalami mitosis. Epidermis memiliki beberapa lapisan sel yaitu:
- Stratum korneum : selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, dan mengandung zat keratin. Zat tanduk merupakan keratin lunak yang berada dalam sel-sel keratin keras.
- Stratum lusidum: terdiri dari sel yang sngat gepeng dan bening, ditemukan pada lapisan tubuh yang berkulit tebal.
- Stratum granulosum: terdiri dari 2-3 lapis sel poligonal yang agak gepeng, inti berada di tengah, dan sitoplasma berisi butiran granula keratohialin (keratin dan hialin). Lapisan ini menghalangi masuknya zat asing ke dalam tubuh. (contoh: bahan kimia, benda asing, kuman dan lain-lain )
- Stratum spinosum: terdapat banyakn sel bentuk kubus dan poliginal, inti di tengah, dan sitoplasma berisi serat-serat yang terpaut dengan desmosom. Lapisan ini berfungsi untuk menahan gesekan dan tekana dari luar. Terdapat di daerah yang banyak bersentuhan atau menahan beban dan tekanan (seperti di tumit dan pangkal telapak kaki).
- Stratum malfigi: berbatassan dengan dermis. Sel aktif mengalami mitosis sampai individu meninggal dengan umur sel 15-30 hari sejak terbentuk sampai terkelupas.
- Dermis
Tebal antara 0.5-3 mm, lebih tebal dari epidermis yang terbentuk dari komponen jaringan pengikat. Turunan dermis terdiri dari bulu, kelenjar minyak, kelenjar lendir, dan kelenjar keringat yang berada jauh dalam dermis. Sedangkan lapisannya terdiri dari:
- Lapisan papila: mengandung lapisan pengikat longgar yang membentuk lapisan stratum spongeosum. Lapisan ini terdiri atas serat kolagen halus, alastin, dan kulin yang akan membentuk jaring halus yang terdapat di bawah epidermis
- Lapisan retikulosa: mengandung jaringan pengikat rapat dan serat kolagen, tersusun bergelombang, sedikit serat retikulum, dan banyak mengandung serat elastin.dalam lapisan ini terdapat sel-sel fibrosa, sel histiosit, pembulh darah, pembuluh getah bening, saraf, kandung rambut kelenjar sebasea, kelenjar keringat, sel lemak, dan otot penegak rambut.
- Hipodermis / Subkuntis
Lapisan bawah kulit yang terdiri dari jaringan pengikat longgar. Seratnya longgar, elastis, dan memiliki sel lemak. Terdapat lapisan subkuntan yang menentuka mobilitas kulitdi atasnya. Bantalan lemak pada lapisan ini terbentuk dari lobulus lemak yang merata di hipodermis yang disebut dengan panikolus adiposus. Pada lapisn perut dapat mencapai tebal 3cm. Pada jaringan subkuntan di kelopak mata, penis dan skrotum tidak mengandung lemak.
Gambar 1. Lapisan Kulit
Pada kulit ada beberapa kelenjar di dalamnya, diantaranya adalah:
- Kelenjar Sebasea
Berasal dari rambut yang bermuara pada saluran folikel ram,but untuk melumassi rambut dan kulit yang berdekatan. Banyak terdapat di kepala dan wajah sekitar hidung, mulut dan telinga. Sedikit pada telapak tangan dan kaki.
- Kelenjar Keringat
Merupakan alat utama untuk mengendalikan suhu tubuh. Sekresi aktif kelenjar keringat berada di bawah pengendalian saraf simpatis. Kelenjar ini terdapat diseluruh tubuh terutama pada telapak tangan dan kaki kecuali pada dasar kuku, batas bibir, glans penis, dan gendang telinga. Terdapat 2 macam kelenjar keringat yaitu:
- Kelenjar keringat ekrin dan
- Kelenjar keringat apokrin.
- Kelenjar Mamae
Dikatakan sebagai kelenjar kulit menurut Syaifuddin dalam bukunya tahun 2011 karena berasal dari lapisan eksodermal.
Dan pada kulit terdapat pula bagian-bagian yang menempel, yaitu:
- Rambut
Benang keratin elastis yang berkembang dari epidermis dan tersebar di seluruh tubuh kecuali telapak tangan dan kaki, permukaan dorsal falang distal, sekitar lubang dubur, dan urogenital. Memiliki batang yang bebas dan akar yang tertanam dalam kulit. Dengan struktur rambut (Syifuddin, 2011):
- Medula
- Korteks
- Kutikula
Gambar 2: Struktur rambut
- Kuku
Merupakan lempeng yang membentuk pelindung pembungkus permukaan dorsal falang jari tangan dan jari kaki yang strukturnya berhubungan dengan dermis dan epidermis. Lempeng kuku berasal dari sisik epidermis yang menyatu erat dan tidak mengelupas berwarna bening sehingga pembuluh kapiler darah dalam dasar kuku kelihatan kemerahan.
- Fisiologi Sistem Integumen
Berikut ini merupakan fungsi kulit sebagai sistem integumen antara lain:
- Fungsi regulasi temperatur dan tekanan darah
Persarafan, pembuluh darah, dan kelenjar keringat dan lapisan kulit yang lebih dalam membantu termoregulasi. Ketika kulit terpapar udara dingin, dan suhu tubuh turun, pembuluh darah akan kontriksi sebagai respon dari sistem saraf otonom. Hal ini menyebabkan penurunan aliran darah ke kulit dan akan mempertahankan suhu tubuh. Sebaliknya jika suhu terlalu panas, atau saat suhu tubuh meningkat maka pembuluh darah akan berdilatasi, aliran darah meningkat dan menurunkan suhu tubuh, jika hal ini tidak efektif maka kelenjar ekrin akan meningkatkan produksi keringat sehingga terjadi penguapan yang akan menurunkan suhu tubuh.
- Fungsi proteksi
Lapisan kult terluar melindungi tubuh dari trauma fisik, kimia, dan dari invasi bakteri atau mikroorganisme. Sel Langerhans, sel spesifik yang terdapat pada lapisan kulit meningkatkan respon imun tubuh dengan membantu limfosit untuk memproses antigen yang masuk ke kulit. Melanosit. Merupakan sel kulit yang memproduksi melanin membantu menyaring sinar UV, paparan sinar matahari yang berlebih dapat menstimulasi produksi melanin. Kulit juga melindungu tubuh dengan mencegah ekskresi air dan elektrolit. hal ini akan mencegah tubuh kehilangan cairan yang berlebih.
- Fungsi ekskresi
Sebagai organ ekskresi, pada kulit terdapat kelenjar keringat. Keringat tersusun atas air, elektrolit, urea dan asam laktat
- Fungsi persepsi
Kulit memiliki susunan saraf yang berfungsi merasakan sentuhan atau sebagai alat peraba.
- Fungsi pembentukan vit. D
Saat distimulasi oleh sinar ultraviolet, kulit akan mensintesis vitamin D3 (cholecalciferol)
Pediculosis
Gambar 14. Morfologi Pediculus Humanus Corporis: A.Jantan; dan B.Betina
Pediculosis
- Definisi
Pedikulosis adalah infeksi kulit/rambut pada manusia yang disebabkan oleh Pediculus tergolong famili Pediculidae (Ronnny P Handoko). Sedangkan menurut Brunner & Suddart, 2002 pedikulosis adalah infeksi kutu yang mengenai kepala, badan, dan pubis, mengenai daerah-daerah yang berambut. Dan menurut Arif Monsjoer, 2002 Pedikulosis adalah infeksi kulit dan rambut pada manusia yang disebabkan oleh parasit obligat pediculus humanis. Jadi, dapat disimpulkan pengertian pedikulosis yaitu infeksi yang terjadi pada kulit manusia baik itu kulit badan, kulit kepala dan kepala serta pada daerah pubis yang disebabkan oleh parasit obligat pediculus humanis.
- Klasifikasi
Klasifikasi pada pediculosis dibagi berdasarkan daerah lesinya usia, yaitu:
- Pediculosis Capitis
Pedikulosis capitis pada rambut kepala dapat disebabkan oleh tuma kepala yang disebut Pediculosis humanus var. capitis yang termasuk famili Pediculidae. Kutu kepala merupakan serangga tak bersayap, tinggal di kulit kepala, dan menghisap darah. Panjang kutu kepala dewasa adalah 2-4 mm. Pedikulosis telah dikenal sejak zaman dahulu dan ditemukan kosmopolit.
Patologi & Klinik: Lesi pada kulit kepala disebabkan tusukan tuma pada waktu mengisap darah. Lesi sering ditemukan di belakang kepala atau leher. Air liur tuma yang merangsang menimbulkan kemerahan dan rasa gatal.
Epidemiologi: Pada infeksi berat dengan P.humanus capitis, helaian rambut akan sering akan sering melekat satu dengan yang lain dan mengeras, dapat ditemukan banyak tuma dewasa, telur (nits) dan eksudat nanah yang berasal dari luka gigitan yang meradang. Keadaan ini disebut “plica palonica” yang dapat ditumbuhi jamur. Infestasi mudah terjadi melalui kontak langsung. Pencegahan dilakukan dengan menjaga kebersihan rambut kepala.
Gambar 13. Morfologi Pediculus Humanus Capitis: A. Jantan; B. Betina; C. Larva; D. Telur
- Pediculosis Corporis
Etiologi Pediculosis humanus corporis yang memiliki morfologi hampir sama dengan tuma kepala dan hidupnya pada rambut dada, ketiak, serat pakaian. Kliniknya menyerupai pediculosis capitis.
Gambar 14. Morfologi Pediculus Humanus Corporis: A.Jantan; dan B.Betina
- Phthiriasis
Phthiriasis adalah gangguan pada daerah pubis yang disebabkan oleh infestasi tuma Phthirus pubis. Patologi & Klinik: Rasa gatal terjadi pada tempatnya tusukan dan kadang-kadang kulit di sekitar tusukan tampak pucat. Gangguan utama disebabkan perasaan gatal pada kulit daerah pubis. Telur-telur yang berkoloni pada bulu mata dapat mengganggu penglihatan.
- Etiologi
Penyakit pedikulosis disebabkan oleh parasit Pediculus yang biasa kita kenal dengan kutu. Kutu hampir tak dapat dilihat, merupakan serangga tak bersayap yang mudah menular dari orang ke orang melalui kontak badan dan karena pemakaian bersama baju atau barang lainnya. Ada beberapa kutu yang menyebabkan pedikulosis, seperti kutu kepala juga kutu badan.
Kutu kepala sangat mirip dengan kutu badan, meskipun sebenarnya merupakan spesies yang berlainan. Kutu kemaluan memiliki badan yang lebih lebar dan lebih pendek dibandingkan kutu kepala dan kutu badan.
- Patofisiologi
P. Capitis dan P. Corporis. Lesi pada kulit kepala disebabkan oleh tusukan tuma pada waktu mengisap darah . Lesi sering ditemukan di belakang kepala atau leher. Air liur tuma yang merangsang menimbulkan papel merah dan rasa gatal.
Phthiriasis, rasa gatal terjadi pada tempat tusukan dan kadang-kadang kulit di sekitar tusukan tampak pucat. Gangguan utama disebabkan perasaan gatal pada kulit daerah pubis. Telur-telur yang diletakkan pada bulu mata dapat mengganggu penglihatan.
- Manifestasi Klinis
Gejala utama adalah gatal di daerah pubis dan di sekitarnya, dapat meluas sampai ke abdomen dan dada, dijumpai bercak-bercak yang berwarna abu-abu atau kebiruan yang disebut sebagai makula serulae. Kutu ini dapat dilihat dengan mata biasa dan susah untuk dilepaskan karena kepalanya di masukkan ke dalam muara folikel rambut. Gejala patogenomonik lainnnya adalah black dot, yaitu bercak hitam yang tampak jelas pada celana dalam berwarna putih yang terlihat saat bangun tidur. Bercak hitam ini merupakan krusta yang berasal yang sering di interprestasikan salah sebagai hematuria. Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder dengan pembesaran kelenjar getah bening regional.
- WOC
- Pemeriksaan Diagnostik
Pediculosis dapat didiagnosa dengan memeriksa rambut dan meraba kulit kepala sendiri, apakah ada telur maupun kutu (untuk semua jenis P. capitis maupun Phthiriasis). Diagnosa dapat ditegakkan dengan pemeriksaan mikroskopik dengan cara melihat salah satu helai rambut yang dicurigai dihinggapi telur (nimfa) kutu. Diagnosa dapat dikonfirmasi jika ada kutu yang terlihat maupun telur kutu. Diagnosis ditegakkan dengan menemukan Phthiriasis dewasa, nimfa atau telurnya dari rambut pubis atau dari rambut lainya.
Epidemiologi: Penularan Phthiriasis terjadi jika ada kontak langsung, terutama pada waktu hubungan seksual.
- Penatalaksanaan
- Pengobatan
Permethrin merupakan pengobatan kutu yang paling aman, paling efektif dan paling nyaman. Lindane (tersedia dalam bentuk krim, losyen atau shampoo) juga bisa mengatasi kutu tetapi tidak dapat diberikan kepada anak-anak karena bisa menimbulkan komplikasi neurologis.
Kadang digunakan piretrin. Ketiga obat tersebut bisa menimbulkan iritasi. 10 hari setelah pemakaian, ketiga obat tersebut harus dioleskan kembali untuk membunuh kutu yang baru menetas. Infestasi pada alis atau bulu mata sulit untuk diobati, kutu biasanya diambil dengan menggunakan tang khusus. Jeli minyak polos bisa membunuh atau melemahkan kutu di bulu mata.
Jika sumber infestasi (sisir, topi, pakaian dan seprei) tidak dibersihkan melalui pencucian, penguapan atau dry cleaning, maka kutu bisa bertahan hidup dan kembali menginfeksi manusia.
- Tindakan dan Tata Laksana
Pada penderita Pedikulosis kapitis terapinya mencakup pengeramasan rambut memakai sampo yang mengandung lindane (Kwell) atau senyawa piretrin dengan piperonil butoksida (sampo RID atau R&C). Kepada pasien dianjurkan untuk mengeramas kulit kepala dan rambut menurut petunjuk pemakain sampo tersebut. Sesudah dibilas sampai bersih, rambut disisir dengan sisis bergigi halus (serit) yang sudah dicelupkan dalam cuka agar telur atau cangkar telur tuma yang tertinggal dapat terlepas dari batang rambut. Telur tuma sangat sulit dilepas dan mungkin harus diambil dengan jari tangan satu per satu ( karena itu, orang awam memakai istilah “mencari kutu”. Semua barang, pakaian, handuk dan perangkat tempat tidur yang bisa mengandung tuma atau telurnya harus dicuci dengan air panas sedikitnya dengan suhu 54oC atau dicuci kering untuk mencegah infestasi ulang. Perabot, permadani dan karpet yang berbulu harus sering dibersihkan dengan alat vacum cleaner. Sisir dan sikat rambut juga harus didisinfeksi dengan sampo. Semua anggota keluarga dan orang yang berhubunagn erat dengan pasien harus diobati. Komplikasi seperti pruritas yang hebat, pioderma (infeksi kulit yang membentuk pus) dan dermatitis diobati dengan preparat antipruritus, antibiotik sistemik serta kortikosteroid tropikal. Sedangkan pada penderita Pedikulosis korporis dan Pedikulosis pubis, kepada pasien diminta untuk memakai sabun dan air. Kemudian, lindane (Kwell) atau melation dalam isopropil alkohol (losion Prioderm) dioleskan pada daerah-daerah kulit yang terenfeksi dan daerah yang berambut menurut petunjuk informasi produk. Terapi topikal alternatif lainnya adalah pedikulida berbahan dasar piretrin (RID yang merupakan preparat yang bisa dibeli bebas) atau tembaga oleat 0,03% (Curpex). Jika bulu mata turut terkena vaseline dapat dioleskan tebal-tebal dua kali sehari selama 8 hari yang kemudian diikuti oleh pencabutan secara mekanis setiap telur kutu yang tertinggal. Komplikasi, seperti pruritis hebat, pioderma (infeksi yang membentuk pus pada kulit) dan dermatitis diobati dengan preparat antipruritis, antibiotik sistemik serta kortikosteroid topikal. Perlu diingat bahwa kutu badan dapat menularkan penyakit epedemik pada manusia, yaitu penyakit riketsia (tifus epidemik, demam hilang timbul dan trench fever). Mikroorganisme penyebabnya berada dalam traktus gastrointestinal serangga tersebut dan dapat diekskresikan ke permukaan kulit pasien yang terinfeksi.
- Cara Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan cara selalu menjaga kebersihan rambut & kulit kepala. Mencuci rambut paling tidak 3x dalam 1 minggu. Selain itu juga perlu untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar seperti rumah, pakaian, kebersihan kamar tidur, sprei, sarung bantal dan selimut yang digunakan. Apabila pernah kontak dengan penderita Pediculosis sebelumnya, sebaiknya segera cuci rambut dan perhatikan setiap helai rambut. Cuci sprei, sarung bantal & selimut dengan air panas 60 derajat celcius, jemur dibawah terik matahari dan disetrika.
- Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada pediculosis adalah:
- Pruritus. Saat kutu menghisap darah pada kulit kepala ataupun pada saat mengenai kulit, akan terasa sangat tidak nyaman dan gatal.
- Kemerahan. Kemerahan dapat terjadi akibat garukan yang disebabkan oleh adanya Kutu.
- Gangguan tidur. Penderita dengan Pedikulosis dapat mengalami gangguan tidur akibat gatal-gatal di kepalanya dan harus menggaruk kepalanya terutama pada saat malam hari.
- Impetigo dapat terjadi akibat inokulasi stafilokokus ke dalam kulit sewaktu menggaruk. Istilah “dungu (nitwit)” berasal dari penampilan anak-anak berkutu yang kelihatan bodoh, dengan sepsis kulit sekunder dan mungkin juga menderita anemia, dan akibatnya selalu dalam keadaan yang tidak sehat.
- Prognosis
Prognosis umumnya baik, asalkan hygiene tetap terjaga dan panduan pengobatan dipatuhi.
DAFTAR PUSTAKA
Aisah, S. 2010. Creeping Eruption dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi6. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran FKUI
Arias, Kathleen Meehan. 2009. Investigasi dan Pengendalian Wabah di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta: EGC
Arif, Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Medica Aesculapius FKUI
Graham, dkk. 2005. Lecture Notes on Dermatologi Ed.8. Jakarta: Erlangga
Ideham & Pusarawati. 2007. Helmintologi Kedokteran. Surabaya: Penerbit Airlangga
Kee, Joyce L. 1996. Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
Kenny, Tim. 2012. Scabies. United Kingdom : EMIS.
Khrisna, A. 2013. Mengenali Keluhan Anda : Info Kesehatan Umum untuk Pasien Ed.1. Jakarta: Informasi Medika
M. Zenilman, Jonathan dkk. 2012. Sexually Transmitted Infections: Diagnosis, Management, and Treatment. Jones & Bartlett Learning, Canada
Natadisastra, Djaenudin. 2009. Parasitologi Kedokteran: Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC
NHS. 2012. Scabies. United Kingdom : NHS Choices.
Price & Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Vol. 2 Ed.6. Jakarta: EGC
Suci dkk dalam jurnal “ Hubungan Personal Hygine dengan Kejadian Scabies di Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum, Palarik Air Pacah, Kecamatan Koto Tangah padang Tahun 2013”.
Syarif, A. dan Elysabeth, 2009. Antelmintik. Dalam: Gunawan, S. G., et al.,. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FakultasKedokteran Universitas Indonesia
Syarif, A. dan Elysabeth, 2009. Antelmintik. Dalam: Gunawan, S. G., et al.,. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FakultasKedokteran Universitas Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA
- Anatomi Sistem Integumen
Sistem Integumen merupakan sistem terluas dalam tubuh. Sistem integumen terdiri dari kulit dan struktur aksesoris (rambut, kuku, kelenjar minyak dan kelenjar keringat). Sistem integumen memiliki luas 1-2 m2 dan merupakan 15% dari total berat tubuh. Kulit mempunyai ketebalan yang berfariasi. Bagian yang paling tipis berada di sekitar mata dan yang paling tebal pada telapak tangan dan kaki (William & Wilkins. 2002)
Beberapa komponen lapisan pada kulit sebagai berikut:
- Epidermis
Merupakan lapisan paling luar yang unsur utamanya adalah keratinosit dan sel melanosit. Lapisan ini terus mengalami mitosis. Epidermis memiliki beberapa lapisan sel yaitu:
- Stratum korneum : selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, dan mengandung zat keratin. Zat tanduk merupakan keratin lunak yang berada dalam sel-sel keratin keras.
- Stratum lusidum: terdiri dari sel yang sngat gepeng dan bening, ditemukan pada lapisan tubuh yang berkulit tebal.
- Stratum granulosum: terdiri dari 2-3 lapis sel poligonal yang agak gepeng, inti berada di tengah, dan sitoplasma berisi butiran granula keratohialin (keratin dan hialin). Lapisan ini menghalangi masuknya zat asing ke dalam tubuh. (contoh: bahan kimia, benda asing, kuman dan lain-lain )
- Stratum spinosum: terdapat banyakn sel bentuk kubus dan poliginal, inti di tengah, dan sitoplasma berisi serat-serat yang terpaut dengan desmosom. Lapisan ini berfungsi untuk menahan gesekan dan tekana dari luar. Terdapat di daerah yang banyak bersentuhan atau menahan beban dan tekanan (seperti di tumit dan pangkal telapak kaki).
- Stratum malfigi: berbatassan dengan dermis. Sel aktif mengalami mitosis sampai individu meninggal dengan umur sel 15-30 hari sejak terbentuk sampai terkelupas.
- Dermis
Tebal antara 0.5-3 mm, lebih tebal dari epidermis yang terbentuk dari komponen jaringan pengikat. Turunan dermis terdiri dari bulu, kelenjar minyak, kelenjar lendir, dan kelenjar keringat yang berada jauh dalam dermis. Sedangkan lapisannya terdiri dari:
- Lapisan papila: mengandung lapisan pengikat longgar yang membentuk lapisan stratum spongeosum. Lapisan ini terdiri atas serat kolagen halus, alastin, dan kulin yang akan membentuk jaring halus yang terdapat di bawah epidermis
- Lapisan retikulosa: mengandung jaringan pengikat rapat dan serat kolagen, tersusun bergelombang, sedikit serat retikulum, dan banyak mengandung serat elastin.dalam lapisan ini terdapat sel-sel fibrosa, sel histiosit, pembulh darah, pembuluh getah bening, saraf, kandung rambut kelenjar sebasea, kelenjar keringat, sel lemak, dan otot penegak rambut.
- Hipodermis / Subkuntis
Lapisan bawah kulit yang terdiri dari jaringan pengikat longgar. Seratnya longgar, elastis, dan memiliki sel lemak. Terdapat lapisan subkuntan yang menentuka mobilitas kulitdi atasnya. Bantalan lemak pada lapisan ini terbentuk dari lobulus lemak yang merata di hipodermis yang disebut dengan panikolus adiposus. Pada lapisn perut dapat mencapai tebal 3cm. Pada jaringan subkuntan di kelopak mata, penis dan skrotum tidak mengandung lemak.
Gambar 1. Lapisan Kulit
Pada kulit ada beberapa kelenjar di dalamnya, diantaranya adalah:
- Kelenjar Sebasea
Berasal dari rambut yang bermuara pada saluran folikel ram,but untuk melumassi rambut dan kulit yang berdekatan. Banyak terdapat di kepala dan wajah sekitar hidung, mulut dan telinga. Sedikit pada telapak tangan dan kaki.
- Kelenjar Keringat
Merupakan alat utama untuk mengendalikan suhu tubuh. Sekresi aktif kelenjar keringat berada di bawah pengendalian saraf simpatis. Kelenjar ini terdapat diseluruh tubuh terutama pada telapak tangan dan kaki kecuali pada dasar kuku, batas bibir, glans penis, dan gendang telinga. Terdapat 2 macam kelenjar keringat yaitu:
- Kelenjar keringat ekrin dan
- Kelenjar keringat apokrin.
- Kelenjar Mamae
Dikatakan sebagai kelenjar kulit menurut Syaifuddin dalam bukunya tahun 2011 karena berasal dari lapisan eksodermal.
Dan pada kulit terdapat pula bagian-bagian yang menempel, yaitu:
- Rambut
Benang keratin elastis yang berkembang dari epidermis dan tersebar di seluruh tubuh kecuali telapak tangan dan kaki, permukaan dorsal falang distal, sekitar lubang dubur, dan urogenital. Memiliki batang yang bebas dan akar yang tertanam dalam kulit. Dengan struktur rambut (Syifuddin, 2011):
- Medula
- Korteks
- Kutikula
Gambar 2: Struktur rambut
- Kuku
Merupakan lempeng yang membentuk pelindung pembungkus permukaan dorsal falang jari tangan dan jari kaki yang strukturnya berhubungan dengan dermis dan epidermis. Lempeng kuku berasal dari sisik epidermis yang menyatu erat dan tidak mengelupas berwarna bening sehingga pembuluh kapiler darah dalam dasar kuku kelihatan kemerahan.
- Fisiologi Sistem Integumen
Berikut ini merupakan fungsi kulit sebagai sistem integumen antara lain:
- Fungsi regulasi temperatur dan tekanan darah
Persarafan, pembuluh darah, dan kelenjar keringat dan lapisan kulit yang lebih dalam membantu termoregulasi. Ketika kulit terpapar udara dingin, dan suhu tubuh turun, pembuluh darah akan kontriksi sebagai respon dari sistem saraf otonom. Hal ini menyebabkan penurunan aliran darah ke kulit dan akan mempertahankan suhu tubuh. Sebaliknya jika suhu terlalu panas, atau saat suhu tubuh meningkat maka pembuluh darah akan berdilatasi, aliran darah meningkat dan menurunkan suhu tubuh, jika hal ini tidak efektif maka kelenjar ekrin akan meningkatkan produksi keringat sehingga terjadi penguapan yang akan menurunkan suhu tubuh.
- Fungsi proteksi
Lapisan kult terluar melindungi tubuh dari trauma fisik, kimia, dan dari invasi bakteri atau mikroorganisme. Sel Langerhans, sel spesifik yang terdapat pada lapisan kulit meningkatkan respon imun tubuh dengan membantu limfosit untuk memproses antigen yang masuk ke kulit. Melanosit. Merupakan sel kulit yang memproduksi melanin membantu menyaring sinar UV, paparan sinar matahari yang berlebih dapat menstimulasi produksi melanin. Kulit juga melindungu tubuh dengan mencegah ekskresi air dan elektrolit. hal ini akan mencegah tubuh kehilangan cairan yang berlebih.
- Fungsi ekskresi
Sebagai organ ekskresi, pada kulit terdapat kelenjar keringat. Keringat tersusun atas air, elektrolit, urea dan asam laktat
- Fungsi persepsi
Kulit memiliki susunan saraf yang berfungsi merasakan sentuhan atau sebagai alat peraba.
- Fungsi pembentukan vit. D
Saat distimulasi oleh sinar ultraviolet, kulit akan mensintesis vitamin D3 (cholecalciferol)
Pediculosis
Gambar 14. Morfologi Pediculus Humanus Corporis: A.Jantan; dan B.Betina
Pediculosis
- Definisi
Pedikulosis adalah infeksi kulit/rambut pada manusia yang disebabkan oleh Pediculus tergolong famili Pediculidae (Ronnny P Handoko). Sedangkan menurut Brunner & Suddart, 2002 pedikulosis adalah infeksi kutu yang mengenai kepala, badan, dan pubis, mengenai daerah-daerah yang berambut. Dan menurut Arif Monsjoer, 2002 Pedikulosis adalah infeksi kulit dan rambut pada manusia yang disebabkan oleh parasit obligat pediculus humanis. Jadi, dapat disimpulkan pengertian pedikulosis yaitu infeksi yang terjadi pada kulit manusia baik itu kulit badan, kulit kepala dan kepala serta pada daerah pubis yang disebabkan oleh parasit obligat pediculus humanis.
- Klasifikasi
Klasifikasi pada pediculosis dibagi berdasarkan daerah lesinya usia, yaitu:
- Pediculosis Capitis
Pedikulosis capitis pada rambut kepala dapat disebabkan oleh tuma kepala yang disebut Pediculosis humanus var. capitis yang termasuk famili Pediculidae. Kutu kepala merupakan serangga tak bersayap, tinggal di kulit kepala, dan menghisap darah. Panjang kutu kepala dewasa adalah 2-4 mm. Pedikulosis telah dikenal sejak zaman dahulu dan ditemukan kosmopolit.
Patologi & Klinik: Lesi pada kulit kepala disebabkan tusukan tuma pada waktu mengisap darah. Lesi sering ditemukan di belakang kepala atau leher. Air liur tuma yang merangsang menimbulkan kemerahan dan rasa gatal.
Epidemiologi: Pada infeksi berat dengan P.humanus capitis, helaian rambut akan sering akan sering melekat satu dengan yang lain dan mengeras, dapat ditemukan banyak tuma dewasa, telur (nits) dan eksudat nanah yang berasal dari luka gigitan yang meradang. Keadaan ini disebut “plica palonica” yang dapat ditumbuhi jamur. Infestasi mudah terjadi melalui kontak langsung. Pencegahan dilakukan dengan menjaga kebersihan rambut kepala.
Gambar 13. Morfologi Pediculus Humanus Capitis: A. Jantan; B. Betina; C. Larva; D. Telur
- Pediculosis Corporis
Etiologi Pediculosis humanus corporis yang memiliki morfologi hampir sama dengan tuma kepala dan hidupnya pada rambut dada, ketiak, serat pakaian. Kliniknya menyerupai pediculosis capitis.
Gambar 14. Morfologi Pediculus Humanus Corporis: A.Jantan; dan B.Betina
- Phthiriasis
Phthiriasis adalah gangguan pada daerah pubis yang disebabkan oleh infestasi tuma Phthirus pubis. Patologi & Klinik: Rasa gatal terjadi pada tempatnya tusukan dan kadang-kadang kulit di sekitar tusukan tampak pucat. Gangguan utama disebabkan perasaan gatal pada kulit daerah pubis. Telur-telur yang berkoloni pada bulu mata dapat mengganggu penglihatan.
- Etiologi
Penyakit pedikulosis disebabkan oleh parasit Pediculus yang biasa kita kenal dengan kutu. Kutu hampir tak dapat dilihat, merupakan serangga tak bersayap yang mudah menular dari orang ke orang melalui kontak badan dan karena pemakaian bersama baju atau barang lainnya. Ada beberapa kutu yang menyebabkan pedikulosis, seperti kutu kepala juga kutu badan.
Kutu kepala sangat mirip dengan kutu badan, meskipun sebenarnya merupakan spesies yang berlainan. Kutu kemaluan memiliki badan yang lebih lebar dan lebih pendek dibandingkan kutu kepala dan kutu badan.
- Patofisiologi
P. Capitis dan P. Corporis. Lesi pada kulit kepala disebabkan oleh tusukan tuma pada waktu mengisap darah . Lesi sering ditemukan di belakang kepala atau leher. Air liur tuma yang merangsang menimbulkan papel merah dan rasa gatal.
Phthiriasis, rasa gatal terjadi pada tempat tusukan dan kadang-kadang kulit di sekitar tusukan tampak pucat. Gangguan utama disebabkan perasaan gatal pada kulit daerah pubis. Telur-telur yang diletakkan pada bulu mata dapat mengganggu penglihatan.
- Manifestasi Klinis
Gejala utama adalah gatal di daerah pubis dan di sekitarnya, dapat meluas sampai ke abdomen dan dada, dijumpai bercak-bercak yang berwarna abu-abu atau kebiruan yang disebut sebagai makula serulae. Kutu ini dapat dilihat dengan mata biasa dan susah untuk dilepaskan karena kepalanya di masukkan ke dalam muara folikel rambut. Gejala patogenomonik lainnnya adalah black dot, yaitu bercak hitam yang tampak jelas pada celana dalam berwarna putih yang terlihat saat bangun tidur. Bercak hitam ini merupakan krusta yang berasal yang sering di interprestasikan salah sebagai hematuria. Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder dengan pembesaran kelenjar getah bening regional.
- WOC
- Pemeriksaan Diagnostik
Pediculosis dapat didiagnosa dengan memeriksa rambut dan meraba kulit kepala sendiri, apakah ada telur maupun kutu (untuk semua jenis P. capitis maupun Phthiriasis). Diagnosa dapat ditegakkan dengan pemeriksaan mikroskopik dengan cara melihat salah satu helai rambut yang dicurigai dihinggapi telur (nimfa) kutu. Diagnosa dapat dikonfirmasi jika ada kutu yang terlihat maupun telur kutu. Diagnosis ditegakkan dengan menemukan Phthiriasis dewasa, nimfa atau telurnya dari rambut pubis atau dari rambut lainya.
Epidemiologi: Penularan Phthiriasis terjadi jika ada kontak langsung, terutama pada waktu hubungan seksual.
- Penatalaksanaan
- Pengobatan
Permethrin merupakan pengobatan kutu yang paling aman, paling efektif dan paling nyaman. Lindane (tersedia dalam bentuk krim, losyen atau shampoo) juga bisa mengatasi kutu tetapi tidak dapat diberikan kepada anak-anak karena bisa menimbulkan komplikasi neurologis.
Kadang digunakan piretrin. Ketiga obat tersebut bisa menimbulkan iritasi. 10 hari setelah pemakaian, ketiga obat tersebut harus dioleskan kembali untuk membunuh kutu yang baru menetas. Infestasi pada alis atau bulu mata sulit untuk diobati, kutu biasanya diambil dengan menggunakan tang khusus. Jeli minyak polos bisa membunuh atau melemahkan kutu di bulu mata.
Jika sumber infestasi (sisir, topi, pakaian dan seprei) tidak dibersihkan melalui pencucian, penguapan atau dry cleaning, maka kutu bisa bertahan hidup dan kembali menginfeksi manusia.
- Tindakan dan Tata Laksana
Pada penderita Pedikulosis kapitis terapinya mencakup pengeramasan rambut memakai sampo yang mengandung lindane (Kwell) atau senyawa piretrin dengan piperonil butoksida (sampo RID atau R&C). Kepada pasien dianjurkan untuk mengeramas kulit kepala dan rambut menurut petunjuk pemakain sampo tersebut. Sesudah dibilas sampai bersih, rambut disisir dengan sisis bergigi halus (serit) yang sudah dicelupkan dalam cuka agar telur atau cangkar telur tuma yang tertinggal dapat terlepas dari batang rambut. Telur tuma sangat sulit dilepas dan mungkin harus diambil dengan jari tangan satu per satu ( karena itu, orang awam memakai istilah “mencari kutu”. Semua barang, pakaian, handuk dan perangkat tempat tidur yang bisa mengandung tuma atau telurnya harus dicuci dengan air panas sedikitnya dengan suhu 54oC atau dicuci kering untuk mencegah infestasi ulang. Perabot, permadani dan karpet yang berbulu harus sering dibersihkan dengan alat vacum cleaner. Sisir dan sikat rambut juga harus didisinfeksi dengan sampo. Semua anggota keluarga dan orang yang berhubunagn erat dengan pasien harus diobati. Komplikasi seperti pruritas yang hebat, pioderma (infeksi kulit yang membentuk pus) dan dermatitis diobati dengan preparat antipruritus, antibiotik sistemik serta kortikosteroid tropikal. Sedangkan pada penderita Pedikulosis korporis dan Pedikulosis pubis, kepada pasien diminta untuk memakai sabun dan air. Kemudian, lindane (Kwell) atau melation dalam isopropil alkohol (losion Prioderm) dioleskan pada daerah-daerah kulit yang terenfeksi dan daerah yang berambut menurut petunjuk informasi produk. Terapi topikal alternatif lainnya adalah pedikulida berbahan dasar piretrin (RID yang merupakan preparat yang bisa dibeli bebas) atau tembaga oleat 0,03% (Curpex). Jika bulu mata turut terkena vaseline dapat dioleskan tebal-tebal dua kali sehari selama 8 hari yang kemudian diikuti oleh pencabutan secara mekanis setiap telur kutu yang tertinggal. Komplikasi, seperti pruritis hebat, pioderma (infeksi yang membentuk pus pada kulit) dan dermatitis diobati dengan preparat antipruritis, antibiotik sistemik serta kortikosteroid topikal. Perlu diingat bahwa kutu badan dapat menularkan penyakit epedemik pada manusia, yaitu penyakit riketsia (tifus epidemik, demam hilang timbul dan trench fever). Mikroorganisme penyebabnya berada dalam traktus gastrointestinal serangga tersebut dan dapat diekskresikan ke permukaan kulit pasien yang terinfeksi.
- Cara Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan cara selalu menjaga kebersihan rambut & kulit kepala. Mencuci rambut paling tidak 3x dalam 1 minggu. Selain itu juga perlu untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar seperti rumah, pakaian, kebersihan kamar tidur, sprei, sarung bantal dan selimut yang digunakan. Apabila pernah kontak dengan penderita Pediculosis sebelumnya, sebaiknya segera cuci rambut dan perhatikan setiap helai rambut. Cuci sprei, sarung bantal & selimut dengan air panas 60 derajat celcius, jemur dibawah terik matahari dan disetrika.
- Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada pediculosis adalah:
- Pruritus. Saat kutu menghisap darah pada kulit kepala ataupun pada saat mengenai kulit, akan terasa sangat tidak nyaman dan gatal.
- Kemerahan. Kemerahan dapat terjadi akibat garukan yang disebabkan oleh adanya Kutu.
- Gangguan tidur. Penderita dengan Pedikulosis dapat mengalami gangguan tidur akibat gatal-gatal di kepalanya dan harus menggaruk kepalanya terutama pada saat malam hari.
- Impetigo dapat terjadi akibat inokulasi stafilokokus ke dalam kulit sewaktu menggaruk. Istilah “dungu (nitwit)” berasal dari penampilan anak-anak berkutu yang kelihatan bodoh, dengan sepsis kulit sekunder dan mungkin juga menderita anemia, dan akibatnya selalu dalam keadaan yang tidak sehat.
- Prognosis
Prognosis umumnya baik, asalkan hygiene tetap terjaga dan panduan pengobatan dipatuhi.
DAFTAR PUSTAKA
Aisah, S. 2010. Creeping Eruption dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi6. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran FKUI
Arias, Kathleen Meehan. 2009. Investigasi dan Pengendalian Wabah di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta: EGC
Arif, Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Medica Aesculapius FKUI
Graham, dkk. 2005. Lecture Notes on Dermatologi Ed.8. Jakarta: Erlangga
Ideham & Pusarawati. 2007. Helmintologi Kedokteran. Surabaya: Penerbit Airlangga
Kee, Joyce L. 1996. Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
Kenny, Tim. 2012. Scabies. United Kingdom : EMIS.
Khrisna, A. 2013. Mengenali Keluhan Anda : Info Kesehatan Umum untuk Pasien Ed.1. Jakarta: Informasi Medika
M. Zenilman, Jonathan dkk. 2012. Sexually Transmitted Infections: Diagnosis, Management, and Treatment. Jones & Bartlett Learning, Canada
Natadisastra, Djaenudin. 2009. Parasitologi Kedokteran: Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC
NHS. 2012. Scabies. United Kingdom : NHS Choices.
Price & Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Vol. 2 Ed.6. Jakarta: EGC
Suci dkk dalam jurnal “ Hubungan Personal Hygine dengan Kejadian Scabies di Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum, Palarik Air Pacah, Kecamatan Koto Tangah padang Tahun 2013”.
Syarif, A. dan Elysabeth, 2009. Antelmintik. Dalam: Gunawan, S. G., et al.,. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FakultasKedokteran Universitas Indonesia
Syarif, A. dan Elysabeth, 2009. Antelmintik. Dalam: Gunawan, S. G., et al.,. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FakultasKedokteran Universitas Indonesia
Demikianlah Artikel Tinjauan Pustaka Penyakit Pediculosis Lengkap
Sekianlah artikel Tinjauan Pustaka Penyakit Pediculosis Lengkap kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Tinjauan Pustaka Penyakit Pediculosis Lengkap dengan alamat link https://askep-nursing.blogspot.com/2018/04/tinjauan-pustaka-penyakit-pediculosis.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar