Respon dan Manajemen Stres pada Pasien Gangguan Neurologis Lengkap

Respon dan Manajemen Stres pada Pasien Gangguan Neurologis Lengkap - Hallo sahabat askep, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Respon dan Manajemen Stres pada Pasien Gangguan Neurologis Lengkap, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel askep, Artikel askep pdf, Artikel asuhan keperawatan, Artikel Perawat, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Respon dan Manajemen Stres pada Pasien Gangguan Neurologis Lengkap
link : Respon dan Manajemen Stres pada Pasien Gangguan Neurologis Lengkap

Baca juga


Respon dan Manajemen Stres pada Pasien Gangguan Neurologis Lengkap

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Stres dan Respon Stress
Menurut Robbins (2001) stress diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang.

Menurut Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif, apresiasi stress menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stress adalah suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.

Pengertian stres menurut Morgan, dkk (1986;321). Stres merupakan suatu stimulus atau suatu keadaan internal yang dapat disebabkan oleh tuntutan pada tubuh (kondisi penyakit, latihan, temperatur yang ekstrem) atau oleh situasi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untik melakukan coping.

Sedangkan respon stres menurut Lazarus adalah reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat secara fisiologis, seperti : jantung berdebar, gemetar dan pusing serta psikologis seperti : takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.

2.2 Etiologi Stress
Stress berasal dari empat sumber yang dikenal sebagai penyebab stress:
  1. Penyebab stress situasional, berasal dari situasi, lingkungan, dan budaya kontemporer kita. Penyebab stress ini mencakuo situasi yang tidak diketahui dan tidak terduga, perubahan, kegaduhan, pemberitaan media yang menekan, rumah yang buruk, terperangkap dalam kendaraan, dan beban kerja yang berat.
  2. Peristiwa besar dalam hidup adalah kejadian yang berdampak nyata terhadap cara hidup dan emosi kita. Peristiwa ini mencakup pernikahan, perceraian, kehilangan anggota keluarga, kehilangan anak, pindah rumah, penyakit, dan masalah keuangan.
  3. Penyebab stress yang disebabkan oleh orang lain bisa sulit ditangani. Hal ini mencangkup tuntutan yang tidak masuk akal, suasanan yang tidak nyaman di kantor dan rumah, serta perasaan tidak dimengerti.
  4. Penyebab stress dari dalam diri bisa menjadi penyebab stress terbesar. Hal ini mencakup mencari kesempurnaan, ekspektasi akan diri, kebutuhan akan tujuan dan kesuksesan,perasaan tidak cukup, kebutuhsn untuk memegang kendali, serta kebutuhan untuk diterima dan dicintai

2.3 Manifestasi Klinis
Kemampuan seseorang berbeda-beda dalam menghadapi stres. Dari sisi jenis kelamin misalnya, wanita cenderung memiliki level kortisol yang tinggi dalam aliran darahnya daripada pria. Seseorang yang bersifat sensitif dan cenderung sering mengalami stres sejak usia dini juga mudah sekali bereaksi menurunkan fungsi tubuhnya terhadap hal-hal sepele sekalipun.

Itu sebabnya kita perlu mencermati manifestasi klinis atau tanda-tanda dan gejala stres yang harus dikenali dari aspek emosional dan behavior berikut ini:
  1. Emosional :
  1. Cemas
  2. Mudah jengkel
  3. Merasa terancam bahaya atau akan mati
  4. Banyak yang dipikirkan
  5. Merasa tak berdaya
  6. Merasa apatis
  7. Merasa tidak berguna
  8. Merasa buta orientasi
  9. Merasa tidak aman
  10. Sedih
  11. Bingung
  12. Putus asa, merasa masa depan suram (pesimis)
  13. Impulsif dan mudah marah
  14. Selalu tegang dan suka menyendiri
  15. Ketidakmampuan berkonsentrasi
  16. Ketidakmampuan membuat keputusan
  17. Menyalahkan diri sendiri
  18. Melakukan hal-hal yag tak bertujuan
  19. Merasa dihantui oleh permasalahan, kegagalan, dan perasaan buruk
  20. Mudah tersinggung
  21. Insomnia
  22. Suasana hati beruah-ubah
  23. Mudah menangis
  24. Mimpi buruk
  25. Keresahan

  1. Behavior
  1. Makan terus/ tidak nafsu makan
  2. Tidak sabar
  3. Suka berdebat
  4. Suka menunda-nunda
  5. Konsumsi alkohol atau obat terlarang meningkat
  6. Merokok secara berlebihan
  7. Menarik diri dan mengurung diri
  8. Menghindar atau mengabaikan tanggung jawab
  9. Hasil kerjanya buruk
  10. Menurunnya produktivitas

2.4 Respon Emosi dan Psikologi
        A. Respon Stres pada Pasien dengan Gangguan Neurologis
Setiap pasien memiliki status emosi, kognitif, dan perilaku yang berbeda saat menjalani kondisi sakit. Dalam kondisi sakit ada respon emosi pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran dalam keluarga dan masyarakat, atau pengaruhnya terhadap kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga maupun masyarakat.  Gangguan neurologis yang dialami pasien akan memberi dampak terhadap perubahan gaya hidup. Dua masalah yang mungkin timbul adalah keterbatasan yang diakibatkan oleh defisit neurologis dalam hubungannya dengan peran sosial pasien dan proses adaptasi terhadap gangguan neurologis yang dialami pasien. Rawat inap yang dijalani oleh pasien akan memberi dampak pada status ekonomi pasien, karena biaya pengobatan dan perawatan memerlukan dana yang tidak sedikit.

Kondisi sakit fisik yang dialami oleh pasien dapat menimbulkan kecemasan. Rasa cemas ini kemudian diintepretasikan sebagai suatu stres oleh otak dan membuat otak meresponnya. Kondisi ini adalah bagian dari mekanisme sistem otak untuk mempertahankan kestabilan di dalam otak manusia.

Respon stres tersebut dapat berupa pengaktifan sistem saraf otonom yang terdiri dari simpatis dan parasimpatis. Inilah yang membuat respon orang terhadap cemas adalah gejala-gejala seperti jantung berdebar, perasaan sesak napas, keringat dingin, ingin buang air besar/kecil, perasaan melayang, rasa seperti tidak stabil, gemetaran, kesemutan, perasaan tidak terkendali. Kondisi ini kemudian yang dirasakan pasien sebagai gejala psikosomatik.

Mekanisme adaptasi stres oleh otak biasanya memang didasarkan karena adanya pemicu, namun pada suatu kondisi stres kronik maka otak bisa memberikan respon yang salah dan berespon secara otomatis walaupun tidak ada pemicu.Inilah yang menyebabkan pasien-pasien terutama pasien dengan penyakit neurologis yang cenderung merupakan penyakit yang lama atau kronis merasakan adanya kondisi kecemasan dan gejala psikosomatik yang akut padahal dia tidak sedang dalam kondisi stres saat itu terjadi. Respon otomatis ini sebenarnya menandakan bahwa otak telah berada pada fase kelelahan (exhausted) yang akhirnya menyebabkan responnya kacau terhadap stres.

Pada pasien anak perlu diperhatikan dampak hospitalisasi pada anak dan Family Center. Anak dengan penyakit neurologis sangat rentan terhadap tindakan invasif yang sering dilakukan untuk mengurangi keluhan. Hal ini dapat mengakibatkan stress pada anak dan anak menjadi kurang kooperatif terhadap tindakan keperawatan dan medis. Anak-anak sering kali tidak mampu mengekspresikan perasaan mereka dan cenderung untuk memperhatikan masalah mereka melalui tingkah laku.

B. Respon Stres pada Keluarga Pasien dengan Gangguan Neurologis
Pasien yang mengalami gangguan neurologis akan terjadi perubahan peran dan fungsi pasien dalam keluarga. Perubahan ini dapat bersifat sementara dan permanen, tergantung pada penyakit yang diderita pasien. Hal ini dapat mengganggu rutinitas hidup dan peran keluarga, karena harus ada yang menemani pasien di rumah sakit. Jika pasien itu adalah seorang ibu yang memiliki anak kecil, maka harus ada yang mengasuh anaknya. Jika pasien adalah individu yang bekerja, maka ia harus meninggalkan pekerjaannya. Disamping mengambil alih fungsi dan perannya, keluarga juga harus memberi dukungan psikologis kepeda pasien. Keluarga juga memiliki peran untuk memenuhi biaya rumah sakit selama pasien menjalani perawatan, dan ini kan mempengaruhi status ekonomi keluarga dan juga pasien.  Semua hal ini bisa menimbulkan stress pada keluarga yang bisa juga ditimbulkan oleh proses perawatan yang dijalani oleh pasien.

Apabila pasien dengan gangguan neurologis berlangsung sangat lama, tidak menutup kemungkinan keluarga mengalami stres dan keputusasaan dalam merawat pasien. Selain itu, Imunitas keluarga yang cenderung stres dan lelah dapat pula menurun, sehingga apabila dibiarkan terus-menerus akan membuat keluarga gampang terserang penyakit.

2.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ditujukan untuk mengurangi berbagai gejala setiap penyakit atau keadaan yang tercantum.apabila stressor tidak dapat dihilangkan, dapat diberi informasi tentang bagaimana mengatasi sterssor dengan lebih efektif. Penatalaksanaan untuk mengurangi dampak stressor meliputi:
  1. Apabila stressor memiliki komponen psikologis, individu didorong untuk membicarakan tentang kekhawatirannya dengan keluarga, teman, atau ahli terapi.
  2. Apabila stresornya adalah fisik, intervensi untuk mengurangi nyeri dan mencegah infeksi sangat penting. Nyeri dan infeksi adalah stresor itu sendiri (tanpa penghentian atau peredaan, nyeri dan infeksi memperburuk efek stimulus awal. Utnuk stresor fisik atau psikologis., teknik relaksasi, biofeedback, dan terapi visualisasi dapat membantu individu mengrangi dampak stresor yang dialami. Olahraga teratur akan meningkatkan pelepasan endorfin, yang dapat mengurangi dampak stresor.

Penatalaksanaan stres adalah suatu strategi yang memfasilitasi kemampuan klien untuk menghadapi stres yang dihadapi orang-orang dalam masyarakat sekarang ini secara efektif. Penatalaksanaan stres melibatkan identifikasi stresor yang ada, mengevaluasi efektivitas mekanisme koping yang ada, dan mengembangkan mekanisme koping yang lebih efektif.

3.2    Manajemen Stres
Manajemen stres adalah adalah usaha seseorang untuk mencari cara yang paling sesuai dengan kondisinya guna mengurangi stres yang dialaminya. Jadi, semuanya bergantung pada kondisi masing masing individu, tingkatkan stres yang ada, dan kejadian yang melatarbelakangkan stresnya. Sering kali stres didefinisikan dengan hanya melihat dari stimulus atau respon yang dialami seseorang. Definisi stres dari stimulus terfokus pada kejadian di lingkungan seperti misalnya bencana alam, kondisi berbahaya, penyakit, atau berhenti dari kerja.sementara itu, definisi stres dari respons mengaju pada keadaan stres, reaksi seseorang terhadap stres, atau berada dalam keadaan dibawah stres. Definisi stres dengan hanya melihat dari stimulus yang dialami seseorang memiliki keterbatasan karena tidak memperhatikan adanya perbedaan individual yang mempengaruhi asumsi mengenai stresor, sedangkan kjika stres didefinisikan dari respon, maka tidak ada cara yang sistematis untuk mengenali mana yang akan jadi stresor dan mana yang tidak. Untuk mengenalinya, perlu dilihat terlebih dahulu reaksi yang terjadi. Selain itu, banyak respon dapat mengidentifikasikan stres psikologis yang padahal sebenarnya bukan merupakan stres psikologis. Oleh karena itu stres merupakan hubungan antara individu dengan lingkungan yang oleh individu dinilai membebani atau melebihi kekuatanya dan mengancam kesehatannya.(Nasir, 2011)

Pandangan terhadap stres psikologis telah dikonsepkan dalam tiga cara:
  1. Konsep yang fokusnya pada lingkungan, mendekripsikan stres sebagai stimulus. Dimana referensi sumber atau penyebabnya ketegangannya adalah suatu kejadian atau rangkian peristiwa yang terjadi. Klien yang mendengar akan dilakukan pemeriksaan fisik karena penyakitnya, dia akan bertanya tanya alat yang digunakan itu apa, bagaimna caranya, apa yang dilakukanya, dimna tempatnya, berapa biayayanya, siapa yang melakukanya, dan sebagai ancaman atau sesuatu yang membahayakan diri klien yang akhirnya akan menimbulkan perasaan tegang, yang disebut stresor.

  1. Pendekatan yang memerlukan stres sebagai suatu respons pada reaksi seseorang terhadap stresor, contohnya adalah ketika seseorang menggunakan kata stres untuk menjelaskan tingkat ketegangan dalam dirinya. Respon tersebut mempunyai dua komponen yang saling berkaitan, yaitu komponen psikologis: yang melibatkan perilaku, pola pikir, dan emosi. Serta komponen fisiologis: yang melibatkan peningkatan rangsangan tubuh seperti jantung berdebar, sakit perut, berkeringat, dan sebagainya. Respon psikologis dan fisiologis seseorang terhadap stresor disebut strain.

  1. Pendekatan yang mendeskripsikan stres sebagai suatu proses selalu melibatkan stresor dan strain, jga ditambahkan dengan sebuah bentuk hubungan yang penting, yaitu hubungan antar seseorang dan lingkungannya. Proses ini melibatkan interaksi dan penyesuaian secara berkesinambungan yang disebut transaksi, antara lain seseorang dan lingkungan, dimna keduanya saling mempengaruhi satu sam lain, contohnya seseorang yang terjebak dalam kemacetan dan telambat untuk suatu perjanjian terus melihat jamnya.

Pada umumnya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi stress appraisals, yaitu sebagai berikut:
  1. High demands, kejadian yang melibatkan tuntutan yang sangat tinggi dan mendwsak sehingga menyebabkan ketidaknyamanan.
  2. Life transitions, dimana kehidupan memepunyai banyak kejadian penting yang menandakan berlalunya perubahan dari kondisi atau fase yang satu ke yang lain, dan menghasilkan perubahan substansial dan tuntutan yang baru dalam kehiduapan yang baru.
  3. Timing jaga berpengaruh terhadap kejadian kejadian dalam kehidupan kita, dimna apabila kita suda merencanakan sesuatu yang besar dalam kehidupan dan timingnya meleset dari rencana semula, itu juga bisa menimbulkan stres.
  4. Ambiguity, yaitu ketidakjelasan akan situasi yang terjadi.
  5. Desirability, ada beberapa kejadian yang terjadi di luar dugaan kita.
  6. Controllability yaitu merupakan seseorang yang mempunyai kemampuan untuk menmgubah atau menghilangkan stresor. Seseorang cenderung untuk menilai suatu situasi yang tidak terkontrol sebgai suatu keadaan yang lebih stresful, dari pada situasi yang terkontrol.

Menurut lazarus (1985) dalam Nasir (2011), dalam melakukan penilaian tersebut ada dua tahap yang harus dilalui.
  1. Primary appraisal.
Primary appraisal merupakan proses penentuan makna dari suatu peristiwa yang di alami individu. Peristiwa tersebut dapat dipersepsikan positif, netral, atau negatif oleh individu. Peristiwa yang dinilai negatif kemudian dicari kemungkina adanya harm, threat, atau challenge. Harm adalah penilaian mengenai bahaya yang didapat dari peristiwa yang terjadi. Threat adalah penilaian mengenai kemungkinan buruk atau ancaman yang didapat dari peristiwa yang terjadi. Challenge merupakan tantangan atau kesanggupan untuk mengatasi dan mendapatkan keuntungan dari peristiwa yang terjadi. Primary appraisal memiliki tiga komponen, yaitu sebagai berikut :
  1. Goal relavance, yaitu penilaian yang mengacu pada tujuan sesorang, juga bagaimana hubungan peristiwa yang terjadi dengan tujuan personalnya.
  2. Goal congruence or incrongruence : yaitu penilaian yang mengacu pada apakah hubungan antara peristiwa di lingkungan dan individu tersebut konsisten dengan keinginan individu atau tidak, dan apakah hal tersebut menghalangi atau memfasilitasi tujuan personalnya. Jika hal tersebut menghalanginya, maka disebut sebagai goal incrongruence, dan seabaliknya jika hal tersebut memfasilitasinya, maka disebut sebagai goal congruence.
  3. Type of ego involvement: yaitu penilaian yang mengacu pada berbagai macam aspek dari identitas ego atau komtmen seseorang.

  1. Secondary appraisal
Secondary apprisal merupakan penilaian mengenal kemampuan individu dalam mengendalikan koping beserta daya yang dimilikinya. Bisa juga berarti apakah individu cukup mampu mengahadapi harm, threat, dan challenge dalam peristiwa yang terjadi. Secondary apprisal memiliki tiga komponen sebagai berikut:
  1. Blame and credit, penilaian mengenai siapa yang bertanggung jawab atas situasi menekan yang terjadi atas diri individu.
  2. Coping-potential: penilaian mengenai bagaimana individu dapat mengatasi situasi menekan atau mengaktualisasi komitmen pribadinya.
  3. Future expectancy ; penilaian mengenai apakah untuk alasan tertentu individu mungkin berubah secara psikologis untuk menjadikan lebih baik atau buruk.

Teknik Manajemen Stres
Manajemen stres merupakan upaya mengelola stres dengan baik, bertujuan mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap yang paling berat. Beberapa manajemen stres yang dapat dilkukan adalah:
  1. Mengatur diet dan nutrisi. Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam mengurangi atau mengatasi stres. Ini dapat dilakukan dengan mengomsumsi makanan yang bergizi sesuai porsi dan jadwal yang teratur. Menu juga seaiknya bervariasi agar tidak timbul kebosanan.
  2. Istirahat dan tidur. Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keletihan fisik dan kebugaran tubuh. Tidur yang cukup juga dapat memperbaiki sel-sel yang rusak.
  3. Olahraga teratur. Olahraga yang teratur adalah salah suatu cara meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olahraga yang dilakukan tidak harus sulit. Olahraga yang sederhana seperti jalan pagi atau lari pagi dilakukan paling tidak dua kali seminggu dan tidak harus sampai berjam jam. Sesuai berolahraga,diamkan tubuh yang berkeringat sejenak lalu mandi untuk memulihkan kesegaranya.
  4. Berhenti merokok. Berhenti merokok  adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena dapat meningkatkan status kesehatan serta menjaga ketahanan dan kekebalan tubuh.
  5. Menghindari minuman keras. Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya stres. Dengan menghindari minuman keras,individu dapat terhindar dari banyak penyakit yang disebabkan oleh pengaruh minuman keras yang mengandung alkohol.
  6. Mengatur berat badan. Berat badan yang tidak seimbang (terlalu gemuk atau terlalu kurus) merupakn faktor yang menyebabkan timbulnya stres. Keadaan tubuh yang tidak seimbang akan menurunkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres.
  7. Mengatur waktu. Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan menanggulangi stres. Dengan mengatur waktu sebaik-baiknya, pekerjaan yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan waktu secara efektif dan efisien, misalnya tidak membiarkan waktu berlalu tanpa menghasilkan hal yang bermanfaat
  8. Terapi psikofarmakna. Terapi ini menggunakan obat-obatan dalam mengatasi stres yang dialami melalui pemutusan jaringan antara psiko, neuro, dan imunologi sehinggga stresor psikososial yang dialami tidak mempengaruhi fungsi kognitif efektif atau psikomotor yang dapat mengganggu organ tubuh yang lain. Obat biasanya digunakan adalah obat anticemas dan antidepresi.
  9. Terapi somatik. Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres yang dialami sehingga diharapkan tidak mengganggu sistem tubuh yang lain. Contohnya, jika seseorang mengalami diare akibat stres, maka terapinya adalah mengobati diarenya.
  10. Psikoterapi. Terapi ini menggunakan teknik psiko yang di sesuaikan dengan kebutuhan seseorang. Terapi ini meliputu psikoterapi suportif dan psikoterapi reedukatif. Psikoterapi suportif memberikan motivasi dan dukungan agar pasien memiliki rasa percaya diri, sedangkan psikoterapi reedukatif dilakukan dengan memberikan pendidikan secara berulang, selain itu ada pula psikoterapi rekonstruktif dengan cara memperbaiki kembali kepribadian yang mengalami goncangan dan psikoterapi kognitif dengan memulihkan fungsi kognitif pasien (kemampuan berpikir rasional).
  11. Terapi psikoreligus. Terapi ini menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan psikologis. Terapi ini diperlukan karena dalam mengatasi atau mempertahan kan kehidupan,seseorang harus sehat secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritual.

Manajemen stres yang lain adalah dengan cara meningkatkan strategi koping yang berfokus pada emosi dan strategi koping yang berfokus pada emosi dan strategi koping yang berfokus pada masalah koping yang berfokus pada emosi dilakukan antara lain dengan cara mengatur respons emosional terhadap stres melalui prilaku individu, misalnya meniadakan fakta yang tidak menyenangkan, mengendalikan diri, membuat jarak, penilaian secara positif, menerima tanggung jawab, atau lari dari kenyataan (menghindar ). Sedangkan strategi koping yang berfokus pada masalah dilakukan dengan mempelajari cara atau keterampilan yang dapat menyelesaikan masalah, seperti keterampilan menetapkan dukungan sosial. Teknik lain dalam mengatasi stres adalah relaksasi, meditasi, dan sebagainya. (Hidayat, 2006).

Prinsip Dasar Mengelola Stres
Menurut Nasir, 2011 berikut ini adalah beberapa cara dalam mengelola stres.
  1. Identifikasi penyebab stres.
Penyebab stres bisa situasi,aktivitas,atau orang yang menyebabkan stres.tingkat stres adalah tingkat dimana penyebab stres memengaruhi kita. sangat penting untuk memahami penyebab stres anda.kita tidak dapat mengatur stres kecuali jika kita memahami penyebab stres dan bagaimana penyebab ini memengaruhi psikologi kita dan organisasi.jika ada tanda stres yang familiar dengan terjadi,maka lakukanlah hal-hal berikut ini
  1. Pahami penyebab stres dan kenali mereka sebelum terjadi,hal tersebut merupakan keterampilan yang penting dalam manajemen stres
  2. Pahami tingkat stres,tingkat di mana kita bereaksi terdapat penyebab stres.hal ini menolong kita untuk mengatur respons terhadap stres secara efektif.

  1. Manajemen waktu yang baik
Manajemen waktu adalah kemampuan untuk mengalokasikan waktu dan sumber daya(yang terbatas )demi mencapai tujuan yang hendak kita capai.kemampuan mengatur hal yang disesuaikan dengan skla prioritas akan membuat kita dapat meraih lebih banyak. Tujuan dalam hidup, waktu akan terasa lebih banyak sehingga kehidupan bersosialisasi,hubungan dengan keluarga,bahkan dalam melakukan hobi dapat lebih berkualitas.oleh karena itu, dibutuhkan pengelolaan waktu yang sangat efektif dan efisien.strategi yang dimaksud adalah diperlukan suatu kemampuan guna menetapkan suatu tujuan,kemudian melakukan estimasi terdapat waktu dan sumber daya yang diperlukan,sekaligus menjaga kedisiplinan dan fokus pada tujuan yang hendak dicapai.berikut ini adalah beberapa tips yang dapat digunakan dalam mengelola waktu.
  1. Merencanakan dan melakukan skala prioritas
  2. Jadikan suatu kebiasaan untuk selalu  menyusun daftar pekerjaan(to do list)
  3. Ikuti aturan 80/20,yaitu adanya suatu  estimasi bahwa 80% hasil dari suatu pekerjaan kita akan dicapai dari hanya 20% waktu kita yang fokus
  4. Rencankan waktu untuk melakukan kegiatan yang spesifik dan non-spesifik
  5. Memaksimalkan waktu kerja
  6. Lakukan skala prioritas berdasarkan tingkat kepentingan pekerjaan tersebut
  7. Pemilihan lingkungan yang tepat untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu
  8. pendelegasian
  9. Pembedaan yang jelas antara pekerjaan yang penting dan mendesak
  10. Hindari menunda pekerjaan.


Berikut ini adalah matriks dari manajeman waktu
Kuadran 1 Penting dan mendesak(important and urgent)
Kuadran 2 Penting tapi tidak mendesak (not important but urgent)
Kuadran 3 Penting tapi tidak mendesak (not important but urgent)
Kuadran 4 Tidak penting dan tidak mendesak (not important dan not urgent)

  1. Membuat sebuah perubahan dalam lingkungan dapat mengurangi akibat dari stres.sebagai contoh,jika anda kewalahan dengan setumpuk kertas yang harus ditandatangani,anda dapat mencapai tempat yang sepi untuk bekerja,menata ruang bekerja dengan menggunakan file, dan mendengar musik yang lembut.perubahan ini dapat mengurangi tingkat stres.

  1. Berbagi dan mengungkapkan
Terbuka tentang pikiran dan perasaan dengan diri sendiri dan orang lain adalah teknik yang efektif untuk mengurangi tingkat stres. Terkadang hanya dengan menceritakan situasi dan bagaimana situasi tersebut memengaruhi kita cukup untuk membantu kita memproses cara pandang terhadap situasi tersebut dan membentuk sikap baru dalam menghadapi situasi tersebut

  1. Menyimpan catatan harian pribadi
Dengan menulis pikiran dan perasaan terhadap situasi atau seseorang,dapat menyegarkan emosi kita tentang sesuatu yang signifikan terhadap diri kita,sehingga membantu kita memperoleh cara pandang baru terdapat situasi.

  1. Berbicara dengan orang yang dapat dipercaya
Perkataan”anda dapat menggunakan bantuan orang lain bukan berarti anda bekerja tidak efetif”.carilah cara untuk mengembangkan manajemen stres dan tanggaplah ketika orang lain membutuhkan bantuan.

  1. Visualisasi dan perbandingan mental menjadi teknik yang sangat populer dalam mengurangi stres.misalnya, “banyangkan seperti apa anda 5 tahun yang akan datang” atau “ bayangkan anda lulus sekolah dan mengemudikan sebuah mobil baru” adalah contoh dari visualisasi dan perbanting mental.dengan cara mengkhayalkan diri sendiri dalam sebuah situasi,bagaimana kita memandang perilaku dan penampilan secara ideal,membentuk gambaran mental diri sendiri,dan bagaimana perasaan kita ketika memperoleh/mendapatkan hasil yang telah dirangkai.dengan berpikir positif, kita dapat berperilaku sesuai dengan keinginan kita.

  1. Relaksasi
Banyak orang menemukan bahwa teknik relaksasi berpengaruhi terhadap tingkat stres.berikut ini adalah beberapa contoh.
  1. Hirup napas dalam-dalam,sekali atau lebih secara perlahan.
Sering ketika kita mulai stres kita mengalami napas secara dangkal tanpa Menyadari akibat bernapas dangkal menyulitkan kita untuk berkonsentrasi.dengan menyediakan sedikit waktu dan mengambil napas dalam-dalam,secara otomatis menenangkan tubuh dan pikiran sehingga dapat berkonsentrasi.cobalah teknik ini sebelum presentasi atau selama percakapan yang emosional

  1. Berlatih yoga atau meditasi. yoga adalah bentuk latihan dengan gerakan lemah lembut yang berpengaruh positif terhadap fisik dan pikiran melalui napas yang dalam,peregangan,dan gerakan lembut dalam suasana yang nyaman. Meditasi menyediakan waktu untuk menjernihkan pikiran.biasanya meditasi belajar berkonsentrasi pada saat image atau suara menghilangkan image atau suara yang lain. Berlatih meditasi selama beberapa menit tiap hari dapat mengurangi tingkat stres secara psikologis dan psikis.


DAFTAR PUSTAKA

Anggota IKAPI. 2008. Seri Bodytalk: Yoga untuk Stres, 50 Gerakan Yoga Stres untuk Relaksasi Sepanjang Hari. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Ann Jackman.2003. How to Get Things Done. Penerbit Erlangga. Jakarta
Baradero, Mary, dkk. 2009. Prinsip dan Praktik Keperawatan Perioperatif. Jakarta : EGC
Christian,M. 2005. Jinakkan Stress. Bandung: Nexx Media
Christenser,Paula,J.Kenney,Janet,W.,2009,Proses Keperawatan:Aplikasi model Konseptual,Jakarta:EGC
Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Dalami Ernawati.S.Kp.2009.Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan jiwa.jakarta:TIM
Hartono, LA. 2011. Stres & Stroke. Yogyakarta: Kanisius.
Keliat,B.A.1999.Penatalaksanaan STRESS.Jakarta:EGC
Molloy, Andrea. 2010. Get a Life!. Jakata: Penebar Swadaya Grup.
Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, EGC, 2000
Muttaqin, Arif. 2008.  Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Renold. 2010. Beyond Borders: Communication Modernity & History. STIKOM The London School of Public Relations
Stuart G.W dan Laraia.M.T.(1998).Principle and practice of pschiatric nursing.Edisi 8 St Louis.Mosby year Book
http://health.kompas.com/read/2012/03/01/13264039/Gangguan.Cemas.dan.Keperluan.Obat (diakses pada Tanggal 4 Desember. 14.50 WIB)






TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Stres dan Respon Stress
Menurut Robbins (2001) stress diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang.

Menurut Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif, apresiasi stress menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stress adalah suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.

Pengertian stres menurut Morgan, dkk (1986;321). Stres merupakan suatu stimulus atau suatu keadaan internal yang dapat disebabkan oleh tuntutan pada tubuh (kondisi penyakit, latihan, temperatur yang ekstrem) atau oleh situasi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untik melakukan coping.

Sedangkan respon stres menurut Lazarus adalah reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat secara fisiologis, seperti : jantung berdebar, gemetar dan pusing serta psikologis seperti : takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.

2.2 Etiologi Stress
Stress berasal dari empat sumber yang dikenal sebagai penyebab stress:
  1. Penyebab stress situasional, berasal dari situasi, lingkungan, dan budaya kontemporer kita. Penyebab stress ini mencakuo situasi yang tidak diketahui dan tidak terduga, perubahan, kegaduhan, pemberitaan media yang menekan, rumah yang buruk, terperangkap dalam kendaraan, dan beban kerja yang berat.
  2. Peristiwa besar dalam hidup adalah kejadian yang berdampak nyata terhadap cara hidup dan emosi kita. Peristiwa ini mencakup pernikahan, perceraian, kehilangan anggota keluarga, kehilangan anak, pindah rumah, penyakit, dan masalah keuangan.
  3. Penyebab stress yang disebabkan oleh orang lain bisa sulit ditangani. Hal ini mencangkup tuntutan yang tidak masuk akal, suasanan yang tidak nyaman di kantor dan rumah, serta perasaan tidak dimengerti.
  4. Penyebab stress dari dalam diri bisa menjadi penyebab stress terbesar. Hal ini mencakup mencari kesempurnaan, ekspektasi akan diri, kebutuhan akan tujuan dan kesuksesan,perasaan tidak cukup, kebutuhsn untuk memegang kendali, serta kebutuhan untuk diterima dan dicintai

2.3 Manifestasi Klinis
Kemampuan seseorang berbeda-beda dalam menghadapi stres. Dari sisi jenis kelamin misalnya, wanita cenderung memiliki level kortisol yang tinggi dalam aliran darahnya daripada pria. Seseorang yang bersifat sensitif dan cenderung sering mengalami stres sejak usia dini juga mudah sekali bereaksi menurunkan fungsi tubuhnya terhadap hal-hal sepele sekalipun.

Itu sebabnya kita perlu mencermati manifestasi klinis atau tanda-tanda dan gejala stres yang harus dikenali dari aspek emosional dan behavior berikut ini:
  1. Emosional :
  1. Cemas
  2. Mudah jengkel
  3. Merasa terancam bahaya atau akan mati
  4. Banyak yang dipikirkan
  5. Merasa tak berdaya
  6. Merasa apatis
  7. Merasa tidak berguna
  8. Merasa buta orientasi
  9. Merasa tidak aman
  10. Sedih
  11. Bingung
  12. Putus asa, merasa masa depan suram (pesimis)
  13. Impulsif dan mudah marah
  14. Selalu tegang dan suka menyendiri
  15. Ketidakmampuan berkonsentrasi
  16. Ketidakmampuan membuat keputusan
  17. Menyalahkan diri sendiri
  18. Melakukan hal-hal yag tak bertujuan
  19. Merasa dihantui oleh permasalahan, kegagalan, dan perasaan buruk
  20. Mudah tersinggung
  21. Insomnia
  22. Suasana hati beruah-ubah
  23. Mudah menangis
  24. Mimpi buruk
  25. Keresahan

  1. Behavior
  1. Makan terus/ tidak nafsu makan
  2. Tidak sabar
  3. Suka berdebat
  4. Suka menunda-nunda
  5. Konsumsi alkohol atau obat terlarang meningkat
  6. Merokok secara berlebihan
  7. Menarik diri dan mengurung diri
  8. Menghindar atau mengabaikan tanggung jawab
  9. Hasil kerjanya buruk
  10. Menurunnya produktivitas

2.4 Respon Emosi dan Psikologi
        A. Respon Stres pada Pasien dengan Gangguan Neurologis
Setiap pasien memiliki status emosi, kognitif, dan perilaku yang berbeda saat menjalani kondisi sakit. Dalam kondisi sakit ada respon emosi pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran dalam keluarga dan masyarakat, atau pengaruhnya terhadap kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga maupun masyarakat.  Gangguan neurologis yang dialami pasien akan memberi dampak terhadap perubahan gaya hidup. Dua masalah yang mungkin timbul adalah keterbatasan yang diakibatkan oleh defisit neurologis dalam hubungannya dengan peran sosial pasien dan proses adaptasi terhadap gangguan neurologis yang dialami pasien. Rawat inap yang dijalani oleh pasien akan memberi dampak pada status ekonomi pasien, karena biaya pengobatan dan perawatan memerlukan dana yang tidak sedikit.

Kondisi sakit fisik yang dialami oleh pasien dapat menimbulkan kecemasan. Rasa cemas ini kemudian diintepretasikan sebagai suatu stres oleh otak dan membuat otak meresponnya. Kondisi ini adalah bagian dari mekanisme sistem otak untuk mempertahankan kestabilan di dalam otak manusia.

Respon stres tersebut dapat berupa pengaktifan sistem saraf otonom yang terdiri dari simpatis dan parasimpatis. Inilah yang membuat respon orang terhadap cemas adalah gejala-gejala seperti jantung berdebar, perasaan sesak napas, keringat dingin, ingin buang air besar/kecil, perasaan melayang, rasa seperti tidak stabil, gemetaran, kesemutan, perasaan tidak terkendali. Kondisi ini kemudian yang dirasakan pasien sebagai gejala psikosomatik.

Mekanisme adaptasi stres oleh otak biasanya memang didasarkan karena adanya pemicu, namun pada suatu kondisi stres kronik maka otak bisa memberikan respon yang salah dan berespon secara otomatis walaupun tidak ada pemicu.Inilah yang menyebabkan pasien-pasien terutama pasien dengan penyakit neurologis yang cenderung merupakan penyakit yang lama atau kronis merasakan adanya kondisi kecemasan dan gejala psikosomatik yang akut padahal dia tidak sedang dalam kondisi stres saat itu terjadi. Respon otomatis ini sebenarnya menandakan bahwa otak telah berada pada fase kelelahan (exhausted) yang akhirnya menyebabkan responnya kacau terhadap stres.

Pada pasien anak perlu diperhatikan dampak hospitalisasi pada anak dan Family Center. Anak dengan penyakit neurologis sangat rentan terhadap tindakan invasif yang sering dilakukan untuk mengurangi keluhan. Hal ini dapat mengakibatkan stress pada anak dan anak menjadi kurang kooperatif terhadap tindakan keperawatan dan medis. Anak-anak sering kali tidak mampu mengekspresikan perasaan mereka dan cenderung untuk memperhatikan masalah mereka melalui tingkah laku.

B. Respon Stres pada Keluarga Pasien dengan Gangguan Neurologis
Pasien yang mengalami gangguan neurologis akan terjadi perubahan peran dan fungsi pasien dalam keluarga. Perubahan ini dapat bersifat sementara dan permanen, tergantung pada penyakit yang diderita pasien. Hal ini dapat mengganggu rutinitas hidup dan peran keluarga, karena harus ada yang menemani pasien di rumah sakit. Jika pasien itu adalah seorang ibu yang memiliki anak kecil, maka harus ada yang mengasuh anaknya. Jika pasien adalah individu yang bekerja, maka ia harus meninggalkan pekerjaannya. Disamping mengambil alih fungsi dan perannya, keluarga juga harus memberi dukungan psikologis kepeda pasien. Keluarga juga memiliki peran untuk memenuhi biaya rumah sakit selama pasien menjalani perawatan, dan ini kan mempengaruhi status ekonomi keluarga dan juga pasien.  Semua hal ini bisa menimbulkan stress pada keluarga yang bisa juga ditimbulkan oleh proses perawatan yang dijalani oleh pasien.

Apabila pasien dengan gangguan neurologis berlangsung sangat lama, tidak menutup kemungkinan keluarga mengalami stres dan keputusasaan dalam merawat pasien. Selain itu, Imunitas keluarga yang cenderung stres dan lelah dapat pula menurun, sehingga apabila dibiarkan terus-menerus akan membuat keluarga gampang terserang penyakit.

2.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ditujukan untuk mengurangi berbagai gejala setiap penyakit atau keadaan yang tercantum.apabila stressor tidak dapat dihilangkan, dapat diberi informasi tentang bagaimana mengatasi sterssor dengan lebih efektif. Penatalaksanaan untuk mengurangi dampak stressor meliputi:
  1. Apabila stressor memiliki komponen psikologis, individu didorong untuk membicarakan tentang kekhawatirannya dengan keluarga, teman, atau ahli terapi.
  2. Apabila stresornya adalah fisik, intervensi untuk mengurangi nyeri dan mencegah infeksi sangat penting. Nyeri dan infeksi adalah stresor itu sendiri (tanpa penghentian atau peredaan, nyeri dan infeksi memperburuk efek stimulus awal. Utnuk stresor fisik atau psikologis., teknik relaksasi, biofeedback, dan terapi visualisasi dapat membantu individu mengrangi dampak stresor yang dialami. Olahraga teratur akan meningkatkan pelepasan endorfin, yang dapat mengurangi dampak stresor.

Penatalaksanaan stres adalah suatu strategi yang memfasilitasi kemampuan klien untuk menghadapi stres yang dihadapi orang-orang dalam masyarakat sekarang ini secara efektif. Penatalaksanaan stres melibatkan identifikasi stresor yang ada, mengevaluasi efektivitas mekanisme koping yang ada, dan mengembangkan mekanisme koping yang lebih efektif.

3.2    Manajemen Stres
Manajemen stres adalah adalah usaha seseorang untuk mencari cara yang paling sesuai dengan kondisinya guna mengurangi stres yang dialaminya. Jadi, semuanya bergantung pada kondisi masing masing individu, tingkatkan stres yang ada, dan kejadian yang melatarbelakangkan stresnya. Sering kali stres didefinisikan dengan hanya melihat dari stimulus atau respon yang dialami seseorang. Definisi stres dari stimulus terfokus pada kejadian di lingkungan seperti misalnya bencana alam, kondisi berbahaya, penyakit, atau berhenti dari kerja.sementara itu, definisi stres dari respons mengaju pada keadaan stres, reaksi seseorang terhadap stres, atau berada dalam keadaan dibawah stres. Definisi stres dengan hanya melihat dari stimulus yang dialami seseorang memiliki keterbatasan karena tidak memperhatikan adanya perbedaan individual yang mempengaruhi asumsi mengenai stresor, sedangkan kjika stres didefinisikan dari respon, maka tidak ada cara yang sistematis untuk mengenali mana yang akan jadi stresor dan mana yang tidak. Untuk mengenalinya, perlu dilihat terlebih dahulu reaksi yang terjadi. Selain itu, banyak respon dapat mengidentifikasikan stres psikologis yang padahal sebenarnya bukan merupakan stres psikologis. Oleh karena itu stres merupakan hubungan antara individu dengan lingkungan yang oleh individu dinilai membebani atau melebihi kekuatanya dan mengancam kesehatannya.(Nasir, 2011)

Pandangan terhadap stres psikologis telah dikonsepkan dalam tiga cara:
  1. Konsep yang fokusnya pada lingkungan, mendekripsikan stres sebagai stimulus. Dimana referensi sumber atau penyebabnya ketegangannya adalah suatu kejadian atau rangkian peristiwa yang terjadi. Klien yang mendengar akan dilakukan pemeriksaan fisik karena penyakitnya, dia akan bertanya tanya alat yang digunakan itu apa, bagaimna caranya, apa yang dilakukanya, dimna tempatnya, berapa biayayanya, siapa yang melakukanya, dan sebagai ancaman atau sesuatu yang membahayakan diri klien yang akhirnya akan menimbulkan perasaan tegang, yang disebut stresor.

  1. Pendekatan yang memerlukan stres sebagai suatu respons pada reaksi seseorang terhadap stresor, contohnya adalah ketika seseorang menggunakan kata stres untuk menjelaskan tingkat ketegangan dalam dirinya. Respon tersebut mempunyai dua komponen yang saling berkaitan, yaitu komponen psikologis: yang melibatkan perilaku, pola pikir, dan emosi. Serta komponen fisiologis: yang melibatkan peningkatan rangsangan tubuh seperti jantung berdebar, sakit perut, berkeringat, dan sebagainya. Respon psikologis dan fisiologis seseorang terhadap stresor disebut strain.

  1. Pendekatan yang mendeskripsikan stres sebagai suatu proses selalu melibatkan stresor dan strain, jga ditambahkan dengan sebuah bentuk hubungan yang penting, yaitu hubungan antar seseorang dan lingkungannya. Proses ini melibatkan interaksi dan penyesuaian secara berkesinambungan yang disebut transaksi, antara lain seseorang dan lingkungan, dimna keduanya saling mempengaruhi satu sam lain, contohnya seseorang yang terjebak dalam kemacetan dan telambat untuk suatu perjanjian terus melihat jamnya.

Pada umumnya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi stress appraisals, yaitu sebagai berikut:
  1. High demands, kejadian yang melibatkan tuntutan yang sangat tinggi dan mendwsak sehingga menyebabkan ketidaknyamanan.
  2. Life transitions, dimana kehidupan memepunyai banyak kejadian penting yang menandakan berlalunya perubahan dari kondisi atau fase yang satu ke yang lain, dan menghasilkan perubahan substansial dan tuntutan yang baru dalam kehiduapan yang baru.
  3. Timing jaga berpengaruh terhadap kejadian kejadian dalam kehidupan kita, dimna apabila kita suda merencanakan sesuatu yang besar dalam kehidupan dan timingnya meleset dari rencana semula, itu juga bisa menimbulkan stres.
  4. Ambiguity, yaitu ketidakjelasan akan situasi yang terjadi.
  5. Desirability, ada beberapa kejadian yang terjadi di luar dugaan kita.
  6. Controllability yaitu merupakan seseorang yang mempunyai kemampuan untuk menmgubah atau menghilangkan stresor. Seseorang cenderung untuk menilai suatu situasi yang tidak terkontrol sebgai suatu keadaan yang lebih stresful, dari pada situasi yang terkontrol.

Menurut lazarus (1985) dalam Nasir (2011), dalam melakukan penilaian tersebut ada dua tahap yang harus dilalui.
  1. Primary appraisal.
Primary appraisal merupakan proses penentuan makna dari suatu peristiwa yang di alami individu. Peristiwa tersebut dapat dipersepsikan positif, netral, atau negatif oleh individu. Peristiwa yang dinilai negatif kemudian dicari kemungkina adanya harm, threat, atau challenge. Harm adalah penilaian mengenai bahaya yang didapat dari peristiwa yang terjadi. Threat adalah penilaian mengenai kemungkinan buruk atau ancaman yang didapat dari peristiwa yang terjadi. Challenge merupakan tantangan atau kesanggupan untuk mengatasi dan mendapatkan keuntungan dari peristiwa yang terjadi. Primary appraisal memiliki tiga komponen, yaitu sebagai berikut :
  1. Goal relavance, yaitu penilaian yang mengacu pada tujuan sesorang, juga bagaimana hubungan peristiwa yang terjadi dengan tujuan personalnya.
  2. Goal congruence or incrongruence : yaitu penilaian yang mengacu pada apakah hubungan antara peristiwa di lingkungan dan individu tersebut konsisten dengan keinginan individu atau tidak, dan apakah hal tersebut menghalangi atau memfasilitasi tujuan personalnya. Jika hal tersebut menghalanginya, maka disebut sebagai goal incrongruence, dan seabaliknya jika hal tersebut memfasilitasinya, maka disebut sebagai goal congruence.
  3. Type of ego involvement: yaitu penilaian yang mengacu pada berbagai macam aspek dari identitas ego atau komtmen seseorang.

  1. Secondary appraisal
Secondary apprisal merupakan penilaian mengenal kemampuan individu dalam mengendalikan koping beserta daya yang dimilikinya. Bisa juga berarti apakah individu cukup mampu mengahadapi harm, threat, dan challenge dalam peristiwa yang terjadi. Secondary apprisal memiliki tiga komponen sebagai berikut:
  1. Blame and credit, penilaian mengenai siapa yang bertanggung jawab atas situasi menekan yang terjadi atas diri individu.
  2. Coping-potential: penilaian mengenai bagaimana individu dapat mengatasi situasi menekan atau mengaktualisasi komitmen pribadinya.
  3. Future expectancy ; penilaian mengenai apakah untuk alasan tertentu individu mungkin berubah secara psikologis untuk menjadikan lebih baik atau buruk.

Teknik Manajemen Stres
Manajemen stres merupakan upaya mengelola stres dengan baik, bertujuan mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap yang paling berat. Beberapa manajemen stres yang dapat dilkukan adalah:
  1. Mengatur diet dan nutrisi. Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam mengurangi atau mengatasi stres. Ini dapat dilakukan dengan mengomsumsi makanan yang bergizi sesuai porsi dan jadwal yang teratur. Menu juga seaiknya bervariasi agar tidak timbul kebosanan.
  2. Istirahat dan tidur. Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keletihan fisik dan kebugaran tubuh. Tidur yang cukup juga dapat memperbaiki sel-sel yang rusak.
  3. Olahraga teratur. Olahraga yang teratur adalah salah suatu cara meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olahraga yang dilakukan tidak harus sulit. Olahraga yang sederhana seperti jalan pagi atau lari pagi dilakukan paling tidak dua kali seminggu dan tidak harus sampai berjam jam. Sesuai berolahraga,diamkan tubuh yang berkeringat sejenak lalu mandi untuk memulihkan kesegaranya.
  4. Berhenti merokok. Berhenti merokok  adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena dapat meningkatkan status kesehatan serta menjaga ketahanan dan kekebalan tubuh.
  5. Menghindari minuman keras. Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya stres. Dengan menghindari minuman keras,individu dapat terhindar dari banyak penyakit yang disebabkan oleh pengaruh minuman keras yang mengandung alkohol.
  6. Mengatur berat badan. Berat badan yang tidak seimbang (terlalu gemuk atau terlalu kurus) merupakn faktor yang menyebabkan timbulnya stres. Keadaan tubuh yang tidak seimbang akan menurunkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres.
  7. Mengatur waktu. Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan menanggulangi stres. Dengan mengatur waktu sebaik-baiknya, pekerjaan yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan waktu secara efektif dan efisien, misalnya tidak membiarkan waktu berlalu tanpa menghasilkan hal yang bermanfaat
  8. Terapi psikofarmakna. Terapi ini menggunakan obat-obatan dalam mengatasi stres yang dialami melalui pemutusan jaringan antara psiko, neuro, dan imunologi sehinggga stresor psikososial yang dialami tidak mempengaruhi fungsi kognitif efektif atau psikomotor yang dapat mengganggu organ tubuh yang lain. Obat biasanya digunakan adalah obat anticemas dan antidepresi.
  9. Terapi somatik. Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres yang dialami sehingga diharapkan tidak mengganggu sistem tubuh yang lain. Contohnya, jika seseorang mengalami diare akibat stres, maka terapinya adalah mengobati diarenya.
  10. Psikoterapi. Terapi ini menggunakan teknik psiko yang di sesuaikan dengan kebutuhan seseorang. Terapi ini meliputu psikoterapi suportif dan psikoterapi reedukatif. Psikoterapi suportif memberikan motivasi dan dukungan agar pasien memiliki rasa percaya diri, sedangkan psikoterapi reedukatif dilakukan dengan memberikan pendidikan secara berulang, selain itu ada pula psikoterapi rekonstruktif dengan cara memperbaiki kembali kepribadian yang mengalami goncangan dan psikoterapi kognitif dengan memulihkan fungsi kognitif pasien (kemampuan berpikir rasional).
  11. Terapi psikoreligus. Terapi ini menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan psikologis. Terapi ini diperlukan karena dalam mengatasi atau mempertahan kan kehidupan,seseorang harus sehat secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritual.

Manajemen stres yang lain adalah dengan cara meningkatkan strategi koping yang berfokus pada emosi dan strategi koping yang berfokus pada emosi dan strategi koping yang berfokus pada masalah koping yang berfokus pada emosi dilakukan antara lain dengan cara mengatur respons emosional terhadap stres melalui prilaku individu, misalnya meniadakan fakta yang tidak menyenangkan, mengendalikan diri, membuat jarak, penilaian secara positif, menerima tanggung jawab, atau lari dari kenyataan (menghindar ). Sedangkan strategi koping yang berfokus pada masalah dilakukan dengan mempelajari cara atau keterampilan yang dapat menyelesaikan masalah, seperti keterampilan menetapkan dukungan sosial. Teknik lain dalam mengatasi stres adalah relaksasi, meditasi, dan sebagainya. (Hidayat, 2006).

Prinsip Dasar Mengelola Stres
Menurut Nasir, 2011 berikut ini adalah beberapa cara dalam mengelola stres.
  1. Identifikasi penyebab stres.
Penyebab stres bisa situasi,aktivitas,atau orang yang menyebabkan stres.tingkat stres adalah tingkat dimana penyebab stres memengaruhi kita. sangat penting untuk memahami penyebab stres anda.kita tidak dapat mengatur stres kecuali jika kita memahami penyebab stres dan bagaimana penyebab ini memengaruhi psikologi kita dan organisasi.jika ada tanda stres yang familiar dengan terjadi,maka lakukanlah hal-hal berikut ini
  1. Pahami penyebab stres dan kenali mereka sebelum terjadi,hal tersebut merupakan keterampilan yang penting dalam manajemen stres
  2. Pahami tingkat stres,tingkat di mana kita bereaksi terdapat penyebab stres.hal ini menolong kita untuk mengatur respons terhadap stres secara efektif.

  1. Manajemen waktu yang baik
Manajemen waktu adalah kemampuan untuk mengalokasikan waktu dan sumber daya(yang terbatas )demi mencapai tujuan yang hendak kita capai.kemampuan mengatur hal yang disesuaikan dengan skla prioritas akan membuat kita dapat meraih lebih banyak. Tujuan dalam hidup, waktu akan terasa lebih banyak sehingga kehidupan bersosialisasi,hubungan dengan keluarga,bahkan dalam melakukan hobi dapat lebih berkualitas.oleh karena itu, dibutuhkan pengelolaan waktu yang sangat efektif dan efisien.strategi yang dimaksud adalah diperlukan suatu kemampuan guna menetapkan suatu tujuan,kemudian melakukan estimasi terdapat waktu dan sumber daya yang diperlukan,sekaligus menjaga kedisiplinan dan fokus pada tujuan yang hendak dicapai.berikut ini adalah beberapa tips yang dapat digunakan dalam mengelola waktu.
  1. Merencanakan dan melakukan skala prioritas
  2. Jadikan suatu kebiasaan untuk selalu  menyusun daftar pekerjaan(to do list)
  3. Ikuti aturan 80/20,yaitu adanya suatu  estimasi bahwa 80% hasil dari suatu pekerjaan kita akan dicapai dari hanya 20% waktu kita yang fokus
  4. Rencankan waktu untuk melakukan kegiatan yang spesifik dan non-spesifik
  5. Memaksimalkan waktu kerja
  6. Lakukan skala prioritas berdasarkan tingkat kepentingan pekerjaan tersebut
  7. Pemilihan lingkungan yang tepat untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu
  8. pendelegasian
  9. Pembedaan yang jelas antara pekerjaan yang penting dan mendesak
  10. Hindari menunda pekerjaan.


Berikut ini adalah matriks dari manajeman waktu
Kuadran 1 Penting dan mendesak(important and urgent)
Kuadran 2 Penting tapi tidak mendesak (not important but urgent)
Kuadran 3 Penting tapi tidak mendesak (not important but urgent)
Kuadran 4 Tidak penting dan tidak mendesak (not important dan not urgent)

  1. Membuat sebuah perubahan dalam lingkungan dapat mengurangi akibat dari stres.sebagai contoh,jika anda kewalahan dengan setumpuk kertas yang harus ditandatangani,anda dapat mencapai tempat yang sepi untuk bekerja,menata ruang bekerja dengan menggunakan file, dan mendengar musik yang lembut.perubahan ini dapat mengurangi tingkat stres.

  1. Berbagi dan mengungkapkan
Terbuka tentang pikiran dan perasaan dengan diri sendiri dan orang lain adalah teknik yang efektif untuk mengurangi tingkat stres. Terkadang hanya dengan menceritakan situasi dan bagaimana situasi tersebut memengaruhi kita cukup untuk membantu kita memproses cara pandang terhadap situasi tersebut dan membentuk sikap baru dalam menghadapi situasi tersebut

  1. Menyimpan catatan harian pribadi
Dengan menulis pikiran dan perasaan terhadap situasi atau seseorang,dapat menyegarkan emosi kita tentang sesuatu yang signifikan terhadap diri kita,sehingga membantu kita memperoleh cara pandang baru terdapat situasi.

  1. Berbicara dengan orang yang dapat dipercaya
Perkataan”anda dapat menggunakan bantuan orang lain bukan berarti anda bekerja tidak efetif”.carilah cara untuk mengembangkan manajemen stres dan tanggaplah ketika orang lain membutuhkan bantuan.

  1. Visualisasi dan perbandingan mental menjadi teknik yang sangat populer dalam mengurangi stres.misalnya, “banyangkan seperti apa anda 5 tahun yang akan datang” atau “ bayangkan anda lulus sekolah dan mengemudikan sebuah mobil baru” adalah contoh dari visualisasi dan perbanting mental.dengan cara mengkhayalkan diri sendiri dalam sebuah situasi,bagaimana kita memandang perilaku dan penampilan secara ideal,membentuk gambaran mental diri sendiri,dan bagaimana perasaan kita ketika memperoleh/mendapatkan hasil yang telah dirangkai.dengan berpikir positif, kita dapat berperilaku sesuai dengan keinginan kita.

  1. Relaksasi
Banyak orang menemukan bahwa teknik relaksasi berpengaruhi terhadap tingkat stres.berikut ini adalah beberapa contoh.
  1. Hirup napas dalam-dalam,sekali atau lebih secara perlahan.
Sering ketika kita mulai stres kita mengalami napas secara dangkal tanpa Menyadari akibat bernapas dangkal menyulitkan kita untuk berkonsentrasi.dengan menyediakan sedikit waktu dan mengambil napas dalam-dalam,secara otomatis menenangkan tubuh dan pikiran sehingga dapat berkonsentrasi.cobalah teknik ini sebelum presentasi atau selama percakapan yang emosional

  1. Berlatih yoga atau meditasi. yoga adalah bentuk latihan dengan gerakan lemah lembut yang berpengaruh positif terhadap fisik dan pikiran melalui napas yang dalam,peregangan,dan gerakan lembut dalam suasana yang nyaman. Meditasi menyediakan waktu untuk menjernihkan pikiran.biasanya meditasi belajar berkonsentrasi pada saat image atau suara menghilangkan image atau suara yang lain. Berlatih meditasi selama beberapa menit tiap hari dapat mengurangi tingkat stres secara psikologis dan psikis.


DAFTAR PUSTAKA

Anggota IKAPI. 2008. Seri Bodytalk: Yoga untuk Stres, 50 Gerakan Yoga Stres untuk Relaksasi Sepanjang Hari. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Ann Jackman.2003. How to Get Things Done. Penerbit Erlangga. Jakarta
Baradero, Mary, dkk. 2009. Prinsip dan Praktik Keperawatan Perioperatif. Jakarta : EGC
Christian,M. 2005. Jinakkan Stress. Bandung: Nexx Media
Christenser,Paula,J.Kenney,Janet,W.,2009,Proses Keperawatan:Aplikasi model Konseptual,Jakarta:EGC
Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Dalami Ernawati.S.Kp.2009.Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan jiwa.jakarta:TIM
Hartono, LA. 2011. Stres & Stroke. Yogyakarta: Kanisius.
Keliat,B.A.1999.Penatalaksanaan STRESS.Jakarta:EGC
Molloy, Andrea. 2010. Get a Life!. Jakata: Penebar Swadaya Grup.
Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, EGC, 2000
Muttaqin, Arif. 2008.  Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Renold. 2010. Beyond Borders: Communication Modernity & History. STIKOM The London School of Public Relations
Stuart G.W dan Laraia.M.T.(1998).Principle and practice of pschiatric nursing.Edisi 8 St Louis.Mosby year Book


http://health.kompas.com/read/2012/03/01/13264039/Gangguan.Cemas.dan.Keperluan.Obat (diakses pada Tanggal 4 Desember. 14.50 WIB)


Demikianlah Artikel Respon dan Manajemen Stres pada Pasien Gangguan Neurologis Lengkap

Sekianlah artikel Respon dan Manajemen Stres pada Pasien Gangguan Neurologis Lengkap kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Respon dan Manajemen Stres pada Pasien Gangguan Neurologis Lengkap dengan alamat link https://askep-nursing.blogspot.com/2018/04/respon-dan-manajemen-stres-pada-pasien.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar