Bulimia Nervosa

Bulimia Nervosa - Hallo sahabat askep, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Bulimia Nervosa, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Perawat, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Bulimia Nervosa
link : Bulimia Nervosa

Baca juga


Bulimia Nervosa

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

  1. Definisi Bulimia Nervosa
Bulimia nervosa adalah perilaku yang menyimpang (umumnya disebut "sindrom 'binge' dan 'purge') yang dicirikan oleh kelebihan makanan yang ekstrem, diikuti oleh munta yang disebabkan oleh diri sendiri dan penyalahgunaan obat-obat pencahar diuretik.(Townsend,Mary C.1998)

Bulimia nervosa (BN) digambarkan dengan episode berulang makan berlebihan (binge eating) dan kemudian dengan perlakuan kompensatori (muntah, berpuasa, beriadah, atau kombinasinya). Makan berlebihan disertai dengan perasaan subjektif kehilangan kawalan ketika makan. Muntah yang dilakukan secara sengaja atau beriadah secara berlebihan, serta penyalahgunaan pencahar, diuretik, amfetamin dan tiroksin juga boleh terjadi (Chavez dan Insel, 2007).
DSM-IV membagikan BN kepada dua bentuk yaitu purging dan nonpurging. Pada tipe purging, individu tersebut memuntahkan kembali makanan secara sengaja atau menyalahgunakan obat pencahar, diuretik atau enema. Pada tipe nonpurging, individu tersebut menggunakan cara lain selain cara yang digunakan pada tipe purging, seperti berpuasa atau beriadah secara berlebihan.

  1. Kriteria Diagnostik Bulimia Nervosa
Kriteria diagnostik Bulimia Nervosa  dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, edisi keempat, revisi teks (DSM-IV-TR)  adalah sebagai berikut :
  1. Episode makan berlebihan yang berulang-ulang. Episode makan berlebihan ditandai dengan kedua hal beriku :
  1. Makan dalam periode yang berbeda-beda (misalnya, dalam periode setiap 2 jam), dengan jumlah makanan yang jelas lebih banyak dari yang dimakan kebanyakan orang pada waktu dan situasi yang sama.
  2. Rasa lepas kontrol pada makan selama episode (misalnya perasaan bahwa seseorang tidak dapat berhenti makan atau mengendalikan apa dan berapa banyak makanan yang dimakan oleh orang tersebut)
  1. Terjadi perilaku kompensasi yang tidak tepat untuk mencegah penambahan berat badan, seperti muntah yang diinduksi sendiri; penyalahgunaan laksatif, diuretik, enema, atau obat-obat lain; berpuasa; atau latihan berlebih.
  2. Makan berlebihan dan berperilaku kompensasi yang tidak tepat itu terjadi
bersamaan sedikitnya dua kali dalam seminggu selama 3 bulan.
  1. Evaluasi diri terlalu dipengaruhi oleh bentuk dan berat badan
  2. Gangguan ini tidak hanya terjadi selama episode anoreksia nervosa.
Jenis Purgasi Selama episode bulimia nervosa terakhir, orang tersebut secara teratur melakukan muntah yang diinduksi sendiri, atau memakai laksatif. diuretik atau enema tidak pada tempatnya.
Jenis Non-purgasi: Selama episode bulimia nervosa terakhir, orang itu telah melakukan perilaku kompensasi lain yang tidak tepat, seperti berpuasa atau melakukan latihan berlebihan,tetapi tidak melakukan tindakan menginduksi muntah atau memakai laksatif, diuretik, atau enema tidak pada tempatnya.

  1. Etiologi Bulimia Nervosa
Penyebab BN kurang dapat dijelaskan, namun ada beberapa faktor predisposisi yang mempengaruhi yakni sebagai berikut :
  1. Faktor biologis :
Kadar endokrin plasma yang meningkat pada beberap pasien bulimia nervosa yang muntah, kemungkinan menyebabkan perasaan sehat yang dirasakan oleh pasien setelah muntah.
  1. Faktor sosial :
Penderita bulimia nervosa mempunyai kedudukan tinggi dan perlu berespon terhadap tekanan sosial untuk menjadi kurus. Mereka terdepresi dan memiliki depresi familiar dan tinggi .

  1. Faktor psikologis :
Pasien bulimia nervosa biasanya merasakan makan yang tidak terkendali. Kesulitan yang dimiliki pasien ini dalam mengendalikan impuls seringkali dimanifestasikan dengan makan yang berlebihan.

  1. Patofisiologi Bulimia Nervosa
Bulimia nervosa adalah gangguan nutrisi dan psikologis yang ditandai dengan makan berlebihan dalam waktu yang cepat (bingeing), yang diikuti dengan sejumlah perilaku yang digunakan untuk mencegah penambahan berat badan. Makan terjadi selama periode teretntu. Mutah yang diinduksi sendiri merupakan metode yang paling sering digunakan untuk menghindari penambahan berat badan. Metode purugasi lain meliputi penggunaan laksatif, enema, dan diuretik. Puasa dan olahraga juga dapat digunakan sebagai suatu usaha mengompensasi asupan untuk mencegah penambahan berat badan. Sebagian besar individu membangun pola perilaku makan berlebih/ purugasi kronis. Makan berlebih dapat dipicu oleh disforia, stres, atau perasaan negatif berkaitan dengan citra tubuhnya. Karena merasa malu, makan berlebih sering dilakukan secara sembunyi. Individu secara khas merasa lepas kendali selama episode makan berlebih. Pada beberapa orang, memuntahkan kembali menjadi tujuan dari muntah itu sendiri. Masalahmasalah pengendalian impuls, seperti penyalahgunaan alkohol dan mencuri di toko sering bersamaan dengan bulimia. Seperti pada indivdu yang mengalami anoreksia nervosa, ada suatu fokus yang berlebihan pada tubuh seseorang. Harfa diri berkaitan dengan penampilan fisik. Tidak seperti individu yang mengalami anoreksia, individu penderita bulimia mungkin mempunyai berta bdan yang normal sesuai dengan rentang usia dan tinggi badan.

  1. Manifestasi Klinis Bulimia Nervosa
Ada beberapa manifestasi klini yang akan muncul pada penderita bulimia nervosa menurut Towsend 1998, yakni sebagai berikut :
  1.  Makan dalam jumlah berlebhan
  2. Terobsesi dengan makanan dan kalori
  3.  Melakukan perangsangan muntah dan cuci perut
  4. Merasa kehilangan kontrol
Selain itu masih ada beberapa gambaran klnis yang lain seperti BN yang digambarkan pada orang yang mengalami episode konsumsi makanan dengan jumlah yang sangat banyak (misalnya, binge-eating) secara rekuren dan sering, dan merasakan kurangnya penguasaan terhadap makan. Perilaku binge-eating diikuti dengan perilaku yang mengkompensasi binge dengan menyingkirkan makanan yang dimakan (misalnya, muntah, penggunaan obat cuci perut atau diuretik yang berlebihan), berpuasa dan/atau senaman yang berlebihan (APA, 2005).
Tidak seperti AN, orang yang menderita BN dapat jatuh kepada golongan dengan berat badan yang normal sesuai dengan umur mereka. Akan tetapi, seperti AN, mereka juga mempunyai ketakutan untuk pertambahan berat badan, dan sangat nekad untuk mengurangi berat badan, merasa ketidakbahagiaan hebat atas ukuran dan bentuk tubuh. Kebiasaannya, perilaku bulimik adalah rahasia, karena selalu disertai dengan perasaan jijik dan malu. Siklus perilaku binging dan penyingkiran ini selalunya berulang selama beberapa kali dalam seminggu (APA, 2005).
Mirip dengan AN, orang yang menderita BN juga mempunyai penyakit psikologis seperti depresi, ansietas dan/atau permasalahan penyalahgunaan zat. Kebanyakan kondisi fisik adalah akibat dari aspek penyingkiran penyakit, termasuklah ketidakseimbangan elektrolit, masalah gastrointestinal, dan masalah berkaitan dengan rongga mulut dan gigi (APA, 2005).
Gejala lain yang terkait termasuklah inflamasi kronis dan sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar di leher dan di bawah rahang, robekan enamel gigi dan meningkatnya kepekaan dan kerusakan gigi akibat daripada pemaparan terhadap asam perut, penyakit refluks gastroesofagus, intestinal distress dan iritasi akibat penyalahgunaan obat cuci perut, masalah pada ginjal akibat penyalahgunaan obat diuretik, dan dehidrasi berat karena kekurangan cairan dari tubuh (APA, 2005).
Gangguan mood adalah sering pada pasien dengan BN dan simptom cemas dan tegang (tension) sering dialami (Chavez dan Insel, 2007). Kebanyakan pasien dengan BN mengalami depresi ringan dana sesetengah mengalami gangguan mood dan perilaku yang serius seperti cobaan membunuh diri dan penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang. Biasanya, pasien dengan BN merasa malu dengan perbuatannya sendiri dan cenderung untuk merahsiakannya daripada keluarga dan teman-teman. (APA, 2005)

  1. Pemeriksaan Diagnostik Bulimia Nervosa
                  Uji Laboratorium dan Diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien dengan bulimi nervosa adalah sebagai berikut :
1.      Pemeriksaan fisik yang menyeluruh.
2.       Uji kadar clektrolit serum. Bisa muncul hipokalemia, hiponatremia, alkalosis metabolik,  hipokloremik.
3.      Kadar amilase serum
Mungkin meningkat.
4.      Evaluasi faktor-faktor psikologis.

  1. Penatalaksanaan Bulimia Nervosa
Penanganan diberikan seperti untuk pasien rawat jalan kecuali bila timbul masalah medis yang berat. Diperlukan penanganan antardisiplin untuk mendapatkan basil yang optimal. Pengobatan rawat jalan mencakup pemantauan medis, rencana diet untuk memulihkan status nutrisi, dan psikoterapi keluarga. Penanganan meliputi membantu individu mempelajari pemantauan sendiri dan untuk mengidentifikasi distorsi pola pikir tentang berat badan, makanan, citra tubuh, dan hubungan. Tujuan penanganan adalah mengembalikan pada makan yang normal. Penanganan psikofarmakologis (misal, antidepresan) juga dapat digunakan. Prognosis lebih baik bila kondisi ditangani sejak dini, sebelum purgasi diperkuat dengan penurunan berat badan. (Betz, 2004).
Prinsip Penatalaksanaan Bulimia Nevosa menurut Soetjiningsih (2010) ada beberapa hal yakni sebagai berikut :
a.    Fokus utama pengobatan adalah menurunkan pola makan ala bulimik
b.    Hindari makanan yang merangsang pola makan binge seperti es krim.
c.    Obati depresi yang biasanya menyertai bulimia
d.   Libatkan para remaja dalam psikoterapi individu dengan atau tanpa melibatkan keluarga.
e.    Latihan olahraga yang ringan sampai sedang.
f.     Berikan obat antidepresan seperti imipramine dapat diberikan dengan dosis 3-5 mg/KgBB/Hari, dinaikan bertahap setiap minggu sampai dosis 300 mg/hari atau sampai terdapat respon klinis yanga adekuat.
g.    Terapi Kelompok sangat membantu penyembuhan
h.    Bila penderita menggunakan diuretik, berikan diet rendah garam karena terjadi retensi cairan bila diuretik diberikan.


  1. WOC Bulimia Nervosa


Faktor Biologi
(Kadar endokrin plasma meningkat)
Faktor sosial
(mempunyai kedudukan tinggi dan perlu berespon terhadap tekanan sosial untuk menjadi kurus)
Faktor Psikologi (Kesulitan dalam mengendalikan impuls ingin makan yang berlebihan)
BULIMIA NERVOSA
Episode berulang makan berlebihan
Dikompensasi dengan
Muntah yang diinduksi
Penggunaan laksatif dan enema
Penggunaan obat diuretik
Puasa dalam waktu yang lama
Olahraga terlalu keras
Dilakukan secara sembunyi
Output cairan berlebih
Mk : Kekurangan Volume Cairan dan Elektrolit
Mk : Koping Individu Inefektif
Asupan nutrisi kurang
Mk :
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Karena takut gemuk
Mk :
Gangguan citra tubuh
Dehidrasi
Cemas, Rendah Diri



BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

  1. Pengkajian
  1. Anamnese
a)    Identitas klien: Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.
b)   Keluhan utama: Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan jarang diungkapkan klien. Klien biasa mengungkapkan bahwa dia tidak menderita bulimia nervosa dengan tanda binge dan purge.
c)    Riwayat kesehatan sekarang: Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana binge dan purge dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu menjalar binge dan purge kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi binge dan purge atau klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan binge dan purge tersebut.
d)   Riwayat kesehatan yang lalu: Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di riwayat sebelumnya, kapan waktu terjadinya, dan penangan yang dilakukan sendiri sebelum di rawat. Klien bulimia nervosa sering berfokus pada cara menyenangkan orang lain dan menghindari konflik. Klien dengan bulimia sering memiliki perilaku impulsif seperti penyalahgunaan zat dan pencurian, ansietas, depresi, dan gangguan keperibadian.
e)    Riwayat kesehatan keluarga: Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit bulimia nervosa.


2.      Pemeriksaan fisik
a)    Penampilan Umum: Mengkaji tentang berat badan dan tinggi badan klien. catat kehilangan berat badan 15% dibawah normal atau lebih. Klien bulimia nervosa dapat kelebihan berat badan atau kekurangan berat badan, tetapi biasanya mendekati berat badan yang diharapkan sesuai dengan usia dan ukuran tubuhnya. Penampilan umum klien tidak luar biasa, dan klien tampak terbuka dan mau berbicara.
b)   Kesadaran: Kesadaran mencakup tentang kualitas dan kuantitas keadaan klien. Klien bulimia malu dengan perilaku makan berlebihan dan pengurasan. Klien mengakui bahwa perilaku tersebut abnormal dan berusaha keras untuk menyembunyikanya dari orang lain. Klien merasa lepas kendali dan tidak mampu merubah perilaku tersebut meskipun klien mengakui perilaku tersebut sebagai hal yang patologis.
c)    Tanda-tanda Vital: Mengkaji mengenai tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi (TPRS).
d)   Nutrisi: Dikaji tentang intake dan output nutrisi, porsi makan, nafsu makan, pola makan dan aktifitas setelah makan kliem. Klien bulimia makan berlebihan (binge) dan melakukan pengurasan (purge). Klien mengakui bahwa perilaku tersebut abnormal dan berusaha keras untuk menyembunyikanya dari orang lain.
e)    Cairan : Dikaji tentang intake cairan yang berkurang dan output cairan berlebih , keseimbangan cairan dan elektrolit (natrium, kalsium, albumin), turgor kulit tidak elastis dan membran mukosa kering.
f)    Aktivitas: Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan mengatur pola makan binge, mencegah terjadinya pengurasan (purge) dan kekuatan otot. Hal membuat klien dapat cepat lelah karena kekurangan asupan nutrisi dan cairan yang cukup.

  1. Diagnosa Keperawatan
1)   Kekurangan volume cairan dan elektrolit tubuh berhubungan dengan output yang   berlebih.
2)   Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rangsangan muntah sendiri, penggunaan laktasif berlebihan.
3)   Ketidakefektifan koping individu
4)   Gangguan citra tubuh berhubungan dengan rasa takut kegemukan yang tidak wajar.

  1. Intervensi
No.
Dignosa keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1
Kekurangan volume cairan dan elektrolit tubuh berhubungan dengan output yang berlebih
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kekurangan volume cairan tubuh dapat terpenuhi.KH :1)       TTV : s: 36-37°C, TD: 110/70- 120/ 70 mmHg, P: 16-20 x/menit, N: 80-100 x/menit2)       intake dan output seimbang3)       abdomen tidak cekung4)       membran mukosa lembab5)       turgor kulit kembali dalam 3 detik6)       tidak ada muntah

Hasil laboratorium : Na: 135 -145 mEq/L, Ca: 4-5 mEq/L, K : 3.5 – 5.3 mEq/L
1.       Awasi TTV nadi status membran mukosa turgor kulit2.       Awasi jumlah masukan cairan (intake & output)3.       Indentifikasi rencana untuk meningkatkan / mempertahankan keseimbangan cairan4.       Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan tugr kulit5.       Memberikan cairan sesuai indikasi6.       Auskultsi bising usus7.       Awasi pemeriksaan laboratorium tentang elektrolit
8.       Menimbang berat badan tiap hari
9.       Kaji riwayat pasien atau orang terdekat sehubungan lamanya dari muntah10.    Suhu , warna kulit, kelembapan kulit11.    kolaborasi pemberian cairan infus
12.    Terapkan batasan dengan klien tentang kebiasana makan.
13.    Dorong klien makan dengan klien lain atau keluarganya, jika ditoleransi.
1.       Indikator keadekuatan volume sirkulasi2.       Untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit3.       Melibatkan pasien dalam rencana untuk memperbaiki ketidakseimbangan
4.       Menunjukan kehilangan cairan
5.       Memperhatikan volume sirkulasi dan keseimbangan elektrolit6.       Mencegah terjadinya infeksi pada saluran pencernaan7.       Memberikan informasi tentang volume sirkulasi, keseimbangan elektrolit
8.       Mengukur keadekuatan pengantian cairan9.       Membantu dalam memperkirakan kekurangan volume total10.    Mengindikasi terjadinya dehidrasi
11.    Agar tidak terjadi dehidrasi tubuh12.    Mencegah perilaku makan berlebihan yang mencakup makan diam-diam dan menelan makanan dengan cepat serta menbantu klien kembali ke pola makan yang normal (3 kali sehari).13.    Mencegah kerahasian tentang makan meskipun pada awalnya ansietas klien mungkin terlalu tinggi untuk bergabung makan bersama.
2.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rangsangan muntah sendiri, penggunaan laktasif berlebihan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat terpenuhi.KH :a)       berat badan dalam rentang normal dari perhitungna berat badan idealb)       asupan nutrisi seimbang sesuai berat badan c)       bising usus 5 – 30 x/menitd)       abdomen tidak terdapat nyeri tekane)       tingkat kesadaran kompos mentisf)        konjungtiva merah muda
1.       Berikan pengawasan pasien dengan tetap tingggl diruangan tanpa kamar mandi2.       Hindari pemberian laktasif3.       berikan terapi nutrisi dalam program pengobatan4.       Libatkan pasien dalam pengusun / melakukan program perubahan perilaku5.       Timbang berat badan tiap hari buat jadwal teratur6.       Rujuk keahlian gizi7.       Catat berat badan saat masuk dan bandingkan dengan sebelumnya8.       Lakukan pengkajian nutrisi dengan seksama9.       Auskultasi bising usus10.    Berikan tambahan makanan / nutrisi dukung total bisa dibutuhkan11.    Kaji TTV, membra mukosa, turgor kulit12.    dorong klien untuk makan semua makananAwasi pemeriksaan laboratorium, antara glukosa serum, albumin dan total protein
1.       Mencegah muntah selama / setelah makan2.       Penguanaan berakibat buruk karena digunakan sebagai pembersih makan / kalori tubuh oleh pasien3.       Perawatan diri memberikan kontrol lingkungan di mana masuknya makanan, muntah/ obat dan aktivitas dipantau4.       memberikan situasi terstuktur untuk mengambarkan kearah yang lebih baik5.       Pengawasan kehilangan dan alat pengkaji kebutuhan nutrisi6.       Perlu bantuan dalam perencanaan memenuhi kebutuhan nutrisi7.       Memberikan informasi tentang adekuat masukan untuk pemenuhan nutrisi8.       Mengidenfikasi kekurangan/ kebutuhan untuk membantu memilih intervensi9.       Menentukan kembalinya perstatik10.    Mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan kalori bila tanda kekurangan terjadi11.    Indikator volume sirkulasi/ perkusi12.    Untuk mempertambah nutrisi tubuh13.    Untuk mencegah kekurangan nutrisi
3.
Ketidakefektifan koping individu
Setelah dilakukan tindakan keperwatan 4 x 24 jam ketidakefektifan koping individudapat terpenuhi.KH :a)         Menidentifikasi metode yang tidak berhubungan dengn makanan dalam menghadapi stres atau krisisb)         Mengungkapakan perasaan bersalah, ansietas, marah, atau kebutuhan yang berlebihan akan kontrolc)          Menunjukan hubungan interpersonal yang lebih memuaskand)         Mengungkapkan citra tubuh yang lebih realistise)          Menujukan metode alternatif dalam menghadapi stres atau krisisf)          Mengungkapkan peningkatan harga diri dan percaya diri
1.       Terapkan batasan dengan klien tentang kebiasana makan.
2.       Dorong klien makan dengan klien lain atau keluarganya, jika ditoleransi.3.       Dorong klien unruk mengungkapkan perasaannya (ansiates dan rasa bersalah tentang makan).4.       Dorong klien untuk membuat catatan harian guna menuliskan tipe dan jumlah makanan yang dimakan, megidentifikasi perasaan yang dialami sebelum, sesudah dan setelah makan terutama tentang perilaku makan yang berlebihan dan pengurasan.5.       Diskusiskan makanan yang menyenangkan bagi klien dan mengurangi ansietas.6.       Bantu klien menggali cara mengatasi emosi (marah, ansietas, dan frustasi).7.       Berikan umpan balik positif terhadap klien.8.       Ajarkan klien tentang penggunaan proses penyesalan masalah.9.       Eksplorasi bersama klien tentang kekuatan personalnya.10.    Diskusikan dengan klien tentang ide menerima berat badan yang kurang “ideal”.
11.    Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya tentang anggota keluarga dan orang terdekat, peran dan hubungan dengan mereka.
1.         Mencegah perilaku makan berlebihan yang mencakup makan diam-diam dan menelan makanan dengan cepat serta menbantu klien kembali ke pola makan yang normal (3 kali sehari).2.         Mencegah kerahasian tentang makan meskipun pada awalnya ansietas klien mungkin terlalu tinggi untuk bergabung makan bersama.3.         Membantu mengurangi perasaan secara verbal dapat mengurangi ansietas dan mengurani perilaku pengurasan makanan.4.         Membantu kilen memeriksa asupan makanan dan perasaan yang dialaminya.5.         Membantu klien melihat dengan menggunakan makanan untuk mengatasi perasaan atau membuat nyaman dirinya.6.         Membantu klien memisahkan masalah emosional dari makanan dan perilaku makan.7.         Meningkatkan usaha klien dalam menghadapi ansietas, kemarahan, dan perasaan lainnya secara jujur dan terbuka.8.         Membnatu meningkatkan harga diri klien dan percarya diri klien.9.         Membantu klien menemukan kekuatannya.10.      Mengubah persepsi klien tentang bertat badan yang ideal mungkin tidak realistis dan tidak sehat.11.      Membnatu klien mengidentifikasi, menerima, dan mengatasi perasaannya dengan cara yang tepat.
4.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan rasa takut kegemukan yang tidak wajar













Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7x24 jam gangguan citra tubuh dapat terpenuhi.KH :a.     Klien menyatakan penerimaan dirinya sendirib.     Klien mampu beradaptasi terhadap perubahanc.     Klien mulai mengembangkan rencana untuk perubahan pola hidupd.     Klien dapat berkomunikasi dengan orang terdekat tentang perubahan peran yang telah terjadie.     Klien dapat berpartisipasi dalam Tim sebagai upaya melaksanakan rehabilitasi


  1. Buat hubungan teraupetik perawat/pasien
  1. Tingkatkan konsep diri tanpa penilaian moral
  1. Berikan pasien untuk menggambarkan dirinya sendiri
  1. Sadari reaksi sendiri terhadap perilaku pasien.
  1. Dorong pasien untuk menghargai hidup sendiri dengan cara lebih sehat dengan membuat keputusan sendiri dan menerima diri sendiri.
  1. Libatkan dalam program pengembangan pribadi
  1. Anjurkan konsultasi pada konsultan citra diri
  1. Gunkan pendektan psikoterapi,daripada terapi penafsiran.


  1. Membantu pasien dapat memulai untuk mempercayai dan mencoba pemikiran dan perilaku.
  1. Agar komunikasi pasien dan perawat berjalan dengan baik
  1. Memberikan kesempatan mendiskusikan persepsi pasien tentang/gambaran diri dan kenyataan situasi individu.
  1. Mengembalikan kepercayaan diri pasien
  1. Untuk menumbuhkan rasa percaya diri
  1. Gambaran positif meningkatkan harga diri.
  1. Memperbaiki citra diri menjadi baik
  1. Banyak cara membuat penampilan lebih baik tetapi positif


BAB 4
KASUS DAN PEMBAHASAN

  1. Kasus
Nn. R (18 tahun) dibawa ibunya ke poliklinik 27 maret 2014. Ibu mengatakan khawatir karena Nn. R terlihat semakain kurus, padahal menurut ibu Nn. R makan sangat banyak sekali melebihi orang dewasa yang lain. Kemarin ibu melihat Nn. R muntah-muntah setelah makan yang banyak. Ibu takut Nn.R mengalami penyakit tertentu. Di kamar klien ditemukan obat pencahar, klien mengakui sering meminum obat tersebut. Perawat melakukan pengkajian dan didapatkan data TB 165 cm, BB 46 kg, TD: 100/60mmhg, N: 80x/mnt, P: 16x/mnt, S: 36,5°C. Klien terlihat pucat, mukosa mulut kering. Klien mengakui kebiasaan makannya yang banyak dan sengaja memuntahkannya, klien ingin mencapai berat badan yang ideal karena menurut klien saat ini badannya gemuk.

  1. Pengkajian
1.      Anamnesa
i.        Identitas Pasien
Nona R, umur 18 tahun, tinggal di kota X, pendidikan SMA.
j.        Keluhan Utama
Pasien muntah dengan sengaja setelah makan berlebihan
k.      Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poliklinik pada tanggal 27 maret 2014 dengan keluhan muntah dengan sengaja setelah makan berlebih dan di kamar klien ditemukan obat pencahar yang diakui sering diminum obatnya.
l.        Riwayat Penyakit Dahulu
-
m.    Riwayat Penyakit Keluarga
-
n.      Riwayat Psikososial
Klien mengakui kebiasaan makannya yang banyak dan sengaja memuntahkannya, klien ingin mencapai berat badan yang ideal karena menurut klien saat ini badannya gemuk.

        2.  Pemeriksaan Fisik
            TTV : TD: 100/60mmhg, N: 80x/mnt, P: 16x/mnt, S: 36,5°C.
a.    B1 (Breath) : tidak ada masalah.
b.    B2 (Blood) : Tekaanan darah rendah.
c.    B3 (Brain) : tidak ada masalah.
d.   B4 (Bladder) : Tidak ada masalah
e.    B5 (Bowel) : berat badan 46 kg dan tinggi badan 165 cm. IMT sebesar 16,59 (berat badan kurang), makan dalam porsi berlebih seperti orang dewasa, setelah makan dimuntahkan dengan sengaja.
f.     B6 (Bone) : terlihat pucat, mukosa mulut kering.

        
  1. Analisa Data
Data
Etiologi
Masalah Keperawatan
DS :
Ibu klien mengatakan klien muntah-muntah setelah makan yang banyak
Klien mengatakan sering meminum obat pencahar
Klien mengatakan kebiasaan makannya yang banyak dan sengaja memuntahkannya
DO :
Klien nampak pucat
Mukosa mulut kering
Output yang berlebih
Kekurangan volume cairan tubuh
DS :
Ibu klien mengatakan melihat klien muntah-muntah setelah makan banyak
Klien mengatakan sering meminum obat pencahar
Klien mengatakan kebiasaan makannya yang banyak dan sengaja memuntahkannya.
DO :
TB 165 cm,  BB 46 kg maka IMT : 16,54 (Berat badan kurang)
Nona G tampat pucat
Mukosa mulut kering
Muntah dengan sengaja setelah makan berlebih
Rangsangan muntah sendiri, penggunaan laktasif berlebihanPerubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
DS :
Klien mengatakan ingin mencapai berat badan yang ideal karena menurut klien saat ini badannya gemuk
DO :
Penggunaan laksatif
Muntah dengan sengaja setelah makan
Rasa takut kegemukan yang tidak wajar
Gangguan citra tubuh


  1. Diagnosa Keperawatan
1)   Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan output yang berlebih.
2)   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rangsangan muntah sendiri, penggunaan laktasif berlebihan.
3)   Gangguan citra tubuh berhubungan dengan rasa takut kegemukan yang tidak wajar.

  1. Intervensi
No.
Dignosa keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1
Kekurangan volume cairan dan elektrolit tubuh berhubungan dengan output yang berlebih
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kekurangan volume cairan tubuh dapat terpenuhi.
KH :
1)       TTV : s: 36-37°C, TD: 110/70- 120/ 70 mmHg, P: 16-20 x/menit, N: 80-100 x/menit
2)       intake dan output seimbang
3)       abdomen tidak cekung
4)       membran mukosa lembab
5)       turgor kulit kembali dalam 3 detik
6)       tidak ada muntah

Hasil laboratorium : Na: 135 -145 mEq/L, Ca: 4-5 mEq/L, K : 3.5 – 5.3 mEq/L
1.         Awasi TTV nadi status membran mukosa turgor kulit
2.         Awasi jumlah masukan cairan (intake & output)
3.         Indentifikasi rencana untuk meningkatkan / mempertahankan keseimbangan cairan
4.         Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan tugr kulit
5.         Memberikan cairan sesuai indikasi
6.         Auskultsi bising usus
7.         Awasi pemeriksaan laboratorium tentang elektrolit
8.         Menimbang berat badan tiap hari
9.         Kaji riwayat pasien atau orang terdekat sehubungan lamanya dari muntah
10.     Suhu , warna kulit, kelembapan kulit
11.     kolaborasi pemberian cairan infus
12.     Terapkan batasan dengan klien tentang kebiasana makan.
13.     Dorong klien makan dengan klien lain atau keluarganya, jika ditoleransi.
1.        Indikator keadekuatan volume sirkulasi
2.        Untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan elektrolit
3.        Melibatkan pasien dalam rencana untuk memperbaiki ketidakseimbangan
4.        Menunjukan kehilangan cairan
5.        Memperhatikan volume sirkulasi dan keseimbangan elektrolit
6.        Mencegah terjadinya infeksi pada saluran pencernaan
7.        Memberikan informasi tentang volume sirkulasi, keseimbangan elektrolit
8.        Mengukur keadekuatan pengantian cairan
9.        Membantu dalam memperkirakan kekurangan volume total
10.    Mengindikasi terjadinya dehidrasi
11.    Agar tidak terjadi dehidrasi tubuh
12.    Mencegah perilaku makan berlebihan yang mencakup makan diam-diam dan menelan makanan dengan cepat serta menbantu klien kembali ke pola makan yang normal (3 kali sehari).
13.    Mencegah kerahasian tentang makan meskipun pada awalnya ansietas klien mungkin terlalu tinggi untuk bergabung makan bersama.
2.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rangsangan muntah sendiri, penggunaan laktasif berlebihan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat terpenuhi.
KH :
a)       berat badan dalam rentang normal dari perhitungna berat badan ideal
b)       asupan nutrisi seimbang sesuai berat badan
c)       bising usus 5 – 30 x/menit
d)       abdomen tidak terdapat nyeri tekan
e)       tingkat kesadaran kompos mentis
f)        konjungtiva merah muda
1.        Berikan pengawasan pasien dengan tetap tingggl diruangan tanpa kamar mandi
2.        Hindari pemberian laktasif
3.        berikan terapi nutrisi dalam program pengobatan
4.        Libatkan pasien dalam pengusun / melakukan program perubahan perilaku
5.        Timbang berat badan tiap hari buat jadwal teratur
6.        Rujuk keahlian gizi
7.        Catat berat badan saat masuk dan bandingkan dengan sebelumnya
8.        Lakukan pengkajian nutrisi dengan seksama
9.        Auskultasi bising usus
10.    Berikan tambahan makanan / nutrisi dukung total bisa dibutuhkan
11.    Kaji TTV, membra mukosa, turgor kulit
12.    dorong klien untuk makan semua makanan
13.    Awasi pemeriksaan laboratorium, antara glukosa serum, albumin dan total protein
1.        Mencegah muntah selama / setelah makan
2.        Penguanaan berakibat buruk karena digunakan sebagai pembersih makan / kalori tubuh oleh pasien
3.        Perawatan diri memberikan kontrol lingkungan di mana masuknya makanan, muntah/ obat dan aktivitas dipantau
4.        memberikan situasi terstuktur untuk mengambarkan kearah yang lebih baik
5.        Pengawasan kehilangan dan alat pengkaji kebutuhan nutrisi
6.        Perlu bantuan dalam perencanaan memenuhi kebutuhan nutrisi
7.        Memberikan informasi tentang adekuat masukan untuk pemenuhan nutrisi
8.        Mengidenfikasi kekurangan/ kebutuhan untuk membantu memilih intervensi
9.        Menentukan kembalinya perstatik
10.    Mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan kalori bila tanda kekurangan terjadi
11.    Indikator volume sirkulasi/ perkusi
12.    Untuk mempertambah nutrisi tubuh
13.    Untuk mencegah kekurangan nutrisi
3.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan rasa takut kegemukan yang tidak wajar
















Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7x24 jam gangguan citra tubuh dapat terpenuhi.
KH :
a.    Klien menyatakan penerimaan dirinya sendiri
b.    Klien mampu beradaptasi terhadap perubahan
c.    Klien mulai mengembangkan rencana untuk perubahan pola hidup
d.   Klien dapat berkomunikasi dengan orang terdekat tentang perubahan peran yang telah terjadi
e.    Klien dapat berpartisipasi dalam Tim sebagai upaya melaksanakan rehabilitasi
1.      Buat hubungan teraupetik perawat/pasien
2.      Tingkatkan konsep diri tanpa penilaian moral
3.      Berikan pasien untuk menggambarkan dirinya sendiri
4.      Sadari reaksi sendiri terhadap perilaku pasien.
5.      Dorong pasien untuk menghargai hidup sendiri dengan cara lebih sehat dengan membuat keputusan sendiri dan menerima diri sendiri.
6.      Libatkan dalam program pengembangan pribadi
7.      Anjurkan konsultasi pada konsultan citra diri
8.      Gunkan pendektan psikoterapi,daripada terapi penafsiran.
1.        Membantu pasien dapat memulai untuk mempercayai dan mencoba pemikiran dan perilaku.
2.        Agar komunikasi pasien dan perawat berjalan dengan baik
3.        Memberikan kesempatan mendiskusikan persepsi pasien tentang/gambaran diri dan kenyataan situasi individu.
4.        Mengembalikan kepercayaan diri pasien
5.        Untuk menumbuhkan rasa percaya diri
6.        Gambaran positif meningkatkan harga diri.
7.        Memperbaiki citra diri menjadi baik
8.        Banyak cara membuat penampilan lebih baik tetapi positif
  1. Evaluasi
Evaluasi keperawatan yang diharapkan ada pada Nona R setelah dilakukan asuhan keperawatan, meliputi hal-hal sebagai berikut :
  1. Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit dan pasien dapat mempertahankan status keseimbangan volume dan cairab yang adekuat.
  2. Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya dan pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat.
  3. Pasien tidak lagi mengalami gangguan citra tubuh



BAB 5
KESIMPULAN

Bulimia nervosa (BN) digambarkan dengan episode berulang makan berlebihan (binge eating) dan kemudian dengan perlakuan kompensatori (muntah, berpuasa, beriadah, atau kombinasinya). Makan berlebihan disertai dengan perasaan subjektif kehilangan kawalan ketika makan. Muntah yang dilakukan secara sengaja atau beriadah secara berlebihan, serta penyalahgunaan pencahar, diuretik, amfetamin dan tiroksin juga boleh terjadi.
Bulimia nervosa biasanya terjadi pada masa remaja akhir atau dewasa muda, namun mempunyai rentang umur yang lebar yaitu 13-58 tahun. Sekitar 90-95% BN mengenai remaja putri. Di negara maju angka kejadian BN sekitar 1-3%. Mula-mula BN dilaporkan hanya mengenai kelompok masyarakat dengan status sosial ekonomi tinggi, namun belakangan dilaporkan dapat mengenai semua kelompok masyarakat.
Manifestasi klinis yang merupakan ciri khas dari bulimia nervosa yaitu binge eating, purging, dan body image disertai dengan gangguan psikologis berupa depresi.
Gangguan makan seperti bulimia nervosa sangat sering terjadi pada masa remaja. Hal ini disebabkan oleh karena masa remaja sebagai peralihan masa anak ke masa dewasa penuh dengan konflik baik dalam diri maupun dengan lingkungan keluarga dan masyarakat di sekitarnya sebagai jenjang menuju kemandirian dan eksistensi diri.
Oleh karena itu apabila menjumpai remaja terutama remaja putri yang memulai melakukan diet, perlu diwaspadai akan timbulnya bulimia nervosa.  Penanganan anoreksia nervosa diberikan dengan rawat jalan kecuali bila muncul masalah medis yang berat. Diperlukan pendekatan antardisiplin agar diperoleh hasil yang optimal. Penanganan pasien rawat jalan itu mencakup pemantauan medis, rencana diet untuk memulihkan status nutrisinya, dan psikoterapi. Pendekatan terapeutik meliputi terapi individu, keluarga, dan kelompok. Keterlibatan keluarga sangat diperlukan. Penggunaan pengobatan psikotropik harus dipertimbangkan hanya setelah penambahan berat badan tercapai.


DAFTAR PUSTAKA

Cecily Lynn, Betz. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri, Ed.5. Jakarta:EGC.
Doenges, Marilynn E., Mary Frances, Alice C. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
Setiawan, Elisabeth. 2004. Penyimpangan Pola Makan.  Jurnal Kesehatan Vol. XII, Tahun X. Diakses pada tanggal 07 April 2014 dari Website : www.googlescholar.com.   
Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal dan Hepatobilier. Jakarta:Salemba Medika
Soetjianingsih. 2010. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto.
Towsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri. Jakarta : EGC.



Demikianlah Artikel Bulimia Nervosa

Sekianlah artikel Bulimia Nervosa kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Bulimia Nervosa dengan alamat link https://askep-nursing.blogspot.com/2014/08/bulimia-nervosa.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar