askep terminal kanker payudara

askep terminal kanker payudara - Hallo sahabat askep, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul askep terminal kanker payudara , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : askep terminal kanker payudara
link : askep terminal kanker payudara

Baca juga


askep terminal kanker payudara



BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Kanker merupakan salah satu penyakit berbahaya yang ada. Diantara beberapa jenis kanker, kanker payudara adalah jenis kanker yang paling berbahaya dan paling sering terjadi. Kanker payudara sangat berbahaya dikarenakan kanker jenis ini menyerang organ reproduksi luar yaitu payudara dan dapat menyerbar ke bagian tubuh lain.
Kanker payudara juga dapat menyebabkan kematian. Kanker payudara yang dapat menyebabkan kematian adalah kanker payudara stadium IV. Pada kanker payudara stadium IV seseorang sudah menderita kanker payudara yang sangat parah atau bahkan tidak memiliki harapan hidup (terminal). Kondisi terminal pada penderita kanker payudara stadium IV tidak dapat dihindari dan ini pasti akan dialami oleh setiap penderita yang akan menjelang ajal.
Pada kondisi terminal perubahan utama yang terjadi adalah perubahan psikologis yang menyertai pasien. Perubahan psikologis tersebut biasanya mengarah ke arah yang lebih buruk dan membuat pasien menjadi tidak koperatif. Disini peran perawat sangat dibutuhkan dan menjadi hal yang penting, peran perawat disini dibutuhkan untuk membuat klien merasa lebih nyaman dan mampu membuat klien menjadi tenang pada saat menjelang ajal.
1.2  Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini untuk memberi wawasan kepada pembaca mengenai segala sesuatu tentang kanker payudara, pasien terminal, dan asuhan keperawatan pasien terminal kanker payudara stadium IV. Makalah ini juga dimaksudkan untuk membagi pengetahuan kepada pembaca agar terjadi peningkatan pengetahuan pada diri pembaca dan diharapkan dengan adanya peningkatan pengetahuan terjadi pula peningkatan status kesehatan masyarakat.
1.2    Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah memberikan pemahaman kepada penulis dan pembaca mengenai konsep kanker payudara dan konsep pasien terminal, serta diharapkan masyarakat dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Makalah ini juga dapat dijadikan sumber informasi dalam memberikan asuhan keperawatan pasien terminal kanker payudara stadium IV.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pasien Terminal
Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit / sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat dengan proses kematian. Respon klien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung  kondisi fisik, psikologis, dan sosial yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien terminal.
Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai.Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia akan menjalani hidup, merespon terhadap berbagai kejadian dan orang disekitarnya sampai kematian itu terjadi. Perhatian utama pasien terminal sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi lebih pada kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang menyakitkan atau tekanan psikologis yang diakibatkan ketakutan akan perpisahan, kehilangan orang yang dicintai.
Orang yang telah lama hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan. Sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikucilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup.
Death and Dying “Kematian dan Proses Menuju Kematian” adalah sebuah fenomena yang pasti akan terjadi atau akan dijumpai manusia dalam kehidupannya. Kematian memang sebuah rahasia Tuhan, akan tetapi proses menuju kematian adalah sebuah fenomena yang dapat didiskusikan, bahkan lingkungan dapat memberikan proses pembelajaran yang benar untuk menjalani proses menuju kematian yang lebih baik.
Proses menuju kematian(dying) merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal. Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah serta hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas otak atau terhentinya fungsi jantung dan paru secara menetap. Dying dan death merupakan dua istilah yang sulit untuk dipisahkan, serta merupakan suatu fenomena tersendiri. Dying lebih kearah suatu proses, sedangkan death merupakan akhir dari hidup.
Kematianatau ajal (death) adalah akhir dari kehidupan, ketiadaan nyawadalam organisme biologis. Semua makhluk hiduppada akhirnya akan mati secara permanen, baik karena penyebab alami seperti penyakitatau karena penyebab tidak alami seperti kecelakaan. Setelah kematian, tubuhmakhluk hidup mengalami pembusukan. Istilah lain yang sering digunakan adalah meninggal, wafat, tewas, atau mati.

2.2 Konsep Kanker Payudara
2.1.1 Anatomi dan Fisiologi
Payudara merupakan bagian dari organ reproduksi yang fungsi utamanya mensekresi susu untuk nutrisi bayi. Payudara terdiri dari jaringan duktural, jaringan fibrosa yang mengikat lobus-lobus, dan jaringan lemak didalam dan diantara lobus-lobus. Sekitar 85% dari jaringan yang terdapat di payudara terdiri dari lemak. Payudara pada pria dan wanita adalah sama sampai masa pubertas, namun pada wanita terdapat hormon estrogen dan hormon lainnya yang dapat  mempengaruhi perkembangan payudara pada wanita. Pada wanita perkembangan payudara aktif sedangkan pada pria kelenjar dan duktus mammae kurang berkembang dan sinus berkembang tidak sempurna.
Pada payudara terdapat tiga bagian utama yaitu:
1.    Korpus
Korpus adalah bagian yang membesar pada payudara. Pada bagian korpus terdapat alveoli yang merupakan unit terkecil untuk menghasilkan ASI. Alveoli-alveoli tersebut berkumpul dan membentuk lobulus, kemudian lobulus-lobulus tersebut berkumpul lagi dan terbentuklah lobus. Pada tiap payudara terdapat 15 sampai 20 lobus.
2.    Areola
Areola adalah bagian yang kehitaman di tengah. Pada areola terdapat sinus laktiferus yaitu saluran di bawah areola yang besar dan melebar. Sinus laktiferus ini memusat kedalam papila mamaria dan bermuara ke luar. Di dalam dinding areola maupun saluran-saluran terdapat otot-otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
3.    Papila mamaria
Papila mamaria atau puting adalah bagian yang menonjol di puncak payudarayang memiliki pigmen dan dikelilingi oleh areola. Papila mamria berfungsi sebagai saluran yang menghubungkan ASI dengan mulut si bayi. Papila mamaria mempunyai beberapa bentuk yaitu bentuk yang normal, pendek, panjang, dan terbenam. Papila mamaria dan areola biasanya mempunyai warna dan tekstur yang berbeda dengan kulit di sekelilingnya, warnanya bermacam-macam dari yang merah muda pucat sampai hitam dan gelap yang biasanya terjadi selama masa kehamilan dan menyusui.
Payudara juga memiliki batas-batas, pada bagian superior batas payudara adalah iga ke 2 atau ke 3, pada bagian inferior batasannya adalah iga ke 6 atau ke 7, bagian medial batasannya adalah pinggir dari sternum, dan pada bagian lateral batasannya adalah garis aksilaris. Selain memiliki batas-batas payudara juga dapat dibagi menjadi empat kuadran. Pembagian kuadran tersebut dilakukan dengan cara dua garis khayalan ditarik melalui papila mamaria dan masing-masing saling tegak lurus. Empat kuadran yang dihasilkannya adalah kuadran atas luar (supero lateral), kuadran atas dalam (supero medial), kuadran bawah luar (infero lateral), dan kuadranbawah dalam (infro medial). Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot penyokong lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe.
Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari payudara kurang lebih 75% ke aksila dan sebagian lagi ke kelenjar parasternal terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis.
Payudara juga  mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi oleh hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus. Perubahan kedua ialah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari ke delapan menstruasi, payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari padamenstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi besar karena epitel duktus lobusdan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus lalu mengisi asinus dan kemudian dikeluarkan melalui duktus ke papila mamaria.
Payudara adalah organ yang sensitif terhadap pengaruh hormonal yang mengakibatkan payudara cenderung mengalami pertumbuhan neoplastik baik yang bersifat jinak maupun ganas.

2.1.2 Pengertian
Kanker merupakan buah dari perubahan sel yang mengalami pertumbuhan tidak normal dan tidak terkontrol.  Peningkatan jumlah sel tak normal ini umumnya membentuk benjolan yang disebut tumor atau kanker.  Tidak semua tumor bersifat kanker.  Tumor yang bersifat kanker disebut tumor ganas, sedangkan yang bukan kanker disebut tumor jinak.  Tumor jinak biasanya merupakan gumpalan lemak yang terbungkus dalam suatu wadah yang menyerupai kantong. Sel tumor jinak tidak menyebar ke bagian lain pada tubuh penderita.
Diantara semua jenis kanker, kanker payudara adalah salah satu jenis kanker yang paling sering terjadi.Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh dan berubah menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Kanker payudara dapat terjadi dibagian mana saja dalam payudara, tetapi mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar di mana sebagian besar jaringan payudara terdapat. Kanker payudara bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara.
Pada kasus kanker payudara terdapat benjolan kanker yang apabila tidak dibuang atau terkontrol sel kanker tersebut bisa menyebar lewat aliran darah maupun sistem getah bening, seringkali sel-sel tumor dan racun yang dihasilkan keluar dari kumpulannya dan menyebar ke bagian lain tubuh.  Sel-sel yang menyebar ini kemudian akan tumbuh berkembang di tempat baru, yang akhirnya membentuk segerombolan sel tumor ganas atau kanker baru.  Proses ini disebut metastasis. Metastasis bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak maupundi atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit.
Kanker payudara akan memperlihatkan kekhasannya dalam menyerang penderitanya.  Keganasan kanker ini ditunjukkannya dengan menyerang sel-sel nomal di sekitarnya, terutama sel-sel yang lemah.  Sel kanker akan tumbuh pesat sekali, sehingga payudara penderita akan membesar tidak seperti biasanya. Kanker payudara biasanya dimulai pada sel di lobules, kelenjar yang memproduksi susu, atau pada duktus saluran kelenjar susu, saluran yang menghubungkan lobulus ke papila mamaria.

2.1.3 Etiologi
Etiologi dari kanker payudara belum diketahui secara pasti karena sifatnya yang multifaktoral. Namun terdapat beberapa faktor yang dapat memunculkan resiko kanker payudara, faktor-faktor tersebut antara lain:
1.    Usia
Seperti pada kebanyakan jenis kanker pada umumnya, insidensi menurut usia naik sejalan dengan bertambahnya usia. Usia diatas 30 tahun atau diatas 35 tahun. Sekitar 60% kanker payudara terjadi pada usia diatas 60 tahun. Risiko terbesar ditemukan pada wanita berusia diatas 75 tahun.
2.    Tinggi badan
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahan struktur genetik (DNA) yang adapada sel tubuh dan dikhawatirkandiantaranya berubah ke arah sel ganas.
3.    Faktor genetik (keturunan)
Seseorang yang memiliki riwayat keluarga yang menderita kanker payudara memiliki risiko 2-3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara. Kemungkinan ini lebih besar apabila keluarga tersebut menderita kanker bilateral atau pramenopause.
4.    Hormon
Tidak adanya keseimbangan estrogen sehingga dapat menyebabkan kanker payudara. Oleh sebab itu kanker payudara lebih banyak diderita oleh perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Pertumbuhan kanker payudara sering dipengaruhi oleh perubahan keseimbangan hormon. Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif wanita terutama jika tidak diselingi oleh perubahan hormonal pada kehamilanjuga meningkatkan peluang tumbuhnya sel-sel yang secara genetik telah mengalami kerusakan dan menyebabkan kanker.

5.    Pernah menderita penyakit payudara lainnya
Penyakit lain pada payudara dapat mengakibatkan resiko kanker payudara dikarenakan dengan adanya penyakit pada payudara, berarti payudara tersebut telah terganggu. Komplikasi yang terburuk dari hal ini adalah kanker payudara. Selain itu seseorang yang payudaranya pernah ditangani mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker payudara.
6.    Menarke dini
Resiko kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun. Semakin dini menarke berarti semakin besar resiko menderita kanker payudara. Hal ini dikarenakan semakin cepat orang tersebut menstruasi itu berarti menandakan pertumubuhan sel yang ada di dalam tubuh orang tersebut lebih cepat, dan dikhawatirkan sel yang tumbuh dan beregenarasi dengan cepat tersebut akan berubah ke arah sel ganas atau kanker.
7.    Nulipara dan usia maternal
Semakin tinggi usia saat kehamilan atau kelahiran anak pertama maka semakin tinggi pula resiko kanker payudaranya.Wanita yang melahirkan setelah usia 30 tahun lebih berisiko mengalami kanker payudara. Hal ini dikarenakan wanita yang melahirkan anak pertama di usia lebih dari 30 tahun relatuf lebih lama terpapar dengan hormon estrogen dibandingkan wanita yang sudah punya anak
8.    Menopause pada usia lanjut
Menopause pada usia yang lebih tinggi dapat menyebabkan resiko terkena kanker payudara. Menopause setelah usia 50 tahun lebih beresiko terkena kanker payudara.
9.    Kontrasepsi oral
Dapat berupa pemakaian pil KB atau terapi sulih estrogen. Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara yang tergantung pada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Terapi sulih estrogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun juga meningkatkan resiko kanker payudara dan resikonya meningkat jika pemakaiannya lebih lama.
10.    Masukan alkohol setiap hari
Pemakaian alkohol lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.


11.    Pernah mengalami radiasi di daerah dada
Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada) dapat meningkatkan resiko kanker payudara, terutama pada masa anak-anak resiko menderita kanker payudara dikarenakan radiasi dapat menjadi lebih tinggi.
12.    Riwayat infeksi atau trauma
Infeksi atau trauma yang terjadi secara terus-menerus pada daerah payudara dapat mengakibatkan resiko kanker payudara. Kankertersebut terjadi karena trauma yang berulang-ulang dan disertai dengan iritasi yang berjalan kronis oleh karena rangsangan oleh bahan-bahan kimiawi, zat pewarna, sinar radioaktif.
13.    Obesitas pasca menopause
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan seorang wanita menjadi lebih mungkin menderita kanker payudara. Beberapa penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara dikarenakantingginya kadar estrogen pada wanita yang obesitas. Dengan menurunkan berat badan level estrogen tubuh akan turun pula.
14.    Bahan kimia
Pemaparan bahan kimia yang menyerupai estrogen (yang terdapat pada pestisida dan produk industri lainnya) meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.















2.1.4 Patofisiologi

Transformasi sel-sel kanker melalui tahap inisiasi dan promosi

Perubahan genetik mutasi gen normal

Berkembangbiaknya sel secara tidak terkendali

Infiltrasi sel ke jaringan sekitar sambil merusaknya

Neoplasma ganasmengenai payudara

Kanker payudara




      Obstruksi sirkulasi        Infiltrasi ke pembuluh limfe                     Peningkatan                                                                                                                             kebutuhan                                                                                                                                 jaringan

 Hipoksia pada sel kanker           Bendungan pada limfe setempat       Hipermetabolik jaringan
 


             Nekrosis                               Edema di sekitar tumor                   Gangguan kebutuhan                                                                                                                        nutrisi

Perubahan pada payudara                       Peau d’ Orange                           Penurunan massa                                                                                                                             otot dan                                                                                                                                 berat badan

                                                        Kerusakan intregitas kulit



Keterangan:
Transformasi sel – sel kanker dibentuk dari sel – sel normal dalam suatu proses yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi. Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen,yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari, tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor,menyebabkan sel lebih rentan trehadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
Pada tahap promosi suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi oleh karena itu diperlukan beberapa faktor  untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen). Setelah suatu sel mengalami transformasi selanjutnya pada sel tersebut akan terjadi mutasi gen. Dengan terjadinya mutasi gen tersebut maka sel-sel yang ada di payudara menjadi terus berkembang biak dan bertambah banyak secara tidak terkendali. Sel-sel yang terus berkembang biak itupun kemudian menginfiltrasi jaringan sekitar dikarenakan jumlahnya yang semakin banyak. sambil menginfiltrasi, sel-sel inipun merusak jaringan sekitar yang ada di payudara. Diantara sel-sel yang menginfiltrasi tersebut terdapat juga neoplasma ganas yang mengenai payudara. Apabila neoplasma ganas ini telah menyerang payudara maka selanjutnya yang terjadi adalah kanker payudara.
Pada kanker payudara terdapat tiga keadaan yang terjadi yaitu obstruksi sirkulasi, infiltrasi ke pembuluh limfe, dan peningkatan kebutuhan jaringan. Pada obstruksi sirkulasi keadaan yang selanjutnya terjadi adalah hipoksia pada sel kanker yang terjadi  karena sel-sel yang ada pada tubuh tersebut tidak mendapat asupan oksigen yang seharusnya didapatkan dari darah, hal ini dikarenakan adanya obstruksi tersebut. Setelah terjadi hipoksia maka selanjutnya munculah jaringan nekrosis yang dapat menyebabkan perubahan pada payudara.
Pada infiltrasi ke pembuluh limfe, keadaan yang terjadi adalah adanya bendungan pada limfe setempat yang menyebabkan edema di sekitar tumor. Dengan adanya edema tersebut maka akan muncul benjolan yang dapat terlihat dengan  jelas, benjolan ini dinamai peau d’orange. Peau d’orange adalah tanda kanker payudara yang berupa gambaran seperti kulit jeruk karena metastasis sel tumor pada saluran limfe kulit. Munculnya peau d’orange ini tentunya menyebabkan gangguan integritas kulit.
Pada keadaan peningkatan kebutuhan jaringan terjadilah hipermetabolik jaringan yang dikarenakan pada saat kanker payudara terjadi kebutuhan tubuh tubuh akan nutrisi tentunya akan meningkat, dan apabila hal tersebut tidak terpenuhi maka akan timbul gangguan kebutuhan nutrisi yang dapat dilihat tau dimanifestasikan dari penurunan massa otot dan massa tubuh penderita kanker payudara.
2.1.5 Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang terdapat pada penderita kanker payudara ialah:
1.    Terdapat benjolan di payudara yang nyeri maupun tidak nyeri
2.    Keluar cairan abnormal dari puting susu yang dapat berupa nanah, darah, dan cairan encer
3.    Ada perlengketan dan lekukan pada kulit sekitar payudara
4.    Perubahan warna atau tekstur kulit pada payudara
5.    Edema dengan peau d’orange pada payudara
6.    Adanya benjolan atau massa di ketiak yang menyebabkan perubahan ukuran atau bentuk payudara
7.    Payudara tampak kemerahan dan kulit disekitar puting susu bersisik
8.    Terasa gatal dan disertai pembengkakan salah satu payudara
9.    Terjadinya luka yang tidak sembuh dalam waktu yang lama
10.    Rasa tidak enak dan tegang
11.    Areola tertarik ke dalam (retraksi areola)
12.    Pembengkakan local di daerah sekitar payudara
13.    Konsistensi payudara yang keras dan padat
14.    Pada stadium lanjut, bisa timbul nyeritulang, penurunan berat badan, pembengkakan lengan atau ulserasi kulit.




2.1.6 Klasifikasi
Kanker payudara terdiri dari beberapa jenis yang diklasifikasikan berdasarkan kriteria tertentu. Berikut adalah pengklasifikasian kanker payudara.
1.    Non invasive carcinoma
a.    Ductal carcinoma in situ (DCIS)
Ductal carcinoma in situ juga disebut intraductal cancer, merujuk  pada sel kanker yang telah terbentuk dalam saluran dan belum menyebar. Pada kanker jenis ini saluran menjadi tersumbat dan membesar seiring bertambahnya sel kanker di dalamnya. DCIS dapat menyebabkan keluarnya cairan pada papila mamaria atau munculnya massa yang dapat terlihat jelas atau dirasakan. DCIS dapat menjadi kanker invasif dengan potensi penyebaran ke seluruh tubuh. DCIS muncul dengan dua tipe sel yang berbeda, dimana salah satu sel cenderung lebih invasif dari tipe satunya. Tipe pertama dengan perkembangan lebih lambat, terlihat lebih kecil dibandingkan sel normal. Sel ini disebut  solid papillary atau cribiform. Tipe kedua disebut comedeonecrosis sering bersifat progresif yang di awal perkembangannya terlihat sebagai sel yang lebih besar dengan bentuk tak beraturan.
b.    Lobular carcinoma in situ (LCIS)
Meskipun sebenarnya LCIS ini bukan kanker, tetapi LCIS kadang digolongkan sebagai tipe kanker payudara non-invasif. Kanker tipe ini bermula dari kelenjar yang memproduksi air susu, tetapi tidak berkembang melewati dinding lobulus.
2.    Invasive carcinoma
Invasive carcinoma adalah jenis kanker yang sel kankernya telah keluar/lepas dari tempat dia berasal, menyerang jaringan sekitar yang mendukung saluran dan kelenjar- kelenjar payudara. Sel-sel kanker ini bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh seperti ke kelenjar getah bening. Jenis dari invasive carcinoma ini antara lain:.
a.    Invasive Ductal Carsinoma ( IDC )
Pada kanker jenis ini kondisi sel duktus masih bersifat normal, namun sel kanker duktus telah memberikan kerusakan pada jaringan yang ada di payudara. IDC dianggap sebagai penyebab terbesar kanker payudara yang invasif, yakni sekitar 85 %. Jika seorang wanita mempunyai IDC, maka sel kanker yang berada di sepanjang saluran air susu akan keluar dari dinding saluran tersebut dan menyerang jaringan disekitar payudara. Sel kanker bisa saja tetap terlokalisir, berada didekat tempat asalnya atau menyebar ( metastasis ) kebagian tubuh yang lain, terbawa oleh peredaran darah atau sistem kelenjar getah bening. Untuk jenis IDC solid tubular, meskipun invasif tapi masih lumayan terkendali dibanding jenis invasiflain.
b.    Invasive Lobular Carsinoma ( ILC )
Pada kanker payudara jenis ini sel kanker lobular memberikan kerusakan pada jaringan yang ada di payudara. Meskipun tidak sebanyak IDC namun tipe ini juga memiliki sifat yang mirip. ILC berkembang dari kelenjar yang memproduksi susu dan kemudian menyerang jaringan payudara disekitarnya. Pada kondisi ILC penderita mungkin tidak akan merasakan suatu benjolan, yang dirasakan hanyalah adanya semacam gumpalan atau suatu sensasi bahwa ada yang berbeda pada payudara. ILC bisa dideteksi hanya dengan menyentuh dan kadang juga bisa tidak terlihat dalam mammogram. ILC ini bersifat seperti cermin, kalau payudara kanan ada benjolan, biasanya sebelah kiri juga ada
3.    Tipe kanker payudara yang jarang terjadi
Tidak semua tipe kanker payudara berasal dari saluran air susu atau kelenjar air susu. Beberapa jenis yang tidak umum adalah:
a.    Inflammatory Breast Cancer
Jenis ini jarang terjaditapi termasuk tipe kanker payudara yang agresif. Pada kanker payudara jenis ini kulit pada payudara menjadi merah dan bengkak atau menjadi tebal dan besar, berbintik-bintik menyerupai jeruk yang terkelupas. Ini dikarenakan oleh sel kanker yang memblok pembuluh getah bening yang letaknya dekat permukaan payudara.
b.    Medullary Carcinoma.
Kanker jenis ini merupakan tipe spesifik pada invasifbreast cancer dimana batas tumor jelas terlihat. Pada kondisis ini sel kanker lebar dan sel sistem imun terlihat disekitar batas tumor
c.    Tubular carcinoma
Jenis kanker yang jarang ini dinamai demikian karena bentuk sel kanker ketika dilihat dibawah mikroskop. Meskipun merupakan invasive breast cancer tapi tampilannya lebih baik dari Invasive Ductal Carcinoma dan Invasive Lobular Carcinoma dan tingkat keparahannya tidak separah IDC dan ILC.


d.   Metaplastic carcinoma
Mewakili kurang dari 1% dari seluruh pasien yang baru di diagnosis mempunyai kanker payudara. Perubahan bentuk jaringan biasanya terlokalisir/terbatas dan berisi beberapa sel yang berbeda, yang secara tipikal tidak ditemui pada kanker payudara yang lain. Harapan kesembuhan dan cara penanganannya sama dengan Invasive Ductal Carcinoma(IDC).Pada kanker jenis ini terdapat sarcoma yang merupakan tumor yang tumbuh pada sambungan antara jaringan di payudara. Jenis tumor inilah yang nantinya akanmenjadi kanker.
e.    Micropapillary carcinoma
Type ini cenderung untuk menjadi agresif. Kanker jenis ini sering menyebarnya ke kelenjar getah bening, meskipun ukurannya kecil.
f.       Adenoid cystic carcinoma
Jenis kanker ini penggolongannya dilihat dari ukurannya atau tumor lokal yang ada di daerah sekitar payudara. Kanker ini termasuk jenis invasif, tetapi lambat dalam pertumbuhan dan penyebaran
Selain beberapa jenis kanker diatas terdapat juga cara pengklasifikasian kanker dengan menggunakan metode T (tumor primer), N (Nodus limfe regional), dan  M (Metastase jauh). Pengklasifikasian tersebut ialah
1.    Tumor primer (T)
a.    Tx   : Tumor primer tidak dapat ditentukan
b.    To   : Tidak terbukti adanya tumor primer 
c.    Tis  : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor 
d.   T1   : Tumor < 2 cm
·      T1a    : Tumor < 0,5 cm
·      T1b   : Tumor 0,5 ± 1 cm
·      T1c    : Tumor 1 ± 2 cm
e.    T2   : Tumor 2 ± 5 cm
f.     T3   : Tumor diatas 5 cm
g.    T4   : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding thorax           atau kulit.
·      T4a    : Melekat pada dinding dada
·      T4b   : Edema kulit, ulkus, peau dorange, satelit
·      T4c    : T4a dan T4b
·      T4d   : Mastitis karsinomatosis
2.    Nodus limfe regional (N)
a.    Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
b.    N0  : Tidak teraba kelenjar axial
c.    N1  : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak melekat.
d.   N2  : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat satu sama      lain atau melekat pada jaringan sekitarnya.
e.    N3  : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral
3.    Metastase jauh (M)
a.    Mx  : Metastase jauh tidak dapat ditemukan
b.    M0  : Tidak ada metastase jauh
c.    M1  : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula

2.1.7 Stadium
Stadium dalam kanker adalah suatu cara yang digunakanuntuk menggambarkan kondisi kankeryang meliputi letak, sampai dimana penyebarannya, dan sejauh mana pengaruhnya terhadap organ tubuh yang lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penujang lainnya seperti histopatologi atau PA, rontgen, USG, dan bila memungkinkan dengan CT Scan, MRI.
Berikut adalah pembagian stadium pada kanker payudara.
1.    Stadium I
Pada stadium ini Tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak ada fiksasi/infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot), besar tumor 1 - 2 cm dan tidak dapat terdeteksi dari luar. Kelenjar getah bening regional belum teraba. Perawatan yang sangat sistematis diberikan tujuannya adalah agar sel kanker tidak dapat menyebar dan tidak berlanjut pada stadium selanjutnya. Pada stadium ini, kemungkinan penyembuhan pada penderita adalah 70%.


2.    Stadium II
Pada stadium ini tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5 - 5 cm, sudah ada satu atau beberapa kelenjar getah bening aksila yang masih bebas dengan diameter kurang dari 2 cm. Untuk mengangkat sel-sel kanker biasanya dilakukan operasi dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal. Pada stadium ini, kemungkinan sembuh penderita adalah 30 - 40 %.
3.    Stadium III A
Keadaan di stadium ini ialah Tumor sudah meluas dalam payudara, besar tumor 5 - 10 cm, tapi masih bebas di jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening aksila masih bebas satu sama lain. 87% kanker payudara ditemukan pada stadium ini.
4.    Stadium IIIB
Pada stadium initumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah dan ada edema (lebih dari sepertiga permukaan kulit payudara), ulserasi, kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5 cm. Kanker sudah menyebar ke seluruh bagian payudara, bahkan mencapai kulit, dinding dada, tulang rusuk dan otot dada.
5.    Stadium IV
Pada stadium ini tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, dan III). Tapi sudah disertai dengan kelenjar getah bening aksila supra-klavikula dan metastasis jauh. Sel-sel kanker sudah merembet menyerang bagian tubuh lainnya,biasanya tulang, paru-paru, hati, otak, kulit, dankelenjar limfa yang ada di dalam batang leher. Tindakan yang harus dilakukan adalah pengangkatan payudara. Tujuan pengobatan pada stadium ini adalah paliatif bukan lagi kuratif (menyembuhkan).
2.1.8 Pencegahan
Terdapat beberapa upaya pencegahan untuk mencegah terjadinya kanker payudara. Upaya tersebut antara lain:
1.    Pencegahan primordial
Upaya ini dimaksudkan dengan memberi kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor risiko lainnya. Upaya pencegahan ini sangat kompleks dan tidak hanya merupakan upaya dari pihak kesehatan saja. Upaya pencegahan pada tingkat promordial ini lebih ditekankan pada upaya promosi kesehatan yang ditujukan pada orang yang sehat melalui upaya pola hidup sehat.
2.    Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker payudara dilakukan pada orang yang memiliki resiko untuk terkena kanker payudara. Upaya ini dilakukan melalui upaya menghindarkan diri dari berbagai faktor resiko yang dapat menyebabkan kanker payudara. Beberapa cara yang dilakukan adalah :
a.    Perbanyak makan buah dan sayuran berwarna kuning atau hijau karena banyak mengandung vitamin yang dapat melindungi tubuh dari kanker.
b.    Kurangi makanan yang mengandung lemak tinggi, hal ini dikarenakan lemak dapat meningkatkan resiko kanker.
c.    Konsumsilah makanan yang banyak mengandung serat. Serat akan menyerap zat-zat yang bersifat karsinogen dan lemak, yang kemudian membawanya keluar dengan feses.
d.   Makanlah produk kedelai seperti tahu dan tempe. Kedelai selain mengandung flonoid yang berguna untuk mencegah kanker, juga mengandung genestein yang berfungsi sebagai estrogen nabati (fitoestrogen). Estrogen nabati ini akan menempel pada reseptor estrogen sel-sel epitel saluran kelenjar susu, sehingga akan menghalangi estrogen asli untuk menempel pada saluran susu yang akan merangsang tumbuhnya sel kanker.
e.    Kurangi makan makanan yang diasinkan, dibakar, diaasap atau diawetkan dengan nitrit. Makanan tersebut dapat menghasilkan senyawa kimia yang dapat berubah menjadi karsinogen aktif.
f.     Hindari alkohol dan rokok.
g.    Pengontrolan berat badan dengan diet seimbang dan olahraga akan mengurangi resiko terkena kanker payudara.
h.    Hindari stress.
i.      Lakukan “sadari”. Kaum perempuan harus mewaspadai setiap perubahan yang terjadi pada payudaranya. Untuk mengetahui perubahan-perubahan tersebut, ada cara sederhana yang disebut "sadari" atau periksa payudara sendiri. Pada wanita produktif, sadari harus dilakukan sebulan sekali, 5-7 hari setelah haid berakhir, karena saat ini pengaruh hormonal estrogen progesteron sangat rendah dan jaringan kelenjar payudara saat itu dalam keadaan tidak oedema sehingga lebih mudah meraba adanya tumor atau kelainan.
3.    Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder merupakan usaha yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan lebih lanjut akibat kanker payudara dengan mengidentifikasi kelompok populasi berisiko tinggi terhadap kanker payudara dan deteksi dini pada individu yang tanpa gejala. Pencegahan sekunder pada kanker payudara dapat dilakukan dengan skrining melalui mammografi yang diklaim memiliki akurasi 90% untuk menentukan kanker payudara.
4.    Pencegahan Tersier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika.

2.1.9 Penatalaksanaan
Pentalaksanaan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Terapi kuratif dianjurkan untuk stadium I, II, dan III. Pasien dengan tumor lokal lanjut (T3,T4) dan bahkan inflammatory carcinoma mungkin dapat disembuhkan dengan terapi multimodalitas, tetapi kebanyakan hanya bersifat paliatif. Terapi paliatif diberikan pada pasien dengan stadium IV dan untuk pasien dengan metastasis jauh atau untuk karsinoma lokal yang tidak dapat direseksi. Beberapa penatalaksanaan yang dapat dilakukan ialah:
1.    Terapi secara pembedahan
a.    Mastektomi partial
Mastektomi pasrtial merupakan tindakan konservatif terhadap jaringan payudara yang terdiri dari reseksi tumor  primer hingga batas jaringan payudara normal, radioterapi dan pemeriksaan status KGB (kelenjar getah bening) aksilla. Reseksi tumor payudara primer disebut jugas ebagai reseksi segmental, lumpectomy, mastektomi partial dan tylectomy. Tindakan konservatif ini merupakan terapi standar untuk kanker payudarainvasif stadium I atau II.


b.    Modified Radical Mastectomy
Modified radical mastectomy dilakukan untuk mempertahankan M. pectoralis mayor dan M. pectoralis minor, dengan pengangkatan KGB aksilla level I dan II tetapi tidak level III. Batasan anatomis pada Modified radical mastectomy adalah batas anterior M. latissimus dorsi pada bagian lateral, garis tengah sternum pada bagian medial, bagian inferiornya 2-3 cm dari lipatan infra-mammae dan bagian superiornya m. subcalvia.
2.    Terapi secara medikalis (non-pembedahan)
1. Radioterapi 
Terapi radiasi dapat digunakan untuk semua stadium karsinoma mammae. Untuk wanita dengan DCIS, setelah dilakukan lumpectomy. Radiasi adjuvant diberikan untuk mengurangi resiko rekurensi lokal, juga dilakukan untuk stadium I, IIA, atau IIB setelah lumpectomy. Radiasi juga diberikan pada kasus resiko/kecurigaan metastasis yang tinggi. Pada kanker payudara lanjut (Stadium IIIa atau IIIb) dimana resiko rekurensi dan metastasis yang tinggi,maka setelah tindakan pembedahan dilanjutkan dengan terapi radiasi adjuvan.
1.    Kemoterapi
Kemoterapi adjuvan memberikan hasil yang minimal pada kanker payudara tanpa pembesaran KGB dengan tumor berukuran kurang dari 0,5 cm dan tidak dianjurkan. Jika ukuran tumor 0,6 sampai 1 cm tanpa pembesaran KGB dan dengan resiko rekurensi tinggi maka kemoterapi dapat diberikan. Faktor  prognostik yang tidak menguntungkan dallam kemoterapi iniialah adanya invasi pembuluh darah atau limfe, tingkat kelainan histologis yang tinggi, overekspresi HER-2/neu dan status reseptor hormonal yang negatif sehingga direkomendasikan untuk diberikan kemoterapi adjuvan.
2.    Terapi anti-estrogen 
Dalam sitosol sel-sel karsinoma mammae terdapat protein spesifik berupa reseptor hormonal yaitu reseptor estrogen dan progesteron. Reseptor hormon ini ditemukan pada lebih dari 90% karsinoma duktal dan lobularinvasif yang masih berdiferensiasi. Terapi anti-estrigen ini dilakukan dengan menggunakan tamoxifen. Kelebihan tamoxifen dari kemoterapi adalah tidak adanya toksisitas yang berat, nyeri tulang, hot flushes, mual, muntah dan retensi cairan yang dapat terjadi pada penggunaan tamoxifen.

3.    Terapi antibodi anti-HER2/neu
Penentuan ekspresi HER-2/neu pada semua kanker payudara yang baru didiagnosis saat ini direkomendasikan. Hal ini digunakan untuk tujuan prognostik pada pasien tanpa pembesaran KGB untuk membantu pemilihan kemoterapi adjuvan.

2.3  Asuhan Keperawatan Pasien Terminal Kanker Payudara Stadium 4
1.    Pengkajian
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang:
1)   Identitas pasien
Identitas yang kita kaji disini ialah identitas pasien dan identitas penanggung jawab. Identitas pasien berisi tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, status, suku bangsa, nomor rekam medis, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis.
Selain identitas pasien hal yang perlu dikaji ialah identitas penanggung jawab pasien. Identitas penanggung jawab setidaknya berisi tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, dan hubungan dengan pasien. Identitas penanggung jawab perlu untuk dikaji untuk mendapatkan kemudahan baik terhadap perawat maupun pasien.
2)   Riwayat kesehatan
a.    Riwayat penyakit sekarang
Saat ini klien menderita kanker payudara stadium IV dan hampir tidak memiliki harapan untuk hidup. Pada saat ini tumor sudah meluas dalam payudara dan melekat pada kulit atau dinding dada dan juga sudah disertai dengan kelenjar getah bening aksila supra-klavikula. Selain itu pada kondisi ini metastasis kanker sudah sangat jauh dan sel-sel kanker sudah sangat menyebar ke bagian tubuh yang lain. Sel-sel kanker tersebut menyerang bagian tubuh lainnya yaitu tulang, paru-paru, hati, otak, kulit, dan kelenjar limfa yang ada di dalam batang leher.
b.    Riwayat penyakit dahulu
Hal yang perlu dikaji ialah apakah klien memiliki penyakit payudara lainnya sebelum ia menderita kanker payudara ataupun penyakit lain pada payudara yang dapat mengakibatkan resiko kanker payudara. dikarenakan dengan adanya penyakit pada payudara, berarti payudara tersebut telah terganggu. Komplikasi yang terburuk dari hal ini adalah kanker payudara. Selain itu seseorang yang payudaranya pernah ditangani mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker payudara. Selain penyakit payudara terdahulu hal lain yang perlu dikaji ialah siklus menstruasi klien dan kapan kehamilan atau melahirkan anak pertama. Pada siklus menstruasi yang perlu dikaji disini ialah kapan menstruasi pertama dialami oleh klien dan kapan klien mengalami menopause (pada klien yang berusia lanjut). Selain tu perlu juga dikaji kapankah klien mengalami kehamilan atau melahirkan anak pertama.
c.    Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah klien memiliki keluarga yang menderita kanker payudara sebelumnya. Hal ini perlu dilakukan karena salah satu faktor resiko kanker payudara adalah faktor genetik. Seseorang yang memiliki riwayat keluarga yang menderita kanker payudara memiliki risiko 2-3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara. Kemungkinan ini lebih besar apabila keluarga tersebut menderita kanker bilateral atau pramenopause.
3)   Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan Head to Toe dan hasil yang didapat pada pemeriksaan ini adalah:
a.    Pasien kurang rensponsif
b.    Fungsi tubuh melambat
c.    Pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengaja
d.   Rahang cendrung jatuh
e.    Pernafasan tidak teratur dan dangkal
f.     Sirkulasi melambat dan ektremitas dingin, nadi cepat dan melemah
g.    Kulit pucat
h.    Mata memelalak dan tidak ada respon terhadap cahaya
4)   Kaji masalah kebutuhan fisiologis yang dihadapi pasien.
Masalah fisiologis yang mungkin dihadapi adalah:
·      Problem Oksigenisasi: respirasi irregular, cepat atau lambat, pernafasan cheyne stokes, sirkulasi perifer menurun, perubahan mental; agitasi-gelisah, tekanan darah menurun, hypoksia, akumulasi secret, nadi ireguler.
·      Problem Nutrisi dan Cairan: asupan makanan dan cairan menurun, peristaltic menurun, distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan membengkak, mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan menurun.
·      Problem suhu: terjadi penurunan suhu tubuh terutama pada bagian ekstremitas yang terasa dingin.
·      Problem Sensori: Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat mendekati kematian, menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun, kemampuan berkonsentrasi menjadi menurun penglihatan kabur, pendengaran berkurang, sensasi menurun.
·      Problem nyeri ; ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra vena, klien harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kenyamanan.
·      Problem Kulit dan Mobilitas ; seringkali tirah baring lama menimbulkanØmasalah pada kulit sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang sering.
5)   Faktor-faktor lain yang perlu dikaji
a.    Faktor fisik
Pada kondisi terminal atau menjelang ajal klien dihadapkan pada berbagai masalah pada fisik. Gejala fisik yang ditunjukan antara lain perubahan pada penglihatan, pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda vital, mobilisasi, nyeri.
b.    Faktor psikologi
Perubahan psikologi tentunya akan dihadapi oleh klien terminal. Perawat harus peka dan mengenali kecemasan yang terjadi pada pasien terminal, harus bisa mengenali ekspresi wajah yang ditunjukan apakah sedih, depresi, atau marah. Problem psikologis lain yang muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan, kehilangan harga diri dan harapan. Disini peran perawat sangat diperlukan sebagai pendamping bagi klien
c.    Faktor Sosial
Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama kondisi terminal, karena pada kondisi ini pasien cenderung menarik diri, mudah tersinggung, tidak ingin berkomunikasi, dan sering bertanya tentang kondisi penyakitnya. Ketidakyakinan dan keputusasaan sering membawa pada perilaku isolasi. Perawat harus bisa mengenali tanda klien mengisolasi diri, sehingga klien dapat memberikan dukungan sosial bisa dari teman dekat, kerabat/keluarga terdekat untuk selalu menemani klien.
d.   Faktor Spiritual
Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses kematian, bagaimana sikap pasien menghadapi saat-saat terakhirnya. Apakah semakin mendekatkan diri pada Tuhan ataukah semakin menolak dan tidak menerima keadaannya. Perawat juga harus mengetahui apakah pasien memerlukan bantuan dari pemuka agama untuk membimbing klien
6)      Analisa Data
No
Data
Etiologi
Masalah
1
DS: Pasien mengatakan khawatir dengan penyakitnya dan cemas menghadapi kematian.           
DO: pasien terlihat bingung, terlihat pucat, dan terkadang menunduk sambil menangis.
Ancaman kematian
Ansietas
2
DS: Pasien mengatakan dirinya merasa lelah dengan penyakit yang ia hadapi.

DO: pasien nampak murung, sulit mengungkapkan perasaan, dan berdiam diri
Penyakit yang diderita
Keputusasaan
3
DS: pasien mengatakan dirinya sedih dikarenakan ia tidak memiliki harapan untuk hidup.

DO: pasien mengalami kesedihan, menutup diri, dan bingung
Kematian yang akan dihadapi
Berduka
4
DS: pasien hanya sesekali bicara dan mengatakan dia takut dan merasa sedih dengan penyakit yang dideritanya dan akan berpisah dengan keluarganya.

DO: pasien menjadi tertutup, hanya berdiam diri, dan terkadang menunjukkan kesedihan
Kesedihan tentang diri sendiri
Depresi


2.    Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang dapat muncul pada pasien terminal kanker payudara stadium IV adalah:
1.      Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian
2.      Keputusasaan berhubungan dengan penyakit yang diderita
3.      Berduka berhubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang akan dihadapi
4.      Depresi berhubungan dengan kesedihan tentang dirinya dalam keadaan terminal
Selain pada pasien, diagnosa pada asuhan keperawatan pasien terminal kanker payudara stadium IV juga ditujukan pada keluarga pasien. Diagnosa yang dapat diangkat ialah:
1.      Ansietas berhubungan dengan semakin dekatnya kematian anggota keluarga
2.      Berduka  berhubungan dengan kondisi anggota keluarga
3.      Kurangnya pengetahuan mengenai keadaan anggota keluarga dan kemungkinan yang akan terjadi berhubungan dengan kurangnya informasi.

3.    Intervensi
Intervensi keperawatan pada pasien:
Intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan 1
“Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian”
Tujuan: ansietas klien dapat berkurang dan klien merasa lebih tenang
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional

1.    Klien mampu mengungkapkan kecemasannya
2.    Terjadi perubahan psikologis ke arah yang lebih baik
3.    Klien menunjukkan sikap tenang terhadap penyakitnya

1.    Kaji tingkat ansietas klien

1.    Mengetahui tingkat ansietas klien yang digunakan sebagai pertimbangan tindakan selanjutnya


2.    Dorong klien mengungkapkan ketakutannya

2.    Membuat klien lebih nyaman dan untuk mengetahui apa yang ditakutkan klien


3.    Berikan kepastian dan kenyamanan

3.    Kepastian dan kenyamanan membuat klien percaya untuk mengungkapkan perasaan


4.    Identifikasi dan dukung mekanisme koping efektif

4.    klien yang cemas mempunyai penyempitan lapang persepsi dengan penurunan kemampuan untuk belajar


5.    Dorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan-ketakutan mereka

5.    Memaksimalkan peran keluarga dan memungkinkan adanya kesempatan saling berbagi


Intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan 2
“Keputusasaan berhubungan dengan penyakit yang diderita”
Tujuan: klien tidak lagi merasa putus asa dan mempertahankan harapan yang ia miliki
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional

1.    Keputusasaan klien berkurang
2.    Klien kembali ke kondisi psikologis normal
3.    Klien tetpap menjaga keyakinan yang dimilikinya mengenai penyakitnya

1.    Tetap memberikan harapan yang terbaik bagi si pasien

1.    Klien harus diberikan harapan sebaik mungkin sampai akhir hayatnya


2.    Sampaikan hal yang bersifat positif yang bertujuan untuk tidak membuat pasien menjadi cemas dan berkecil hati

2.    Tidak menambah beban pasien dan tidak membuat pasien berada pada keadaan yang lebih buruk


3.    Berikan motivasi kepada pasien yang bersifat membangun

3.    Dapat meningkatkan semangat pasien dalam mempertahankan hidupnya


4.    Maksimalkan peran keluarga pasien dalam memberikan dorongan kepada pasien

4.    Adanya orang terdekat pasien dapat membuat psikologi pasien menjadi lebih baik


5.    Selalu dampingi pasien dalam menghadapi kondisinya

5.     Akan memberikan pasien ketenangan dan kenyamanan

Intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan 3
“Berduka berhubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang akan dihadapi”
Tujuan: mengurangi perasaan berduka klien dan membuat klien mulai menerima keadaannya
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional

1.    Klien mampu mengungkapkan perasaannya
2.    Kesedihan klien yang berhubungan dengan penyakitnya dapat berkurang
3.    Klien mampu menerima keadaan yang terjadi npadanya dan masih mempertahankan harapan yang ia miliki

1.    Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan dan diskusikan secara terbuka

1.    Diskusi terbuka dan jujur dapat membantu klien dan keluargamenerima dan mengatasi situasi dan menetukan respon mereka terhadap situasi tersebut


2.    Berikan dorongan penggunaan strategi koping positif


2.    Strategi koping positif membantu penerimaan dan pemecahan masalah

3.    Berikan dorongan pada klien untuk mengekspresikan hal yang positif

3.    Memfokuskan hal yang positif meningkatkan penerimaan diridan penerimaan kematian yang terjadi

4.    Bantu klien mengatakan dan menerima kematian yang akan terjadi

4.    Proses berduka dan berkabung yang adaptif tidak dapat dimulai samapi kematian yang akan terjadi dapat diterima


5.    Tingkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian, menghilangkan ketidaknyamanan dan memberikan dukungan

5.    Perhatian dapat membuat klien lebih nyaman dan dukungan dapat membuat klien memiliki rasa percaya diri dalam memepertahankan harapannya.


Intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan 4
Depresi berhubungan dengan kesedihan tentang dirinya dalam keadaan terminal
Tujuan: klien tidak lagi merasa depresi, takut, dan kesepian
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional

1.     Klien mampu mengungkapkan perasaan yang membuatnya depresi
2.     Depresi klien berkurang
3.     Terjadi perubahan sikap pada klien dari menutup diri menjadi terbuka

1.    Bantu klien mengungkapkan perasaan sedih, marah yang membuat ia depresi


1.    Mengetahui hal yang membuat klien sedih dan mengurangi beban perasaan pada klien

2.    Berikan simpati pada klien

2.    Klien akan merasa lebih nyaman denan perhatian yang diberikan



3.    Bantu klien mengidentifikasi sumber koping

3.    Mekanisme koping yang tepat dapat membantu klien menyelaesaikan masalahnya


4.    Gunakan sentuhan ketika klien menunjukkan sikap depresi

4.    Sentuhan merupakan salah satu cara menunjukkan perhatian pada klien


5.    Lakukan hubungan interpersonal yang baik

5.    Memungkinkan adanya hubungan saling percaya yang membuat klien lebih mudah mengungkapkan perasaannya


6.    Maksimalkan peran keluarga dalam mengurangi depresi klien

6.    Hadirnya keluarga dapat membuat klien lebih tenang dan nyaman



Intervensi keperawatan pada keluarga pasien
Intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan 1
“Ansietas berhubungan dengan semakin dekatnya kematian anggota keluarga
Tujuan: Keluarga akan mendapat dukungan yang adekuat
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional

1.    Keluarga mengungkapkan ketakutan, kekhawatiran, dan setiap keinginannya yang berhubungan dengan pasien.
2.    Anggota keluarga mendiskusikan perasaannya


1.    Ada untuk keluarga


1.    Memberikan keluarga tempat untuk berbagi


2.    Diskusikan proses berduka dengan keluarga


2.    Keluarga dapat berbagi dan menjelaskan perasaan sehingga perasaannya menjadi lebih baik


3.    Berikan kesempatan pada keluarga untuk mengungkapkan emosi
.

3.    Memberikan kesempatan kepada untuk mengekspresikan perasaannya

4.    Bantu keluarga mengatasi perasaan mereka


4.    Perasaan sedih diatasi dan membuat keluarga lebih  fokus kepada pasien


5.    Pertahankan sikap tidak menghakimi terhadap prilaku keluarga


5.    Setiap keluarga mempunyai ekspresi yang berbeda-beda terhadap kematian dan merupakan suatu hal yang wajar


Intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan 2
“Berduka  berhubungan dengan kondisi anggota keluarga”
Tujuan: Kesedihan keluarga berkurang dan keluarga mampu merawat anggota keluarganya
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional

1.      Keluarga mampu mengungkapkan perasaannya
2.      Kesedihan keluarga berkurang
3.      Keluarga berperan aktif dalam merawat pasien

1.    Dorong keluarga untuk membagi perasaannya dengan pasien


1.    Memberikan keluarga dan pasien kesempatan untuk saling berbagi


2.    Dorong keluarga untuk berada sedekat mungkin dengan pasien


2.    Kehadiran keluarga memberikan dampak psikologis yang baik terhadap pasien


3.    Berikan dukungan emosional dan kenyamanan pada keluarga

3.    Dukungan yang tepat dan kenyamanan yang baik dapat membuat perasaan keluarga menjadi lebih baik


4.    Fasilitasi bantuan keluarga saat akan melakukan perawatan terhadap pasien


4.    Mempermudah keluarga merawat pasien


5.    Berikan privasi kepada keluarga


5.    Untuk menjaga kerahasiaan pasien dan keluarga



Intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan 3
“Kurangnya pengetahuan mengenai keadaan anggota keluarga dan kemungkinan yang akan terjadi berhubungan dengan kurangnya informasi”
Tujuan: memberi informasi mengenai kondisi pasien dan kemungkinan yang akan terjadi
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional

1.    Keluarga memahami kondisi pasien
2.    Kelurga mengetahui keadaan yang akan terjadi dan mampu menindaklanjutinya


1.    Informasikan pada keluarga tentang apa yang mungkin terjadi pada saat proses kematian


1.    Membuat  keluarga siap dengan kondisi yang akan terjadi


2.    Berikan informasi mengenai keadaan pasien


2.    Mengurangi kecemasan keluarga


3.    Dukung dan bantu keluarga dalam memberikan informasi kepada anggota keluarga yang lain


3.    Memberikan informasi kepada semua anggota keluarga mengenai kondisi pasien

4.      Implementasi
Implementasi yang dilakukan disesuaikan dengan intervensi
5.      Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan disesuaikan dengan tujuan dan kriteria hasil, termasuk di dalamnya evaluasi proses. Evaluasi dilakukan melalui catatan perkembangan.





Catatan perkembangan hari pertama
No
Hari/
Tanggal/Jam
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
Evaluasi

1

Rabu,31 Oktober 2012, 08.00 WIB

Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian


08.30 WIB
Kaji tingkat ansietas klien
09.00 WIB
Dorong klien mengungkapkan ketakutannya
11.00 WIB
Berikan kepastian dan kenyamanan


S: Pasien mengatakan cemas dan takut keadaannya memburuk
O: KU sedang, pasien tampak gelisah, bingung, kurang konsentrasi
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Identifikasi dan dukung mekanisme koping efektif
Kolaborasi dengan keluarga

2


Keputusasaan berhubungan dengan penyakit yang diderita


08.45 WIB
Memberikan harapan yang terbaik bagi si pasien
10.00 WIB
Sampaikan hal yang bersifat positif
11.00 WIB
Berikan motivasi kepada pasien yang bersifat membangun


S: Pasien mengatakan sedih karena ia tidak memiliki harapan untuk hidup
O: KU sedang, pasien mengalami kesedihan, menutup diri, dan bingung
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Berikan motivasi
Kolaborasi dengan keluarga
3

Berduka berhubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang akan dihadapi

09.00 WIB
Berikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan
11.00 WIB Bantu pasien mengatakan dan menerima kematian yang akan terjadi
12.00 WIB
Tingkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian


S: pasien mengatakan dirinya lelah dan takut dengan kematian dan akan berpisah dengan keluarganya
O: KU sedang, pasien nampak murung, bingung, dan sedih dengan keadaannya
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Bantu klien mengungkapkan perasaannya
Lakukan perawatan penuh perhatian
Kolaborasi dengan keluarga

4


Depresi berhubungan dengan kesedihan tentang dirinya dalam keadaan terminal


09.00 WIB
Bantu klien mengungkapkan perasaan
10.00 WIB
Berikan simpati pada klien
11.00 WIB
Hibur dan motivasi pasien


S: Pasien sering mengatakan khawatir dan cemas dengan penyakitnya
O: KU sedang, pasien terlihat bingung, pucat, dan terkadang menunduk sambil menangis
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Lakukan hubungan interpersonal yang baik
Identifikasi sumber koping
Kolaborasi dengan keluarga

Catatan perkembangan hari kedua
No
Hari/
Tanggal/Jam
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
Evaluasi

1

Kamis, 1 November 2012, 08.00 WIB

Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian


08.00 WIB
Dorong klien mengungkapkan ketakutannya
09.00 WIB
Dukung mekanisme koping efektif pasien
10.00 WIB
Berikan kepastian dan kenyamanan

S: Pasien mengatakan cemas dan ketakutannya mulai berkurang
O: KU memburuk Kegelisahan pasien berkurang, mulai tenang
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Berikan kenyamanan
Kolaborasi dengan keluarga



Keputusasaan berhubungan dengan penyakit yang diderita

08.45 WIB
Memberikan harapan yang terbaik bagi si pasien
10.00 WIB
Sampaikan hal yang bersifat positif
11.00 WIB
Berikan motivasi kepada pasien yang bersifat membangun

S: pasien mengatakan dirinya mulai bisa menerima keadaan
O:KU memburuk, pasien masih tertutup, putus asa mulai berkurang
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Berikan motivasi
Kolaborasi dengan keluarga


1.    Berduka berhubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang akan dihadapi

08.00 WIB
Berikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan
10.00 WIB Bantu pasien mengatakan dan menerima kematian yang akan terjadi
11.00 WIB
Tingkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian


S: Pasien mengatakan ia sudah bisa menerima dan mengerti tentang keadaannya
O: KU memburuk, kesedihan, kebingungan dan sikap murung pasien mulai berkurang
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Bantu klien mengungkapkan perasaannya
Lakukan perawatan penuh perhatian
Kolaborasi dengan keluarga


2.      Depresi berhubungan dengan kesedihn tentang dirinya dalam keadaan terminal

09.00 WIB
Lakukan hubungan interpersonal yang baik
10.00 WIB
Berikan simpati pada klien
10.30 WIB
Identifikasi sumber koping
11.00 WIB
Hibur dan motivasi pasien

S: Pasien sering mengatakan kesedihan, keputusasaan, dan kemurungannya mulai berkurang
O:KU memburuk, pasien masih bingung dan cenderung menutup diri
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Berikan simpati pada pasien
Hibur dan motivasi pasien
Kolaborasi dengan keluarga


Catatan perkembangan hari ketiga
No
Hari/
Tanggal/Jam
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
1
Jumat, 1 November 2012, 08.00 WIB
1.    Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian

08.20 WIB
Dorong klien mengungkapkan ketakutannya
08.45 WIB
Dukung mekanisme koping efektif pasien
09.30 WIB
Berikan kepastian dan kenyamanan
S: pasien mengatakan dirinya takut dan cemas dengan kematian yang semakin mendekat.
O: KU buruk, wajah pucat, turgor kulit menurun .
A: Masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi.
Kolaborasi dengan keluarga
beri kenyamanan dan kepastian .



2.    Keputusasaan berhubungan dengan penyakit yang diderita

08.45 WIB
Memberikan harapan yang terbaik bagi si pasien
10.00 WIB
Sampaikan hal yang bersifat positif
11.00 WIB
Berikan motivasi kepada pasien yang bersifat membangun

S: pasien mengatakan dirinya ikhlas dengan apa yang akan terjadi pada dirinya.
O:KU memburuk, gerakan tubuh mulai terbatas, tanda-tanda vital mulai menurun
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Berikan motivasi
Kolaborasi dengan keluarga


3.    Berduka berhubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang akan dihadapi

08.00 WIB
Berikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan
10.00 WIB Bantu pasien mengatakan dan menerima kematian yang akan terjadi
11.00 WIB
Tingkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian


S: Pasien mengatakan siap menerima semua keadaan yang akan terjadi pada dirinya.
O: KU memburuk, kesedihan berkurang, mampu mengungkapkan perasaannya dan berbagi pada keluarga dan perawat.
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Bantu klien mengungkapkan perasaannya
Lakukan perawatan penuh perhatian
Kolaborasi dengan keluarga


4.      Depresi berhubungan dengan kesedihn tentang dirinya dalam keadaan terminal

09.00 WIB
Lakukan hubungan interpersonal yang baik
10.00 WIB
Berikan simpati pada klien
10.30 WIB
Identifikasi sumber koping
11.00 WIB
Hibur dan motivasi pasien

S:Pasien mengatakan kesedihan yang dialaminya berkurang.
O:KU memburuk, pasien masih sulit mengungkapkan perasaannya dan cenderung menutup diri.
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Berikan simpati pada pasien
Hibur dan motivasi pasien
Kolaborasi dengan keluarga

















BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh dan berubah menjadi ganas. Kanker payudara terdiri dari beberapa stadium dan stadium yang paling berbahaya adalah kanker payudara stadium IV.
Pada kanker payudara stadium IV sel-sel kanker sudah sangat parah dan sel kanker telah menyerang anggota tubuh lain. Pada kondisi ini pasien sudah tidak mungkin disembuhkan lagi atau tidak memiliki harapan untuk hidup (terminal). dalam kondisi terminal pasien kondisi psikolgis pasien akan sangat menurun. Pada kondisi ini tiap orang mempunyai respon yang berbeda dalam menghadapi situasi dan kondisi penyakitnya. Perbedaaan tersebut didasari dan dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Pasien yang sedang dalam kondisi terminal membutuhkan perawatan yang lebih bersifat memperbaiki dan membangun psikologis pasien, hal ini dikarenakan pasien yang sedang dalam kondisi terminal cenderung memiliki perasaan maupun prilaku yang berubah dari biasanya. Disini peran seorang perawat sangat dibutuhkan dalam membangun psikologi pasien dan membimbing pasien menuju sikap dan penerimaan yang lebih baik.

3.2    Saran
Kanker payudara adalah salah satu jenis kanker yang sering terjadi dan sering menyebabkan kematian untuk itulah diperlukan pemahaman terhadap penyakit kanker baik itu pengobatan maupun pencegahan terhadap penyakit kanker. Selain pemahaman terhadap kanker payudara diperlukan juga pemahaman terhadap perawatan pasien terminal. Hal ini diperlukan karena pada kanker payudara stadium akhir kemungkinan untuk bertahan hidup sangat kecil. Jadi, perawat diharapkan mampu memahami dan menguasai konsep dan asuhan keperawatan terhadap kanker payudara, serta tidak lupa pula asuhan keperawatan pasien terminal terhadap kanker payudara stadium IV.



DAFTAR PUSTAKA
De jong, Syamsuhadi. Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. 2005
Hidayat, Azis Alimul. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Kozier, B. (1995). Fundamentals of nursing : Concept Procees and Practice, Ethics and Values. California : Addison Wesley
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3, cet.1 Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius
Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Wahyuningsih dan Subekti. 2005. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta: EGC



Demikianlah Artikel askep terminal kanker payudara

Sekianlah artikel askep terminal kanker payudara kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel askep terminal kanker payudara dengan alamat link https://askep-nursing.blogspot.com/2013/05/askep-terminal-kanker-payudara.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar