Kanker Paru-Paru

Kanker Paru-Paru - Hallo sahabat askep, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Kanker Paru-Paru, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Perawat, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Kanker Paru-Paru
link : Kanker Paru-Paru

Baca juga


Kanker Paru-Paru

PENGERTIAN KANKER PARU
Kanker paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price, 1995). Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami proliferasi dalam paru (Underwood, 2000). Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalm jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingkungan, terutama asap rokok.( Suryo, 2010).


GAMBARAN KLINIS KANKER PARU
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut.

Gejala-gejala dapat bersifat :
  1. Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
  2. Hemoptisis
  3. Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas
  4. Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
  5. Aelektasis
  6. Invasi lokal, dengan tanda:
    1. Nyeri dada
    2. Dispnea karena efusi pleura
    3. Invasi ke pericardium terjadi temponade atau aritmia
    4. Sindrom vena cava superior
    5. Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
    6. Suara sesak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
    7. Syndrome Pancoasta karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis servikalis
    8. Gejala penyakit metastasis:
      1. Pada otak, tulang, hati, adrenal
      2. Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis
      3. Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala
        1. Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
        2. Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
        3. Hipertrofi : osteoartropati
        4. Neurologic : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
        5. Neuromiopati
        6. Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia)
        7. Dermatologi : eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh
        8. Renal : syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)
        9. Asimtomatik denagn kelainan radiologis: Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi secara radiologis, Kelainan berupa nodul soliter

FAKTOR RESIKO
  1. Merokok
Kejadian kanker paru-paru adalah sangat terkait dengan merokok, dengan kira-kira 90% dari kanker-kanker paru-paru timbul sebagai akibat dari penggunaan tembakau. Risiko kanker paru-paru meningkat dengan jumlah rokok-rokok yang dihisap melalui waktu; dokter-dokter merujuk risiko ini dalam hal sejarah merokok bungkus tahunan (jumlah dari bungkus-bungkus rokok yang dihisap per hari dikalikan dengan jumlah tahun-tahun penghisapan). Contohnya, seorang yang telah merokok dua bungkus rokok per hari untuk 10 tahun mempunyai suatu sejarah 20 bungkus tahunan. Ketika risiko kanker paru meningkat bahkan dengan suatu sejarah merokok 10 bungkus tahunan, mereka yang dengan sejarah-sejarah 30 bungkus tahunan atau lebih dipertimbangkan mempunyai risiko yang paling besar mengembangkan kanker paru. Diantara merek yang merokok dua bungkus atau lebih rokok per hari, satu dari tujuh akan meninggal karena kanker paru.

Menghisap pipa dan cerutu dapat juga menyebabkan kanker paru, meskipun risikonya tidak setinggi menghisap rokok. Dimana seorang yang merokok satu bungkus rokok per hari mempunyai suatu risiko mengembangkan kanker paru yang 25 kali lebih tinggi daripada seorang yang tidak merokok, perokok-perokok pipa dan cerutu mempunyai suatu risiko kanker paru yang kira-kira 5 kali daripada seseorang yang tidak merokok.

Asap tembakau mengandung lebih dari 4,000 senyawa-senyawa kimia, banyak darinya telah ditunjukkan menyebabkan kanker, atau karsinogen. Dua karsinogenik-karsinogenik utama didalam asap tembakau adalah kimia-kimia yang dikenal sebagai nitrosamines dan polycyclic aromatic hydrocarbons. Risiko mengembangkan kanker paru berkurang setiap tahun seiring dengan penghentian merokok ketika sel-sel normal tumbuh dan menggantikan sel-sel yang rusak didalam paru. Pada mantan-mantan perokok, risiko mengembangkan kanker paru mulai mendekati yang dari seorang bukan perokok kira-kira 15 tahun setelah penghentian merokok.

  1. Merokok Pasif
Serat-serat asbes (asbestos fibers) adalah serat-serat silikat (silicate fibers) yang dapat menetap untuk seumur hidup dalam jaringan paru seiring dengan paparan pada asbes-asbes. Tempat kerja adalah suatu sumber paparan pada serat-serat asbes yang umum, karena asbes-asbes digunakan secara meluas di masa lalu untuk kedua-duanya yaitu sebagai materi-materi isolasi panas dan akustik. Sekarang, penggunaan asbes dibatasi atau dilarang pada banyak negara-negara, termasuk Amerika. Kedua-duanya kanker paru dan mesothelioma (suatu tipe kanker dari pleura atau dari lapisan rongga perut yang disebut peritoneum) dikaitkan dengan paparan pada asbes-asbes. Mehisap rokok secara dramatis meningkatkan kemungkinan mengembangkan suatu kanker paru yang berhubungan dengan asbes pada pekerja-pekerja yang terpapar. Pekerja-pekerja asbes yang tidak merokok mempunyai suatu risiko sebesar lima kali mengembangkan kanker paru daripada bukan perokok, dan pekerja-pekerja asbes yang merokok mempunyai suatu risiko sebesar 50 sampai 90 kali lebih besar daripada bukan perokok.

  1. Radon Gas
Radon gas adalah suatu gas mulia secara kimia dan alami yang adalah suatu pemecahan produk uranium alami (Produk radio aktif). Ia pecah/hancur membentuk produk-produk yang mengemisi suatu tipe radiasi yang mengionisasi. Radon gas adalah suatu penyebab kanker paru yang dikenal, dengan suatu estimasi 12% dari kematian-kematian kanker paru diakibatkan oleh radon gas, atau 15,000 sampai 22,000 kematian-kematian yang berhubungan dengan kanker paru setiap tahun di Amerika, membuat radon penyebab utama kedua dari kanker paru di Amerika. Seperti dengan paparan pada asbes, merokok yang serentak meningkatkan sangat besar risiko kanker paru dengan paparan pada radon. Radon gas dapat bergerak melalui tanah dan masuk kedalam rumah melalui celah-celah diantara fondasi-fondasi, pipa-pipa, saluran-saluran, atau tempat-tempat terbuka lainnya. The U.S. Environmental Protection Agency memperkirakan bahwa satu dari setiap 15 rumah-rumah di Amerika mengandung tingkat-tingkat radon gas yang berbahaya. Radon gas tidak terlihat dan tidak berbau, namun ia dapat terdeteksi dengan kotak-kotak tes yang sederhana.

  1. Kecenderungan Keluarga
Ketika mayoritas dari kanker-kanker paru dikaitkan dengan menghisap tembakau, fakta bahwa tidak semua perokok akhirnya mengembangkan kanker paru menyarankan bahwa faktor-faktor lain, seperti kepekaan genetik individu, mungkin memainkan suatu peran dalam menyebabkan kanker paru. Banyak studi-studi telah menunjukkan bahwa kanker paru kemungkinan terjadi pada saudara-saudara baik yang merokok maupun yang tidak merokok yang telah mempunyai kanker paru daripada populasi umum. Penelitian akhir-akhir ini telah melokalisir suatu daerah pada lengan panjang dari kromosom manusia nomor 6 yang kemungkinan mengandung suatu gen yang memberikan suatu kepekaan yang meningkat mengembangkan kanker paru pada perokok-perokok.

  1. Penyakit-Penyakit Paru
Kehadiran penyakit-penyakit paru tertentu, khususnya chronic obstructive pulmonary disease (COPD), dikaitkan dengan suatu risiko yang meningkat sedikit (empat sampai enam kali risiko dari seorang bukan perokok) untuk mengembangkan kanker paru bahkan setelah efek-efek dari menghisap rokok serentak telah ditiadakan.

  1. Sejarah Kanker Paru sebelumnya
Orang-orang yang selamat dari kanker paru mempunyai suatu risiko yang lebih besar daripada populasi umum mengembangkan suatu kanker paru kedua. Orang-orang yang selamat dari non-small cell lung cancers (NSCLCs, lihat dibawah) mempunyai suatu risiko tambahan dari 1%-2% per tahun mengembangkan suatu kanker paru kedua. Pada orang-orang yang selamat dari small cell lung cancers (SCLCs), risiko mengembangkan kanker-kanker kedua mendekati 6% per tahun.

  1. Polusi Udara
Polusi udara dari kendaraan-kendaraan, industri, dan tempat-tempat pembangkit tenaga (listrik) dapat meningkatkan kemungkinan mengembangkan kanker paru pada individu-individu yang terpapar. Sampai 1% dari kematian-kematian kanker paru disebabkan oleh pernapasan udara yang terpolusi, dan ahli-ahli percaya bahwa paparan yang memanjang (lama) pada udara yang terpolusi sangat tinggi dapat membawa suatu risiko serupa dengan yang dari merokok pasif untuk mengembangkan kanker paru. Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90% kasus kanker paru-paru pada pria dan sekitar 70% pada wanita. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin besar risiko untuk menderita kanker paru-paru. Hanya sebagian kecil kanker paru-paru (sekitar 10%-15% pada pria dan 5% pada wanita) yang disebabkan oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat bekerja. Bekerja dengan asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometil eter, gas mustard dan pancaran oven arang bisa menyebabkan kanker paru-paru, meskipun biasanya hanya terjadi pada pekerja yang juga merokok. Peranan polusi udara sebagai penyebab kanker paru-paru masih belum jelas. Beberapa kasus terjadi karena adanya pemaparan oleh gas radon di rumah tangga. Kadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang yang paru-parunya telah memiliki jaringan parut karena penyakit paru-paru lainnya, seperti tuberkulosis dan fibrosis.

Kanker paru paling banyak ditemukan pada laki-laki dewasa dan perokok. Lebih dari 80% kanker paru berhubungan dengan perokok. Bagaimanapun, tidak semua perokok akhirnya menderita kanker paru. Berhenti dari merokok akan mengurangi dengan sangat berarti risiko seseorang terkena kanker paru. Risiko pada bekas perokok lebih besar daripada orang-orang yang tidak pernah merokok. Faktor lain yang dapat menjadi faktor risiko terutama berkaitan dengan udara yang dihirup.

  1. Kekurangan Vitamin A dan C
Suatu penelitian menunjukkan adanya hubungan erat antara betakaroten dan vitamin A dengan pencegahan dan penyembuhan penyakit jantung koroner dan kanker. Hal ini terkait dengan fungsi betakaroten dari vitamin A sebagai antioksidan yang mampu melawan radikal bebas. Pencegahan kanker. Kemampuan retinoid dalam memengaruhi perkembangan sel epitel dan meningkatkan aktivitas sistem kekebalan, berpengaruh terhadap pencegahan kanker kulit, tenggorokan, paru-paru, payudara, dan kantong kemih. Betakaroten bersama dengan vitamin E dan C telah berperan aktif sebagai antioksidan untuk mencegah berbagai kanker.

Fakta bahwa hasil kerja NIDDK menunjukkan bahwa vitamin C dosis tinggi telah terbukti menjadi toksik (racun) bagi sel kanker, tetapi membiarkan sel itu sendiri tetap normal. Kualitas ini, dengan jelas, sangat dibutuhkan jika kita sedang berusaha memerangi kanker namun menginginkan tubuh yang normal tidak me-ngalami cedera. Frie dan Lawson berdiskusi seberapa tinggi dosis vitamin C dapat meningkatkan produksi hydrogen peroksida, yang diperkirakan merupakan zat utama yang menentukan sifat anti kanker dari vitamin C.

FAKTOR RISIKO KANKER PARU
  1. Laki-laki
  2. Usia lebih dari 40 tahun
  3. Pengguna tembakau (perokok putih, kretek atau cerutu)
  4. Hidup atau kontal erat dengan lingkungan asap tembakau (perokok pasif)
  5. Radon dan asbes
  6. Lingkungan industri tertentu
  7. Zat kimia, seperti arsenik
  8. Beberapa zat kimia organik
  9. Radiasi dari pekerjaan, obat-obatan, lingkungan
  10. Polusi udara
  11. Kekurangan vitamin A dan C
  12. Seseorang yang termasuk golongan risiko tinggi (GRT) jika mempunyai keluhan napas (gangguan respirasi) seperti batuk, sesak napas, nyeri dada, sebaiknya segera meneriksakan diri dan dirujuk ke dokter spesialis paru

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Prosedur diagnostik
Gambaran Klinik
  1. Anamnesis
Gambaran klinik penyakit kanker paru tidak banyak berbeda   dari penyakit paru lainnya, terdiri dari keluhan subyektif dan gejala obyektif. Dari anamnesis akan didapat keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktor–faktor lain yang sering sangat membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama dapat berupa :
  1. Batuk-batuk dengan / tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen)
  2. Batuk darah
  3. Sesak napas
  4. Suara serak
  5. Sakit dada
  6. Sulit / sakit menelan
  7. Benjolan di pangkal leher
  8. Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan  dengan rasa nyeri yang hebat.         
  9. Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau patah tulang kaki.

Gejala dan keluhan yang tidak khas seperti :
  1. Berat badan berkurang
  2. Nafsu makan hilang
  3. Demam hilang timbul
  4. Sindrom paraneoplastik, seperti "Hypertrophic pulmonary osteoartheopathy", trombosis vena perifer  dan neuropatia.
                         
Alur Deteksi Dini Kanker Paru
           

(konsensus Perhimpunan Dokter Paru Indonesia)

  1. Pemeriksaan jasmani 
Pemeriksaan jasmani harus dilakukan secara menyeluruh dan teliti. Hasil yang didapat sangat bergantung pada kelainan saat pemeriksaan dilakukan. Tumor paru ukuran kecil dan terletak di perifer dapat memberikan gambaran normal pada pemeriksaan. Tumor dengan ukuran besar, terlebih bila disertai atelektasis sebagai akibat kompresi bronkus, efusi pleura atau penekanan vena kava akan memberikan hasil yang lebih informatif. Pemeriksaan ini juga dapat memberikan data untuk penentuan stage penyakit, seperti pembesaran KGB atau tumor diluar paru. Metastasis ke organ lain juga dapat dideteksi dengan perabaan hepar, pemeriksaan funduskopi untuk mendeteksi peninggian tekanan intrakranial dan terjadinya fraktur sebagai akibat metastasis ke tulang.

  1. Gambaran radiologis 
Hasil pemeriksaan radiologis adalah salah satu pemeriksaan penunjang yang mutlak dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor primer dan metastasis, serta penentuan stadium penyakit berdasarkan sistem TNM. Pemeriksaan radiologi paru yaitu Foto toraks PA/lateral, bila mungkin CT-scan toraks, bone scan, Bone survey, USG abdomen dan Brain-CT dibutuhkan untuk menentukan letak kelainan, ukuran tumor dan metastasis.

  1. Foto toraks
Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral akan dapat dilihat bila masa tumor dengan ukuran tumor lebih dari 1 cm. Tanda yang mendukung keganasan adalah tepi yang ireguler, disertai identasi pleura, tumor satelit tumor, dll. Pada foto tumor juga dapat ditemukan telah invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi perikar dan metastasis intrapulmoner. Sedangkan keterlibatan KGB untuk menentukan N agak sulit ditentukan dengan foto toraks saja.

Kewaspadaan dokter terhadap kemungkinan kanker paru pada seorang penderita penyakit paru dengan gambaran yang tidak khas untuk keganasan penting diingatkan. Seorang penderita yang tergolong dalam golongan resiko tinggi (GRT) dengan diagnosis penyakit paru, harus disertai difollow-up yang teliti. Pemberian OAT yang tidak menunjukan perbaikan atau bahkan memburuk setelah 1 bulan harus menyingkirkan kemungkinan kanker paru, tetapi lain masalahnya pengobatan pneumonia yang tidak berhasil setelah pemberian antibiotik selama 1 minggu juga harus menimbulkan dugaan kemungkinan tumor dibalik pneumonia tersebut

Bila foto toraks menunjukkan gambaran efusi pleura yang luas harus diikuti dengan pengosongan isi pleura dengan punksi berulang atau pemasangan WSD dan ulangan foto toraks agar bila ada  tumor primer dapat diperlihatkan. Keganasan harus difikirkan bila cairan bersifat  produktif, dan/atau cairan serohemoragik.

  1. CT-Scan toraks  
Tehnik pencitraan ini dapat menentukan kelainan di paru secara lebih baik daripada foto toraks. CT-scan dapat mendeteksi tumor dengan ukuran lebih kecil dari 1 cm secara lebih tepat. Demikian juga tanda-tanda proses keganasan juga tergambar secara lebih baik, bahkan bila terdapat penekanan terhadap bronkus, tumor intra bronkial, atelektasis, efusi pleura yang tidak masif dan telah terjadi invasi ke mediastinum dan dinding dada meski tanpa gejala. Lebih jauh lagi dengan CT-scan, keterlibatan KGB yang sangat berperan untuk menentukan stage juga lebih baik karena pembesaran KGB (N1 s/d N3) dapat dideteksi. Demikian juga ketelitiannya mendeteksi kemungkinan metastasis intrapulmoner.

  1. Pemeriksaan radiologik lain : Kekurangan dari foto toraks dan CT-scan toraks adalah  tidak mampu mendeteksi telah terjadinya metastasis jauh. Untuk itu dibutuhkan pemeriksaan radiologik lain, misalnya Brain-CT untuk mendeteksi metastasis di tulang kepala / jaringan otak, bone scan dan/atau bone survey  dapat mendeteksi metastasis diseluruh jaringan tulang tubuh. USG abdomen dapat melihat ada tidaknya metastasis di hati, kelenjar adrenal dan organ lain dalam rongga perut.

4.Pemeriksaan khusus
  1. Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah pemeriksan dengan tujuan diagnostik sekaligus dapat dihandalkan untuk dapat mengambil jaringan atau bahan agar dapat dipastikan ada tidaknya sel ganas. Pemeriksaan ada tidaknya masa intrabronkus atau perubahan mukosa saluran napas, seperti terlihat kelainan mukosa  tumor misalnya, berbenjol-benjol, hiperemis, atau stinosis infiltratif, mudah berdarah. Tampakan yang abnormal sebaiknya di ikuti dengan tindakan biopsi tumor/dinding bronkus, bilasan, sikatan atau kerokan bronkus.

  1. Biopsi aspirasi jarum
Apabila biopsi tumor intrabronkial tidak dapat dilakukan, misalnya karena amat mudah berdarah, atau apabila mukosa licin berbenjol, maka sebaiknya dilakukan biopsi aspirasi jarum, karena bilasan dan biopsi bronkus saja sering memberikan hasil negatif.

  1. Transbronchial Needle Aspiration (TBNA)
TBNA di karina, atau trakea 1/1 bawah (2 cincin di atas karina) pada posisi jam 1 bila tumor ada dikanan, akan memberikan informasi ganda, yakni didapat bahan untuk sitologi dan informasi metastasis KGB subkarina atau paratrakeal.

  1. Transbronchial Lung Biopsy (TBLB)
Jika lesi kecil dan lokasi agak di perifer serta ada sarana untuk fluoroskopik maka biopsi paru lewat bronkus (TBLB) harus dilakukan.

  1. Biopsi Transtorakal (Transthoraxic Biopsy, TTB)
Jika lesi terletak di perifer dan ukuran lebih dari 2 cm, TTB dengan bantuan flouroscopic angiography. Namun jika lesi lebih kecil dari 2 cm dan terletak di sentral dapat dilakukan TTB dengan tuntunan CT-scan.

  1. Biopsi lain
Biopsi jarum halus dapat dilakukan bila terdapat pembesaran KGB atau teraba masa yang dapat terlihat superfisial. Biopsi KBG harus dilakukan bila teraba pembesaran KGB supraklavikula, leher atau aksila, apalagi bila diagnosis sitologi/histologi tumor primer di paru belum diketahui. Biopsi Daniels dianjurkan bila tidak jelas terlihat pembesaran KGB suparaklavikula dan cara lain tidak menghasilkan informasi tentang jenis sel kanker. Punksi dan biopsi pleura harus dilakukan jika ada efusi pleura.

  1. Torakoskopi medik
Dengan tindakan ini massa tumor di bagaian perifer paru, pleura viseralis, pleura parietal dan mediastinum dapat dilihat dan dibiopsi.

  1. Sitologi sputum
Sitologi sputum adalah tindakan diagnostik yang paling mudah dan murah. Kekurangan pemeriksaan ini terjadi bila tumor ada di perifer, penderita batuk kering dan tehnik pengumpulan dan pengambilan sputum yang tidak memenuhi syarat. Dengan bantuan inhalasi NaCl 3% untuk merangsang pengeluaran sputum dapat ditingkatkan.

Semua bahan yang diambil dengan pemeriksaan tersebut di atas harus dikirim ke laboratorium Patologi Anatomik untuk pemeriksaan sitologi/histologi. Bahan berupa cairan harus dikirim segera tanpa fiksasi, atau dibuat sediaan apus, lalu difiksasi dengan alkohol absolut atau minimal alkohol 90%. Semua bahan jaringan harus difiksasi dalamformalin 4%.

  1. Pemeriksaan invasif lain
Pada kasus kasus yang rumit terkadang tindakan invasif seperti Torakoskopi dan tindakan bedah mediastinoskopi, torakoskopi, torakotomi eksplorasi dan biopsi paru terbuka dibutuhkan agar diagnosis dapat ditegakkan. Tindakan ini merupakan pilihan terakhir bila dari semua cara pemeriksaan yang telah dilakukan, diagnosis histologis / patologis tidak dapat ditegakkan.

Semua tindakan diagnosis untuk kanker paru diarahkan agar dapat ditentukan :
  1. Jenis histologis.
  2. Derajat (staging).
  3. Tampilan (tingkat tampil, "performance status").
 Sehingga jenis pengobatan dapat dipilih sesuai dengan kondisi penderita.

  1. Pemeriksaan lain
    1. Petanda Tumor
Petanda tumor yang telah, seperti CEA, Cyfra21-1, NSE dan lainya tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis tetapi masih digunakan evaluasi hasil pengobatan.

  1. Pemeriksaan biologi molekuler
Pemeriksaan biologi molekuler telah semakin berkembang, cara paling sederhana dapat menilai ekspresi beberapa gen atau produk gen yang terkait dengan kanker paru,seperti protein p53, bcl2, dan lainya. Manfaat utama dari pemeriksaan biologi molekuler adalah menentukan prognosis penyakit.

  1. Jenis histologis
Untuk menentukan jenis histologis, secara lebih rinci dipakai klasifikasi histologis menurut WHO tahun 1999 (Lampiran 1), tetapi untuk kebutuhan klinis cukup jika hanya dapat diketahui :
  1. Karsinoma skuamosa (karsinoma epidermoid)
  2. Karsinoma sel kecil (small cell carcinoma)
  3. Adenokarsinoma (adenocarcinoma)
  4. Karsinoma sel besar (large Cell carcinoma)

 PENATALAKSANAAN
  1. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengangkat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru –paru yang tidak terkena kanker.

  1. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus. Terapi radiasi berfungsi merusak sel kanker dengan menghancurkan materi genetika sel yang mengontrol pertumbuhan dan pembelahan diri sel kanker. Terapi radiasi yang dilakukan pada bagian dada dapat menyebabkan efek samping berupa batuk, napas yang pendek, dan kesulitan menelan.

Hal-hal yang Harus Dipersiapkan

Sebelum menjalani terapi radiasi sinar eksternal, tim medis akan memberikan panduan dalam sebuah proses perencanaan untuk memastikan bahwa radiasi sampai ke lokasi bagian tubuh yang membutuhkannya secara tepat. Umumnya perencanaan meliputi:
  1. Simulasi radiasi. Selama simulasi, tim terapi radiasi akan meminta berbaring dengan posisi yang nyaman. Bantal dan pembatas digunakan untuk memastikan posisi tidak berubah selama terapi. Kemudian bagian tubuh yang akan diterapi akan ditandai.
  2. Rencana pemindaian. Tim terapi radiasi akan melakukan pemindaian dengan alat tomografi terkomputerisasi atau CT-scan untuk menentukan luas bagian tubuh yang memerlukan radiasi.
 
Setelah proses perencanaan, tim radioterapi akan memutuskan jenis radiasi dan dosis yang akan pasien terima berdasarkan jenis dan stadium kanker, kesehatan pasien secara menyeluruh, dan alasan dilakukannya radioterapi. Fokus dan dosis radioterapi yang tepat penting untuk memaksimalisasi efek radiasi dalam menghancurkan sel-sel kanker sekaligus meminimalisasi efek-efek yang dapat merugikan.

  1. Kemoterapi.
Kemoterapi merupakan salah satu jenis pengobatan yang digunakan untuk menghancurkan sel kanker yang berbahaya bagi tubuh. Cara kerjanya adalah dengan menghentikan atau memperlambat pertumbuhan sel kanker yang berkembang dan membelah diri dengan cepat. Tergantung kepada jenis kanker dan sudah sampai di stadium berapa, kemoterapi dapat bermanfaat untuk:

  1. Meringankan gejala. Kemoterapi dapat memperkecil tumor yang mengakibatkan rasa sakit.
  2. Mengendalikan. Kemoterapi dapat mencegah penyebaran, memperlambat pertumbuhan, sekaligus menghancurkan sel kanker yang berkembang ke bagian tubuh yang lain.
  3. Menyembuhkan. Kemoterapi dapat menghancurkan semua sel kanker hingga sempurna dan ini mencegah berkembangnya kanker di dalam tubuh lagi.
 
Hanya saja kemoterapi juga dapat memengaruhi sel sehat yang secara normal membelah diri dengan cepat, misalnya yang berada di sekitar mulut, usus, serta rambut. Kerusakan pada sel sehat itu yang dapat mengakibatkan efek samping. Namun umumnya akan segera menghilang setelah pengobatan kemoterapi selesai.

Kemoterapi terkadang dilakukan sebagai satu-satunya upaya penyembuhan kanker. Namun sering kali kemoterapi dilakukan bersama-sama dengan tindakan operasi, terapi radiasi untuk kanker, atau terapi biologis lain. Umumnya kemoterapi dilakukan pada saat:
  1. Sebelum operasi atau terapi radiasi, agar ukuran tumor menjadi lebih kecil.
  2. Setelah operasi atau terapi radiasi, untuk menghancurkan sel kanker yang tersisa.
  3. Saat dilakukan terapi radiasi dan terapi biologis, untuk memaksimalisasi efeknya.
  4. Mencegah kembalinya pertumbuhan sel kanker atau penyebaran pada bagian tubuh lain.
 
Efek Samping

Kemoterapi merupakan pengobatan kanker yang efektif. Terbukti telah menyelamatkan jutaan jiwa. Namun kemoterapi memiliki efek samping yang tidak kecil. Sulit untuk memprediksi seberapa berat seseorang akan mengalami efek samping dari kemoterapi sebab tiap orang memiliki reaksi yang berbeda terhadap pengobatan tersebut. Efek samping kemoterapi muncul karena obat-obatan tersebut tidak memiliki kemampuan membedakan sel kanker yang berkembang pesat dengan sel sehat yang secara normal juga memiliki perkembangan pesat. Misalnya sel darah, sel kulit, serta sel-sel yang ada di dalam perut sehingga kemoterapi memiliki efek negatif. Berikut adalah gejala efek samping yang bisa terjadi akibat kemoterapi:
  1. Rambut rontok.
  2. Kehilangan nafsu makan.
  3. Sesak napas dan detak jantung tidak biasa akibat anemia.
  4. Mual dan muntah.
  5. Mimisan.
  6. Kulit kering dan terasa perih
  7. Gampang memar.
  8. Gusi berdarah.
  9. Sulit tidur.
  10. Gairah seksual menurun.
  11. Rasa lelah dan lemah sepanjang hari.
  12. Konstipasi atau diare.

Yang penting diketahui, efek samping kemoterapi tersebut akan segera hilang setelah pengobatan selesai. Selain itu, efek kemoterapi tidak akan menimbulkan akibat yang berbahaya bagi kesehatan. Meski pada beberapa kasus, efek samping kemoterapi bisa lebih serius dibandingkan yang lain. Misalnya tingkat sel darah putih yang menurun dengan cepat sehingga dapat meningkatkan risiko infeksi. Sedapat mungkin hindari diri dari orang-orang yang sakit atau terkena infeksi selama kemoterapi.

Perawatan Pasca Kemoterapi
  1. Banyak makan makanan bergizi
Ini adalah hal pertama yang sangat penting karena dengan banyak makan makanan bergizi sama dengan memberi bahan bakar yang cukup untuk perang dengan kanker. Ada berbagai macam efek samping yang akan muncul terutama mual. Kebanyakan obat kemo berefek samping mual, jadi meskipun mual asupan makanan bergizi harus tetap dikonsumsi.

  1. Minum obat pasca kemoterapi
Pada pasca kemoterapi akan diberikan obat untuk menghadapi efek samping. Obat yang biasa diberikan adalah obat mual, diare, susah buang air besar, antibiotik dan anti nyeri. obat-obat tersebut harus dikonsumsi agar masa pasca kemoterapi bisa terlewati dengan nyaman.

  1. Banyak makan makanan yang mengandung antioksidan
Antioksidan berperan penting dalam membunuh sel kanker, antioksidan membantu membunuh radikal bebas yang ada di dalam tubuh jadi semakin banyak antioksidan yang dikonsumsi akan semakin bagus. Perawatan pasca kemoterapi menggunakan berbagai macam antioksidan misalnya green tea (teh hijau), buah-buahan dan sayur-sayuran (sayuran hijau pertanda banyak antioksidan).

  1. Banyak makan buah-buahan
Buah-buahan adalah salah satu sumber antioksidan alami, selain itu buah-buahan juga akan membantu melancarkan buang air besar karena pasca kemoterapi pasien akan susah buang air besar. Jadi dengan banyak makan buah-buahan akan semakin membantu proses pencernaan.

  1. Hindari makanan yang menimbulkan mual
Makanan yang membuat mual harus dijauhi karena efek dari kemoterapi sendiri adalah dapat menimbulkan mual dan ingin muntah, tentu saja perlu dihindari makan makanan yang malah memperparah rasa mual itu. Penting untuk  mengurangi makan makanan bersantan, banyak minyak, gorengan dan makanan pedas.

  1. Istirahat yang cukup
Lelah dan capek itu yang akan dirasakan pasca kemoterapi. Jadi perawatannya sangat sederhana yaitu dengan banyak tidur atau beristirahat. Biasanya karena pengaruh dari obat anti nyeri, pasien akan merasa ngantuk dengan sendirinya. Pasien harus banyak tidur agar kondisi tubuh cepat pulih dan siap untuk kemo berikutnya.

  1. Tenangkan pikiran, kelola stres dengan baik
  2. Bila perlu minum multivitamin untuk meningkatkan pemulihan tubuh

PENCEGAHAN KANKER PARU
  1. Tidak merokok, hindari orang yang merokok, berhenti merokok
  2. Melakukan olahraga
  3. Memperhatikan pola makan, hindari makanan yang bersifat karsinogenik.
    1. Makanan yang dipanggang, atau dibakar
    2. Makanan yang mengandung:
Pemanis buatan. Aspartam adalah pemanis buatan yang umumnya terdapat dalam minuman ringan. Selain terdapat laporan bahwa bahan ini menyebabkan sakit kepala, gangguan mood, tumor otak, serta kejang. Aspartam juga diduga dapat memicu kanker. Namun berbagai penelitian lebih lanjut telah mengonfirmasi bahwa konsumsi bahan ini ternyata tidak meningkatkan risiko kanker. Penelitian pada sakarin juga tidak menemukan hal serupa.

Bahan pengawet. Sodium benzoat adalah bahan pengawet yang umumnya terdapat dalam berbagai produk olahan dan minuman. Seperti bahan pewarna makanan, selain diduga dapat meningkatkan risiko anak mengalami hiperaktif, sodium benzoat dalam minuman ringan dapat bereaksi menjadi benzene jika dipadukan dengan vitamin C. Bahan inilah yang kemudian disebut-sebut dapat memicu kanker. Setelah diteliti ternyata beberapa merek minuman mengandung kadar benzene lebih tinggi dari yang diizinkan.

Sodium nitrit. Ini adalah zat tambahan yang biasanya terdapat pada daging yang diawetkan, seperti daging kalengan atau sosis. Diduga mengonsumsi makanan yang mengandung sodium nitrit berkadar tinggi dapat memicu kanker lambung. Kini bahan ini sudah tidak banyak digunakan karena lemari pendingin membuat orang lebih mudah mengawetkan daging. Tetapi tetap waspada jika kamu mengonsumsi produk daging olahan dan menemukan bahan ini pada label kemasannya.

  1. Makan makanan yang mengandung vitamin A dan C
    1. Makanan yang direkomendasikan yang tinggi dalam vitamin A dan Provitamin A (Beta Karotin) : Mentega (butter), Buah-buahan (kuning seperti mangga mangga matang, pepaya), Kuning telur, Margarine (diperkaya), Sayur-sayuran (daun yang berwarna hijau tua, kuning seperti wortel, labu siam), Minyak ikan.
    2. Makanan yang direkomendasikan yang tinggi dalam vitamin C: Buah dan jus jeruk citrus : terutama buah jeruk dan jeruk, Buah-buahan : terutama jambu kelutuk, pepaya, nanas, arbei, melon, semangka, strawbery, mangga, Jambu Biji, Blackcurrant, Buah Leci, Markisa, Kiwi, lemon, anggur hijau, belimbing, pisang, pir. Umbi-umbian : kentang (dimasak, dengan kulit), ubi jalar (dimasak, dengan kulit), talas. Sayur-sayuran : terutama sayur-sayuran daun yang berwarna hijau, kol, lobak, kubis

PERAWATAN
  1. Lingkungan indoor tetap elegan dan nyaman, tempat tidur kering dan bersih, terutama pada pasien dengan perawatan kanker paru-paru yang dalam kehidupannya tidak bisa mengurus diri sendiri secara berkala harus untuk membantu mereka, dengan air hangat dibersihkan, pencegahan terjadinya luka.
  2. Membuat rencana diet yang wajar. Pasien kanker paru-paru stadium akhir biasanya kekurangan gizi secara umum lebih serius, sehingga diet harus kaya dan beragam, dengan prinsip ringan dan bergizi yang tinggi, memungkinkan pasien untuk makan lebih banyak sayuran dan buah segar, tidak makan makanan pedas dan rasa yang kuat, untuk menjamin pasokan nutrisi sekaligus meningkatkan ketahanan tubuh pasien terhadap penyakit.
  3. Mengamati kondisi mental pasien kanker paru-paru stadium lanjut. Pasien dengan kanker paru-paru stadium lanjut sering mudah menyerah pada diri mereka sendiri, hilangnya keberanian dan kepercayaan diri, dan kami ingin terus mendorong pasien untuk memberikan lebih banyak kenyamanan mental dan psikologis, menghilangkan rasa takut akan kematian, membangun kepercayaan diri untuk mengatasi penyakit pada pasien kanker paru-paru stadium lanjut.
  4. Menganjurkan pasien untuk melakukan kegiatan yang memungkinkan dalam kondisi fisik, sehingga sesegera mungkin untuk pergi ke masyarakat, tetapi harus memperhatikan untuk tidak hiperaktif sehingga mengakibatkan kelelahan, tidak kondusif untuk pemulihan dari penyakit.
  5. Mengamati dari dekat tentang tanda-tanda vital dari pasien kanker paru-paru stadium lanjut. Seperti batuk berdahak, pasien harus didorong untuk mengeluarkannya, jika perlu, dilengkapi dengan perangkat hisap. Saat tidurnya tidak nyenyak, fokus pada kepala ke satu sisi posisi berbaring untuk mencegah sesak napas dahak. Ditemukan pada pasien dengan afasia tiba-tiba, wajahnya berubah, pernapasan berhenti, harus segera melaporkan ke dokter, melakukan penyelamatan darurat.
  6. Tepat waktu meminum obat penghilang rasa sakit. Untuk nyeri pada pasien kanker paru-paru stadium lanjut menyebabkan pasien sakit harus mencoba untuk memenuhi kebutuhan analgesik, jangan takut untuk kecanduan morfin analgesik. Pereda nyeri merupakan metode penting untuk membantu mereka meningkatkan kualitas hidup mereka.
  7. Dahak. Membantu pasien mendorong dahak, mungkin tepat untuk memberikan menembak inhalasi aerosol dan dahak kembali.
  8. Latihan pemulihan pasca-operasi. Pemulihan pascaoperasi berdasarkan kondisi pasien, latihan fungsional untuk mempromosikan ekspansi paru, meningkatkan kondisi paru-paru.
  9. Berhenti merokok. Merokok Jangka panjang dan kejadian kanker paru-paru berkaitan erat. Semakin banyak orang yang merokok dalam jangka waktu yang panjang, semakin besar angka kejadian kanker paru-paru , angka kejadian kanker paru-paru adalah yang tertinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Elizabeth, J. Corwin.2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah; Suatu Pendekatan Proses Holistik. Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan   Padjajaran:    Bandung.
Price,  Sylvia A and Wilson, Lorraine M. 1988. Patofisiologi. Konsep Klinik Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan. Yogyakarta: B First
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 3. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
Underwood, J.C.E. 1999. Patologi Umum dan Sistematik.  Edisi 2. EGC:Jakarta.




Demikianlah Artikel Kanker Paru-Paru

Sekianlah artikel Kanker Paru-Paru kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Kanker Paru-Paru dengan alamat link https://askep-nursing.blogspot.com/2016/11/kanker-paru-paru.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar