Discharge Planning dalam Keperawatan

Discharge Planning dalam Keperawatan - Hallo sahabat askep, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Discharge Planning dalam Keperawatan, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Perawat, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Discharge Planning dalam Keperawatan
link : Discharge Planning dalam Keperawatan

Baca juga


Discharge Planning dalam Keperawatan


BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengertian Discharge planning
Discharge planning adalah suatu proses yang digunakan untuk memutuskan apa yang perlu pasien lakukan untuk dapat meningkatkan kesehatannya. Dahulu, disharge planning sebagai suatu layanan untuk membantu pasien dalam mengatur perawatan yang diperlukan setelah tinggal di rumah sakit. Ini termasuk layanan untuk perawatan di rumah, perawatan rehabilitatif, perawatan medis rawat jalan, dan bantuan lainnya. Sekarang discharge planning dianggap sebagai proses yang dimulai saat pasien masuk dan tidak berakhir sampai pasien dipulangkan. Keluar dari rumah sakit tidak berarti bahwa pasien telah sembuh total. Ini hanya berarti bahwa dokter telah menetapkan bahwa kondisi pasien cukup stabil untuk melakukan perawatan dirumah. (Ali Birjandi, 2008) 





Kozier (2004) mendefinisikan discharge planning sebagai proses mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum. Discharge planning yang efektif seharusnya mencakup pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang komprehensif tentang kebutuhan pasien yang berubah-ubah, pernyataan diagnosa keperawatan, perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang dilakukan oleh pemberi pelayanan kesehatan.


Sedangkan definisi discharge planning menurut Bull (2000) merupakan suatu proses interdisiplin yang menilai perlunya sebuah perawatan tindak lanjut dan seseorang untuk mengatur perawatan tindak lanjut tersebut kepada pasien, baik perawatan diri yang diberikan oleh anggota keluarga, perawatan dari tim profesional kesehatan atau kombinasi dari keduanya untuk meningkatkan dan mempercepat kesembuhan pasien.

3.2 Tujuan Discharge planning
Tujuan dari dilakukannya discharge planning sangat baik untuk kesembuhan dan pemulihan pasien pasca pulang dari rumah sakit. Menurut Nursalam (2011) tujuan discharge planning/perencanaan pulang antara lain sebagai berikut:
  1. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan sosial.
  2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.
  3. Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien.
  4. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain
  5. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan serta sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien
  6. Melaksanakan rentang keperawatan antara rumah sakit dan masyarakat.
Di dalam perencanaan pulang, terdapat pemberian edukasi atau  discharge teaching dari tim kesehatan. Menurut William & Wilkins (2009) discharge teaching harus melibatkan keluarga pasien atau perawat lainnya untuk memastikan bahwa pasien mendapatkan home care yang tepat. Discharge teaching bertujuan agar pasien :
  1. Memahami mengenai penyakitnya
  2. Melakukan terapi obat secara efektif
  3. Mengikuti aturan diet secara hati-hati
  4. Mengatur level aktivitasnya
  5. Mengetahui tentang perawatan yang dilakukan
  6. Mengenali kebutuhan istirahatnya
  7. Mengetahui komplikasi yang mungkin dialami
  8. Mengetahui kapan mencari follow up care

3.3 Manfaat Discharge planning
Perencanaan pulang mempunyai manfaat antara lain sebagai berikut (Nursalam, 2011) :
  1. Memberi kesempatan kepada pasien untuk mendapat panjaran selama di rumah sakit sehingga bisa dimanfaatkan sewaktu di rumah.
  2. Tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk menjamin kontinutas keperawatan pasien.
  3. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan keperawatan baru.
  4. Membantu  kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan keperawatan rumah.
Sedangkan menurut Doengoes, Moorhouse & Murr (2007) banyak sekali manfaat yang didapatkan dari discharge planning, diantaranya adalah:
  1. Menurunkan jumlah kekambuhan
  2. Penurunan perawatan kembali ke rumah sakit dan kunjungan ke ruangan kedaruratan yang tidak perlu kecuali untuk beberapa diagnosa
  3. Membantu pasien untuk memahami kebutuhan setelah perawatan dan biaya pengobatan
  4. Setelah pasien dipulangkan, pasien dan keluarga dapat mengetahui apa yang telah dilaksanakan, apa yang harus dan tidak boleh dilakukan dan bagaimana mereka dapat meneruskan untuk meningkatkan status kesehatan pasien
  5. Ringkasan pulang dapat disampaikan oleh perawat praktisi atau perawat  home care dan mungkin dapat dikirim ke dokter yang terlibat untuk dimasukkan dalam catatan institusi untuk meningkatkan kesinambungan perawatan dengan kerja yang kontinu ke arah tujuan dan pemantauan kebutuhan.

3.4 Prinsip Discharge planning
Tingkat keberhasilan dari discharge planning serta penyembuhan pasien harus didukung terhadap adanya prinsi-prinsip yang mendasari, yang juga merupakan tahapan dari proses yang nantinya akan mengarah terhadap hasil yang diinginkan. Menurut Department of health (2004) dalam buku karya Liz Lees (2012) disebutkan ada beberapa prinsip dalam discharge planning, diantaranya adalah:
  1. Mempunyai pengetahuan yang spesifik terhadap suatu proses penyakit dan kondisinya
  2. Dapat memperkirakan berapa lama recovery pasien, serta perbaikan kondisi yang muncul dari proses penyembuhan tersebut
  3. Melibatkan serta selalu berkomunikasi dengan pasien, keluarga atau pengasuh dalam proses discharge planning
  4. Turut serta dalam menangani masalah dan kesulitan yang mungkin akan muncul terhadap pasien
  5. Melibatkan suatu proses dalam tim multidisiplin
  6. Selalu mengkomunikasikan rencana yang akan dilakukan dengan tim multidisiplin untuk menghindari adanya kesalahan
  7. Membuat suatu arahan yang tepat dan tindak lanjut yang sesuai dengan hasil
  8. Memiliki suatu koordinasi tim untuk tindak lanjut rencana perawatan berkelanjutan dan memiliki informasi tentang nama tim kesehatan yang bertanggung jawab untuk setiap tindakan, serta dalam kasusu yang kompleks dilakukan identifikasi satu pemimpin kasus
  9. Disiplin, tegas serta selalu melaksanakan aktivitas dari discharge planning
  10. Meninjau dan selalu memperbarui rencana untuk progress yang lebih baik
  11. Selalu memberikan informasi yang akurat terhadap semua yang terlibat.
Sedangkan beberapa prinsip pada pelaksanaan discharge planning menurut Nursalam (2011), yaitu:
  1. Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang. Nilai keinginan dan kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi.
  2. Kebutuhan dari pasien diidentifikasi. Kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga kemungkinan masalah yang mungkin timbul di rumah dapat segera diantisipasi.
  3. Perencanaa pulang dilakukan secara kolaboratif. Perencanaan pulang merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerja sama.
  4. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada. Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia atau fasilitas yang tersedia di masyarakat.
  5. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan. Setiap pasien masuk tatanan pelayanan maka perencanaan pulang harus dilakukan.

3.5 Jenis Discharge planning
Chesca (1982) dalam Nursalam (2011) mengklasifikasikan jenis pemulangan pasien sebagai berikut:
  1. Conditioning discharge (pulang sementara atau cuti), keadaan pulang ini dilakukan apabila kondisi pasien baik dan tidak terdapat komplikasi. Pasien untuk sementara dirawat di rumah namun harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau puskesmas terdekat.
  2. Absolute discharge (pulang mutlak atau selamanya), cara ini merupakan akhir dari hubungan pasien dengan rumah sakit. Namun apabila pasien perlu dirawat kembali, maka prosedur perawatan dapat dilakukan kembali.
  3. Judicial discharge (pulang paksa), kondisi ini pasien diperbolehkan pulang walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi pasien harus dipantau dengan melakukan kerja sama dengan perawat puskesmas terdekat.

3.6 Komponen Discharge planning
Ada beberapa komponen spesifik dari discharge planning yang harus didokumentasikan menurut Kowalski (2008), meliputi:
  1. Peralatan atau barang yang diperlukan dirumah; pastikan bahwa keluarga dapat memperoleh atau mengetahuinya dimana keluarga dapat mendapatkan segala peralatan atau barang yang dibutuhkan pasien
  2. Perkenalkan cara penggunaan peralatan atau barang yang diperlukan pasien, termasuk ajarkan dan demonstrasikan cara perawatan pasien kepada keluarga
  3. Untuk diet, sarankan pada ahli nutrisi untuk mengajarkan pasien dan keluarga agar memahami makanan yang seharusnya dikonsumsi maupun tidak.
  4. Obat-obatan selalu dipastikan selalu tersedia di rumah
  5. Untuk prosedur tertentu, seperti penggantian dresssing, dapat dilakukan dirumah. Pada kondisi awal, prosedur harus didampingi oleh perawat supervisi dan klien atau keluarga dapat mengikuti untuk mempraktekkan dibawah pengawasan perawat supervisi
  6. Pada setiap kunjungan, perawat selalu mendokumentasikan apakah pasien dan keluarga mendapatkan atau menyediakan obat atau alat yang dibutuhkan pasien dirumah
  7. Membuat janji untuk kunjungan rumah selanjutnya
  8. Ajarkan mengenai aktivitas yang dianjurkan dan boleh dilakukan serta yang tidak diperbolehkan
  9. Dokumentasikan setiap edukasi yang telah diajarkan pada pasien dan keluarga
Menurut CADPACC (1995) dalam Gielen (2015) ada beberapa komponen sebelum dilakukannya discharge planning, yaitu:
  1. Identifikasi dan kaji apa yang kebutuhan pasien yang harus dibantu pada discharge planning
  2. Kolaborasikan bersama pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya untuk memfasilitasi dilakukannya discharge planning
  3. Mengajarkan kepada pasien dan keluarga tentang strategi pencegahan agar tidak terjadi kekambuhan atau komplikasi
  4. Rekomendasikan beberapa pelayanan rawat jalan atau rehabilitasi pada pasien dengan penyakit kronis
  5. Komunikasi dan koordinasikan dengan tim kesehatan lainnya tentang langkah atau rencana dari discharge planning yang akan dilakukan

3.7 Mekanisme Discharge planning
Discharge planning mencakup kebutuhan seluruh pasien, mulai dari fisik,  psikologis, sosial, budaya, dan ekonomi. Proses ini tiga fase, yaitu akut, transisional, dan pelayanan berkelanjutan. Pada fase akut, diutamakan upaya medis untuk segera melaksanakan discharge planning. Pada fase transisional, ditahap ini semua cangkupan pada fase akut dilaksankan tetapi urgensinya berkurang. Dan pada fase pelayanan berkelanjutan, pasien mampu untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan aktivitas perawatan berkelanjutan yang dibutuhkan setelah pemulangan. (Perry & Potter, 2005).

Perry dan Potter (2005), menyusun format discharge planning  sebagai berikut:
  1. Pengkajian
  1. Sejak pasien masuk kaji kebutuhkan discharge planning pasien, focus pada terhadap kesehatan  fisik, status fungsional, sistem pendukung sosial, finansial, nilai kesehatan, latar belakang budaya dan etnis, pendidikan, serta tintangam terhadap keperawatan.
  2. Kaji pasien dan keluarga terhadap pendidikan kesehatan berhubunga dengan kondisi yang akan diciptakan di rumah tempat tinggal pasien setelah keluar dari rumah sakit sehingga terhindar dari komplikasi
  3. Kaji cara pembelajaran yang disukai oleh pasien agar pendidikan kesehatan yang diberikan bermanfaat dan dapat ditangkap oleh pasien maupun keluarga. Tipe materi pendidikan yang berbeda- beda dapat mengefektifkan cara pembelajaran yang berbeda pada  pasien.
  4. Kaji bersama-sama dengan pasien dan keluarga terhadap setiap  faktor lingkungan di dalam rumah yang mungkin menghalangi dalam perawatan diri seperti ukuran ruangan, kebersihan jalan menuju pintu, lebar jalan, fasilitas kamar mandi, ketersediaan alat-alat yang berguna (seorang perawat perawatan di rumah dapat  dirujuk untuk membantu dalam pengkajian).
  5. Melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam mengkaji kebutuhan untuk rujukan pelayanan kesehatan rumah maupun fasilitas lain.
  6. Kaji persepsi pasien dan keluarga terhadap keberlanjutan  perawatan kesehatan di luar rumah sakit. Mencakup pengkajian  terhadap kemampuan keluarga untuk mengamati care giver dalam memberikan perawatan kepada pasien. Dalam hal ini sebelum  mengambil keputusan, mungkin perlu berbicara secara terpisah dengan pasien dan keluarga untuk mengetahui kekhawatiran yang sebenarnya atau keragu-raguan diantara keduanya.
  7. Kaji penerimaan pasien terhadap penyakit yang sedang diderita berhubungan dengan pembatasan.
  8. Konsultasikan tim pemberi layanan kesehatan yang lain tentang  kebutuhan setelah pemulangan (seperti ahli gizi, pekerja sosial, perawat klinik spesialis, perawat pemberi perawatan kesehatan di rumah). Tentukan kebutuhan rujukan pada waktu yang berbeda.
  1. Diagnosa Keperawatan
Perry dan Potter (2005) adapun diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan antara lain:
  1. Kecemasan, hal ini dapat menginterupsi proses keluarga.
  2. Tekanan terhadap care giver, hal yang menyebabkannya adalah ketakutan.
  3. Kurang pengetahuan terhadap pembatasan perawatan di rumah, pasien mengalami defisit perawatan diri
  4. Stres sindrom akibat perpindahan, hal ini berhubungan dengan upaya meningkatkan  pertahanan/pemeliharaan di rumah.
  1. Perencanaan
Perry dan Potter (2005) hasil yang diharapkan jika seluruh prosedur telah dilaksanakan adalah sebagai berikut:
  1. Pasien atau keluarga sebagai caregiver mengerti akan keberlangsungan pelayanan kesehatan di rumah (atau fasilitas lain), penatalaksanaan atau pengobatan apa yang  dibutuhkan, dan .
  2. Pasien dan keluarga mampu mendemonstrasikan aktivitas perawatan diri. 
  3. Rintangan kepada pergerakan pasien dan ambulasi telah diubah  dalam setting rumah.
  1. Penatalaksanaan
Perry dan Potter (2005) penatalaksanaan dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu  penatalaksanaan yang dilakukan sebelum hari pemulangan, dan  penatalaksanaan yang dilakukan pada hari pemulangan.
  1. Persiapan Sebelum Hari Pemulangan Pasien
  1. Menganjurkan cara untuk merubah keadaan rumah demi memenuhi kebutuhan pasien.
  2. Mempersiapkan pasien dan keluarga dengan memberikan informasi tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan komunitas. Rujukan dapat dilakukan sekalipun pasien masih  di rumah.
  3. Setelah menentukan segala hambatan untuk belajar serta  kemauan untuk belajar, mengadakan sesi pengajaran dengan  pasien dan keluarga secepat mungkin selama dirawat di rumah  sakit. Pamflet, buku-buku, atau rekaman video dapat diberikan kepada pasien muapun sumber yang yang dapat diakses di internet.
  4. Komunikasikan respon pasien dan keluarga terhadap  penyuluhan dan usulan perencanaan pulang kepada anggota  tim kesehatan lain yang terlibat dalam perawatan pasien.
  1. Penatalaksanaan pada Hari Pemulangan
Perry dan Potter (2005) berpendapat apabila beberapa aktivitas berikut ini dapat dilakukan sebelum  hari pemulangan, maka perencanaan yang dilakukan akan lebih efektif.  Adapun aktivitas yang dilakukan yaitu:
  1. Biarkan pasien dan keluarga bertanya dan diskusikan isu-isu yang berhubungan dengan perawatan di rumah. Kesempatan terakhir untuk mendemonstrasikan kemampuan juga  bermanfaat.
  2. Periksa instruksi pemulangan dokter, masukkan dalam terapi,  atau kebutuhan akan alat-alat medis yang khusus. (Instruksi harus dituliskan sedini mungkin). Persiapkan kebutuhan yang mungkin diperlukan pasien selama perjalanan pulang (seperti tempat tidur rumah sakit,  oksigen,  feeding pump).
  3. Pastikan pasien dan keluarga telah dipersiapkan dalam  kebutuhan transportasi menuju ke rumah.
  4. Tawarkan bantuan untuk memakaikan baju pasien dan semua barang milik pasien. Jaga privasi pasien  sesuai kebutuhan.
  5. Periksa seluruh ruangan dan laci untuk memastikan barang-barang pasien. Dapatkan daftar pertinggal barang-barang  berharga yang telah ditandatangani oleh pasien, dan  instruksikan penjaga atau administrator yang tersedia untuk  menyampaikan barang-barang berharga kepada pasien.
  6. Persiapkan pasien dengan prescription atau resep pengobatan  pasien sesuai dengan yang diinstruksikan oleh dokter.  Lakukan pemeriksaan terakhir untuk kebutuhan informasi atau  fasilitas pengobatan yang aman untuk administrasi diri.
  7. Berikan informasi tentang petunjuk untuk janji follow up ke  kantor dokter.
  8. Hubungi kantor agen bisnis untuk menentukan apakah pasien  membutuhkan daftar pengeluaran untuk kebutuhan  pembayaran. Anjurkan pasien dan keluarga mengunjungi  kantornya.
  9. Dapatkan kotak untuk memindahkan barang-barang pasien.  Kursi roda untuk pasien yang tidak mampu ke mobil  ambulans. Pasien yang pulang dengan menggunakan  ambulans diantarkan oleh usungan ambulans.
  10. Bantu pasien menuju kursi roda atau usungan dan gunakan  sikap tubuh dan teknik  pemindahan yang sopan. Dampingi pasien memasuki unit dimana transportasi yang dibutuhkan  sedang menunggu. Kunci roda dari kursi roda. Bantu pasien  pindah ke mobil pribadi atau kendaraan untuk transportasi.  Bantu keluarga menempatkan barang-barang pribadi pasien ke  dalam kendaraan.
  11. Kembali ke bagian, dan laporkan waktu pemulangan kepada departemen pendaftaran/penerimaan. Ingatkan bagian kebersihan untuk membersihkan ruangan pasien.
  1. Evaluasi
  1. Minta pasien dan anggota keluarga menjelaskan tentang penyakit,  pengobatan yang dibutuhkan, tanda-tanda fisik atau gejala yang  harus dilaporkan kepada dokter.
  2. Minta pasien atau anggota keluarga mendemonstrasikan setiap  pengobatan yang akan dilanjutkan di rumah.
  3. Perawat yang melakukan perawatan rumah memperhatikan keadaan rumah, mengidentifikasi rintangan yang dapat  membahayakan bagi pasien, dan menganjurkan perbaikan.

3.8 Alur Discharge Planning
 
Sumber : Nursalam, 2011

Keterangan :
  1.  Tugas Keperawatan Primer
  1. Membuat rencana discharge planning.
  2. Membuat leaflet.
  3. Memberikan konseling.
  4. Memberikan pendidikan kesehatan.
  5. Menyediakan format discharge planning.
  6. Mendokumentasikan discharge planning.
  1.  Tugas Keperawatan Associate 
Melaksanakan agenda discharge planning (pada saat keperawatan dan diakhiri ners).


DAFTAR PUSTAKA

Azimatunnisa & Kirnantoro. 2011. Hubungan Discharge planning dengan Tingkat Kesiapan Klien dalam Menghadapi Pemulangan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta

Birjandi, Ali & Lisa M. Bragg. 2008. Discharge planning Handbook  for Healthcare: Top 10 Secrets to Unlocking a New Revenue Pipeline. London: CRC Press.

Bull, M.J. 2000. Discharge planning for older people: A Review of Current Research. British Journal of Community Nursing, 5(2), pp 70

Ernita, Dewi, Rahmalia & Riri. 2015. Pengaruh Perencanaan Pasien Pulang (Discharge planning) yang dilakukan oleh Perawat terhadap Kesiapan Pasien TB Paru Menghadapi Pemulangan. JOM Vol 2 No 1, Februari 2015. Riau

Kozier, B., et al. 2004. Fundamentals of Nursing Concepts Process and Practice. 1 st volume, 6 th edition. New Jersey : Pearson/prentice Hall.

Lees, Liz. 2012. Timely Discharge from Hospital. m&k publishing: England NHS Foundation Trust, Birmingham

Nursalam. 2009. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika

Potter P.A & Perry A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik Volume 1. Alih bahasa: Yasmin Asih et al. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Purnamasari, Liliana Dewi & Chandra Bagus Ropyanto. 2012. Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pulang. Jurnal Nursing Studies, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Hal.213-218.

Williams, Lippincot., Wilkins. 2009. Lippincott’s Nursing Procedures 5th Edition. London: Williams & Wilkins Inc.



Contoh Form Pasien

DISCHARGE PLANNINGNo. Reg : 121 3111456
Nama : Ny.N
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal MRS : 20-11-2015
Bagian :
Tanggal KRS : 27-11-2015
Bagian :
Dipulangkan dari RSUA dengan keadaan
Sembuh
Meneruskan dengan obat jalan
Pindah ke RS lain
 Pulang paksa
 Lari
 Meninggal
  1. Kontrol :
  1. Waktu : -
  2. Tempat : -
  1. Lanjutan keperawatan di rumah (luka operasi, pemasangan gift, pengobatan, dan lain-lain
Melakukan diet teratur dan stres control sebagai pencegahan kekambuhan

  1. Aturan diet/nutrisi :
Dianjurkan makan 3x sehari, makan tepat waktu, menghindari makanan pedas, menghindari makanan setengah matang.

  1. Obat-obat yang masih diminum dan jumlahnya :
Obat Analgesik @10
Obat Mual @10

  1. Aktivitas dan istirahat :
Istirahat yang teratur, menghindari stress

Hal yang dibawa pulang (hasil laboratorium, foto, EKG, obat, lainnya) :
Hasil lab, obat analgesik dan anti mual serta leaflet tentang GEA

Lain-lain :


Surabaya, 27 November 2015
Pasien/Keluarga




(Ny.N)
Ners




(Ners Jaya)











Demikianlah Artikel Discharge Planning dalam Keperawatan

Sekianlah artikel Discharge Planning dalam Keperawatan kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Discharge Planning dalam Keperawatan dengan alamat link https://askep-nursing.blogspot.com/2015/12/discharge-planning-dalam-keperawatan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar