Judul : Prosedur Diagnostik (Pap Smear, IVA, Kuret, Aborsi, Biopsi, Kultur)
link : Prosedur Diagnostik (Pap Smear, IVA, Kuret, Aborsi, Biopsi, Kultur)
Prosedur Diagnostik (Pap Smear, IVA, Kuret, Aborsi, Biopsi, Kultur)
“PERSIAPAN PASIEN YANG AKAN DILAKUKAN TINDAKAN PROSEDUR DIAGNOSTIK
(PAP SMEAR, IVA, KURET, ABORSI, BIOPSI DAN KULTUR)”
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti telah kita ketahui kesehatan reproduksi bagi manusia sangatlah penting. Karena dalam hal ini menyangkut masalah penerus generasi atau penerus keturununan. Namun tidak dapat di pungkiri banyak penyebab terjadinya masalah organ reproduksi, seperti penyakit menular seksual (PMS) dan kanker. Diantara banyaknya penyakit kanker organ reproduksi, salah satunya yaitu kanker serviks yang menyebabkan kematian no 2 pada wanita. Menurut World health Organisation (WHO) tahun 2008, memperkirakan 12,4 juta penduduk menderita kanker dan 7,6 juta orang meninggal karena penyakit kanker tersebut.
Namun seiring dengan perkembangan teknologi, ada beberapa masalah organ reproduksi yang dapat di tanggulangi agar tidak sampai terjadinya penyakit menular seksual atau penyakit organ reproduksi lainnya. yaitu dengan melakukan pemeriksaan diagnosa dini.
Beberapa tindakan prosedur diagnosa yang dapat dilakukan, misalnya pap smear, IVA, kuret, aborsi, biopsi dan kultur. Dan tindakan-tindakan tersebut tentunya memiliki persiapan dan prosedur tertentu agar hasil yang diperoleh pun tepat dan akurat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar tindakan-tindakan prosedur diagnostik (pap smear, IVA, kuret, aborsi, biopsi dan kultur)?
2. Bagimana persiapan dan prosedur tindakan diagnostik (pap smear, IVA, kuret, aborsi, biopsi dan kultur)?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar tindakan-tindakan prosedur diagnostik dalam bidang maternitas, seperti pap smear, IVA, kuret, aborsi, biopsi dan kultur.
2. Agar mahasiswa memahami tentang persiapan dan prosedur tindakan diagnostik dalam bidang maternitas, seperti pap smear, IVA, kuret, aborsi, biopsi dan kultur.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Dapat menambah wawasan pembaca mengenai konsep dasar, persiapan maupun prosedur tindakan-tindakan diagnostik dalam bidang maternitas
2. Dapat melaksanakan tindakan-tindakan prosedur diagnostik sebagai upaya meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan wanita
3. Dapat dijadikan sebagai referensi pembelajaran bagi mahasiswa kesehatan khusunya mahasiswa keperawatan
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pap Smear
2.1.1 Pengertian Pap Smear
Pap Test (Pap Smear) adalah pemeriksaan sitologik epitel porsio dan endoservik uteri untuk penentuan adanya perubahan praganas maupun ganas di porsio atau servik uteri.
Sedangkan menurut Hariyono Winarto dalam seminarnya pada tanggal 05-10-2008 tentang Pap Smear Sebagai Upaya Menghindari Kanker Leher Rahim Bagi Wanita Usia Reproduksi, pengertian Pap Test (Pap Smear) adalah suatu pemeriksaan dengan cara mengusap leher rahim (scrapping) untuk mendapatkan sel-sel leher rahim kemudian diperiksa sel-selnya, agar dapat ditahui terjadinya perubahan atau tidak.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pap Smear adalah pemeriksaan usapan pada leher rahim untuk mengetahui adanya perubahan sel-sel yang abnormal yang diperiksa dibawah mikroskop.
2.1.2 Tujuan Pap Smear
1. Menemukan sel abnormal atau sel yang dapat berkembang menjadi kanker termasuk infeksi HPV .
2. Untuk mendeteksi adanya pra-kanker, ini sangat penting ditemukan sebelum seseorang menderita kanker.
3. Mendeteksi kelainan – kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim.
4. Mendeteksi adanya kelainan praganas atau keganasan servik uteri.
2.1.3 Sasaran Pap Smear
Ahli-ahli di Marie Stopes International menganjurkan agar kita melakukan Pap Smear setiap tahun baik wanita yang sudah menikah atau wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual.
American Cancer Society petulisannya :” Cancer Related Health Check Up “ menganjurkan sebagai berikut :
1. Pap test setahun sekali bagi wanita antara umur 40-60 tahun dan juga bagi wanita di bawah 20 tahun yang seksual aktif.
2. Sesudah 2x pap test (-) dengan interval 3 tahun dengan catatan bahwa wanita resiko tinggi harus lebih sering menjalankan pap
The British Medical Association Family Health Encyclopedia menganjurkan bahwa seseorang wanita harus melakukan Pap Smear dalam 6 bulan setelah pertama kali melakukan Pap Smear dalam 6 bulan setelah pertama kali melakukan hubungan seksual, dengan Pap Smear kedua 6-12 bulan setelah Pap Smear pertama dan hasil diberikan adalah normal pada selang waktu 3 tahunan selama masa hidupnya.
2.1.4 Syarat Pengambilan Pap Smear
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan Pap Smear adalah sebagai berikut :
1. Waktu pengambilan minimal 2 minggu setelah menstruasi dimulai dan sebelum menstruasi berikutnya.
2. Berikan informasi sejujurnya kepada petugas kesehatan tentang riwayat kesehatan dan penyakit yang pernah diderita
3. Hubungan intim tidak boleh dilakukan dalam 24 jam sebelum pengambilan bahan pemeriksaan.
4. Pembilasan vagina dengan macam-macam cairan kimia tidak boleh dikerjakan dalam 24 jam sebelumnya.
5. Hindari pemakaian obat-obatan yang dimasukkan ke dalam vagina 48 jam sebelum pemeriksaan.
6. Bila anda sedang minum obat tertentu, informasikan kepada petugas kesehatan, karena ada beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi hasil analisis sel.
2.1.5 Klasifikasi Pap Smear
Klasifikasi menurut Ramli, dkk: 2000, negative: tidak ditemukan sel ganas.
Klasifikasi menurut Papanicolau adalah sebagai berikut :
Klasifikasi menurut Papanicolau adalah sebagai berikut :
1. Kelas I : Hanya ditemukan sel-sel normal.
2. Kelas II : Ditemukan beberapa sel atipik, akan tetapi tidak ada bukti keganasan.
3. Kelas III : Gambaran sitologi mengesankan ,tetapi tidak konklusif keganasan.
4. Kelas IV : Gambaran sitologi yang mencurigakan keganasan.
5. Kelas V : Gambaran sitologi yang menunjukkan keganasan.
2.1.6 Interpretasi Hasil Pap Test
Menurut Papanicolaou, interpretasi hasil pap test, yaitu:
1. Kelas I : Identik dengan normal smear pemeriksaan ulang 1 tahun lagi.
2. Kelas II : Menunjukkan adanya infeksi ringan non spesifik, kadang disertai:
· Kuman atau virus tertentu.
· Sel dengan kariotik ringan.
Pemeriksaan ulang 1 tahun lagi, pengobatan yang sesuai dengan kausalnya
Bila ada erosi atau radang bernanah, pemeriksaan ulang 1 bulan setelah pengobatan.
Bila ada erosi atau radang bernanah, pemeriksaan ulang 1 bulan setelah pengobatan.
3. Kelas III : Ditemukannya sel diaknostik sedang dengan keradangan berat. Periksa ulang 1 bulan sesudah pengobatan
4. Kelas IV : Ditemukannya sel-sel yang mencurigakan ganas dalam hal demikian daapat ditempuh 3 jalan, yaitu:
· Dilakukan biopsi.
· Dilakukan pap test ulang segera, dengan skreping lebih dalam diambil 3 sediaan
· Rujuk untuk biopsi konfirmasi.
5. Kelas V : Ditemukannya sel-sel ganas. Dalam hal ini seperti ditempuh 3 jalan seperti pada hasil kelas IV untuk konfirmasi
2.1.7 Teknik Pengambilan Sediaan
Ø Alat-alat yang diperlukan untuk pengambilan pap test, yaitu :
1. Formulir konsultasi sitologi.
2. Spatula ayre yang dimodifikasi dan cytobrush.
3. Kaca benda yang pada satu sisinya telah diberikan tanda/label.
4. Spekulum cocor bebek (gravels) kering.
5. Tabung berisikan larutan fiksasi alcohol 95 %. (Arif Mansjoer, 2000).
Ø Cara pengambilan sediaan :
1. Sebelum memulai prosedur, pastikan bahwa label wadah specimen diisi, pastikan bahwa preparat diberi label yang menulis tanggal dan nama serta nomor identitas wanita.
2. Gunakan sarung tangan
3. Insersi spekulum dengan ukuran tepat, visualisasi serviks, fiksasi speculum untuk memperoleh pajanan yang diperoleh. Pastikan secara cermat membuang setiap materi yang menghalangi visualisasi serviks/ mengganggu studi sitologi.
4. Salah satu dari 4 metode pengumpulan spesimen berikut untuk apusan pap dapat digunakan :
· Tempatkan bagian panjang ujung spatula kayu yang ujungnya sedikit runcing/ pengerik plastic mengenai dan masuk ke dalam mulut eksterna serviks dan tekan. Ambil spesimen kanalis servikalis dengan memutar spatula satu lingkaran penuh
· Ujung kapas aplikator berujung kapas dilembabkan dengan normal saline, insersi aplikator tersebut ke dalam saluran serviks 2 cm dan putar 3600.
· Insersi alat gosok sepanjang 1-2 cm ke dalam saluran serviks dan putar 900-1800.
· Gunakan kombinasi metode untuk metode memasukkan spatula.
· Sebarkan sel-sel pada preparat yang sudah diberi label. Apabila sel-sel dikumpulkan pada spatula kayu, tempatkan satu sisi diatas dekat label diatas setengah bagian atas preparat dan usap 1 kali sampai ke ujung preparat. Kemudian balikkan spatula dan tempatkan sisi datar lain dekat label pada setengah bagian bawah preparat dan usap satu kali sampai ujung preparat.
· Segera semprot preparat dengan bahan fiksasi/ masukkan bahan tersebut didalam tabung berisi larutan fiksasi
· Bila fasilitas pewarnaan jauh dari tempat praktek sederhana, dapat dimasukkan dalam amplop/pembungkus yang dapat menjamin kaca sediaan tidak pecah. Dengan pengambilan sediaan yang baik, fiksasi dan pewarnaan sediaan baik serta pengamatan mikroskopik yang cermat, merupakan langkah yang memadai dalam menegakkan diagnosis.
2.2 IVA (Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat)
2.2.1 Pengertian IVA
IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin (Sukaca E. Bertiani, 2009)
IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5% (Wijaya Delia, 2010).
Laporan hasil konsultasi WHO menyebutkan bahwa IVA dapat mendeteksi lesi tingkat pra kanker (high-Grade Precanceraus Lesions) dengan sensitivitas sekitar 66-96% dan spesifitas 64-98%. Sedangkan nilai prediksi positif (positive predective value) dan nilai prediksi negatif (negative predective value) masing-masing antara 10-20% dan 92-97% (Wijaya Delia, 2010).
2.2.2 Tujuan Iva
1. Untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan.
2. Untuk mengetahui kelainan yang terjadi pada leher rahim.
2.2.3 Keuntungan Iva
Menurut (Nugroho. 2010:65) keuntungan IVA dibandingkan tes-tes diagnosa lainnya adalah :
a. Mudah,
b. praktis,
c. Dapat dilaksanakan oleh seluruh tenaga kesehatan
d. Alat-alat yang dibutuhkan sederhana
e. Sesuai untuk pusat pelayanan sederhana
Menurut (Emilia. 2010 :53) keuntungan IVA
a. Kinerja tes sama dengan tes lain
b. Memberikan hasil segera sehingga dapat diambil keputusan mengenai penatalaksanaannya
2.2.4 Jadwal Iva
Program Skrining Oleh WHO :
· Skrining pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40 tahun
· Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun
· Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun
· Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita usia 25-60 tahun.
· Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup memiliki dampak yang cukup signifikan.
· Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+) adalah 1 tahun dan, bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun
2.2.5 Syarat Mengikuti Test Iva
a. Sudah pernah melakukan hubungan seksual
b. Tidak sedang datang bulan/haid
c. Tidak sedang hamil
d. 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual
2.2.6 Pelaksanaan Skrining Iva
Persiapan tempat dan alat :
1. Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi.
2. Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi litotomi.
3. Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks
4. Spekulum vagina
5. Asam asetat (3-5%)
6. Swab-lidi berkapas
7. Sarung tangan
2.2.7 Prosedur Pelaksanaan IVA
1. Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan mendapat penjelasan mengenai prosedur yang akan dijalankan.
2. Privasi dan kenyamanan sangat penting dalam pemeriksaan ini.
3. Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi (berbaring dengan dengkul ditekuk dan kaki melebar).
4. Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan dengan bantuan pencahayaan yang cukup.
5. Spekulum (alat pelebar) akan dibasuh dengan air hangat dan dimasukkan ke vagina pasien secara tertutup, lalu dibuka untuk melihat leher rahim.
6. Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, dipakai kapas steril basah untuk menyerapnya.
7. Dengan menggunakan pipet atau kapas, larutan asam asetat 3-5% diteteskan ke leher rahim. Dalam waktu kurang lebih satu menit, reaksinya pada leher rahim sudah dapat dilihat.
8. Bila warna leher rahim berubah menjadi keputih-putihan, kemungkinan positif terdapat kanker. Asam asetat berfungsi menimbulkan dehidrasi sel yang membuat penggumpalan protein, sehingga sel kanker yang berkepadatan protein tinggi berubah warna menjadi putih.
9. Bila tidak didapatkan gambaran epitel putih padadaerah transformasi bearti hasilnya negative.
2.2.8 Kategori IVA
Menurut (Sukaca E. Bertiani, 2009) Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah:
· IVA negatif = menunjukkan leher rahim normal.
· IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya (polip serviks).
· IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau kanker serviks in situ).
· IVA-Kanker serviks = Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA).
2.2.9 Penatalaksanaan IVA
Pemeriksaan IVA dilakukan dengan spekulum melihat langsung leher rahim yang telah dipulas dengan larutan asam asetat 3-5%, jika ada perubahan warna atau tidak muncul plak putih, maka hasil pemeriksaan dinyatakan negative jika leher rahim berubah warna menjadi merah dan timbul plak putih, maka dinyatakan positif lesi atau kelainan pra kanker.
Jika masih tahap lesi, pengobatan cukup mudah, bisa langsung diobati dengan metode Krioterapi atau gas dingin yang menyemprotkan gas CO2 atau N2 ke leher rahim. Sensivitasnya lebih dari 90% dan spesifitasinya sekitar 40% dengan metode diagnosis yang hanya membutuhkan waktu sekitar dua menit tersebut, lesi prakanker bisa dideteksi sejak dini. Dengan demikian, bisa segera ditangani dan tidak berkembang menjadi kanker stadium lanjut. Metode krioterapi adalah membekukan serviks yang terdapat lesi prakanker pada suhu yang amat dingin (dengan gas CO2) sehingga sel-sel pada area tersebut mati dan luruh, dan selanjutnya akan tumbuh sel-sel baru yang sehat
Kalau hasil dari test IVA dideteksi adanya lesi prakanker, yang terlihat dari adanya perubahan dinding leher rahim dari merah muda menjadi putih, artinya perubahan sel akibat infeksi tersebut baru terjadi di sekitar epitel. Itu bisa dimatikan atau dihilangkan dengan dibakar atau dibekukan. Dengan demikian, penyakit kanker yang disebabkan human papillomavirus (HPV) itu tidak jadi berkembang dan merusak organ tubuh yang lain.
2.2.10 Tempat Pelayanan
IVA bisa dilakukan di tempat-tempat pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pemeriksaan dan yang bisa melakukan pemeriksaan IVA diantaranya oleh :
· Perawat terlatih
· Bidan Dokter Umum
· Dokter Spesialis Obgyn.
2.3 Kuret / Kuretase
2.3.1 Pengertian Kuretase
Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok kerokan).
Kuretase adalah serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat pada dinding kavum uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi instrument (sendok kuret) ke dalam kavum uteri.
Kuret adalah tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan dari dalam rahim. Jaringan itu sendiri bisa berupa tumor, selaput rahim, atau janin yang dinyatakan tidak berkembang maupun sudah meninggal. Dengan alasan medis, tidak ada cara lain jaringan semacam itu harus dikeluarkan. (Dr. H. Taufik Jamaan, Sp.OG)
Sebuah kuret adalah alat bedah yang dirancang untuk mengorek jaringan biologis atau puing di sebuah biopsi, eksisi, atau prosedur pembersihan. (Michelson, 1988).
2.3.2 Tujuan Kuretase
Menurut ginekolog dari Morula Fertility Clinic, RS Bunda, Jakarta, tujuan kuret ada dua yaitu:
1. Sebagai terapi pada kasus-kasus abortus. Intinya, kuret ditempuh oleh dokter untuk membersihkan rahim dan dinding rahim dari benda-benda atau jaringan yang tidak diharapkan.
2. Penegakan diagnosis. Semisal mencari tahu gangguan yang terdapat pada rahim, apakah sejenis tumor atau gangguan lain. Meski tujuannya berbeda, tindakan yang dilakukan pada dasarnya sama saja. Begitu juga persiapan yang harus dilakukan pasien sebelum menjalani kuret.
Beberapa kondisi dimana seorang wanita harus menjalani kuretase:
1. Jiwa ibu terancam oleh kehamilan
Ada kalanya kehamilan dapat mengancam jiwa ibu, karena ibu mempunyai kelainan. Seperti kelainan jantung atau paru-paru. Wanita dengan kelainan organ penting berisiko tinggi bila hamil. Misalnya, mengalami kelainan pada paru-paru, untuk berbaring saja sesak apalagi kalau hamil, dimana ada tekanan pada paru-paru risikonya akan makin besar.
2. Perdarahan pascapersalinan
Kehamilan dan kelahiran bisa saja lancar. Namun, ada kalanya terjadi perdarahan hebat pascapersalinan akibat sisa-sisa jaringan yang belum keluar atau terlepas. Pada kondisi ini, tindakan kuretase harus dilakukan untuk membersihkan sisa-sisa jaringan yang masih tertinggal agar perdarahan tidak terus terjadi. Perdarahan pascapersalinan ini bisa langsung terjadi setelah melahirkan, tapi bisa juga satu minggu atau satu bulan kemudian.
3. Ada gangguan haid
Kuretase bisa saja dilakukan pada wanita yang tidak hamil, yang mengalami perdarahan akibat gangguan haid. Gangguan haid seperti itu, seringkali tidak dapat diatasi dengan obat-obatan. Begitupun dengan perdarahan yang terjadi pada wanita usia di atas 40 tahun, yang juga terjadi akibat gangguan haid. Pada kondisi seperti itu, harus dilakukan kuretase, dengan dua tujuan. Pertama, untuk menghentikan perdarahan akibat adanya sisa-sisa jaringan yang masih tertinggal dan kedua untuk mencari kepastian apakah jaringan tersebut ganas atau tidak. Bila mengandung keganasan, akan ditentukan pengobatan selanjutnya sehingga keganasan tersebut segera dapat dihentikan atau diminimalkan.
4. Kehamilan bermasalah
Wanita yang kehamilannya mengalami masalah, seperti hamil anggur, hamil kosong, ataupun janin meninggal dalam kandungan, juga harus diatasi dengan kuretase untuk mengeluarkan sisa-sisa jaringan. Untuk mencegah perdarahan yang bisa saja terjadi.
Tindakan kuretase sebaiknya dilakukan pada trimester pertama atau maksimal janin berusia 12 minggu. Sebab, pada saat itu janin belum begitu besar, dan keamanannya cukup tinggi. Tapi, pada kasus lain, misalnya, janin meninggal dalam kandungan usia 4-5 bulan pun bisa dilakukan meski risikonya lebih tinggi.
Tindakan kuretase memang relatif aman dilakukan saat usia kehamilan baru menginjak trimester pertama. Sebab, pada saat itu risiko terjadinya efek samping sangat kecil.
2.3.3 Indikasi Kuretase
1. Abortus incomplete (keguguran saat usia kehamilan < 20 mg dengan didapatkan sisa-sisa kehamilan, biasanya masih tersisa adanya plasenta). Kuretase dalam hal ini dilakukan untuk menghentikan perdarahan yang terjadi oleh karena keguguran. Mekanisme perdarahan pada kasus keguguran adalah dengan adanya sisa jaringan menyebabkan rahim tidak bisa berkontraksi dengan baik sehingga pebuluh darah pada lapisan dalam rahim tidak dapat tertutup dan menyebabkan perdarahan.
2. Blighted ova (janin tidak ditemukan, yang berkembang hanya plasenta). Dalam kasus ini kuretase harus dilakukan oleh karena plasenta yang tumbuh akan berkembang menjadi suatu keganasan, seperti chorio Ca, penyakit trophoblas ganas pada kehamilan.
3. Dead conseptus (janin mati pada usia kehamilan < 20 mg). Biasanya parameter yang jelas adalah pemeriksaan USG, dimana ditemukan janin tetapi jantung janin tidak berdenyut. Apabila ditemukan pada usia kehamilan 16-20mg, diperlukan obat perangsang persalinan untuk proses pengeluaran janin kemudian baru dilakukan kuretase. Akan tetapi bila ditemukan saat usia kehamilan < 16 mg dapat langsung dilakukan kuretase.
4. Abortus MOLA (tidak ditemukannya janin, yang tumbuh hanya plasenta dengan gambaran bergelembung2 seperti buah anggur, yang disebut HAMIL ANGGUR). Tanda2 hamil anggur adalah tinggi rahim tidak sesuai dengan umur kehamilannya. Rahim lebih cepat membesar dan apabila ada perdarahan ditemukan adanya gelembung2 udara pada darah. Hal ini juga dapat menjadi suatu penyakit keganasan trophoblas pada kehamilan.
5. Menometroraghia (perdarahan yang banyak dan memanjang diantara siklus haid). Tindakan kuretase dilakukan disamping untuk menghentikan perdarahan juga dapat digunakan untuk mencari penyebabnya, oleh karena ganguan hormonal atau adanya tumor rahim (myoma uteri) atau keganasan (Kanker endometrium) setelah hasil kuretase diperiksa secara mikroskopik (Patologi Anatomi jaringan endometrium).
2.3.4 Persiapan Sebelum Kuretase
A. Konseling pra tindakan :
1. Memberi informed consent
2. Menjelaskan pada klien tentang penyakit yang diderita
3. Menerangkan kepada pasien tentang tindakan kuretase yang akan dilakukan:
4. Garis besar prosedur tindakan, tujuan dan manfaat tindakan
5. Memeriksa keadaan umum pasien, bila memungkinkan pasien dipuasakan.
B. Pemeriksaan sebelum curretage
1. USG (ultrasonografi)
2. Mengukur tensi dan Hb darah
3. Memeriksa sistim pernafasan
4. Mengatasi perdarahan
5. Memastikan pasien dalam kondisi sehat dan fit
C. Persiapan tindakan
Ø Persiapan pasien
· Mengosongkan kandung kemih
· Membersihkan genetalia eksterna
· Membantu pasien naik ke meja ginek
· Lakukanlah pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, keadaan jantung, dan paru – paru dan sebagainya.
· Pasanglah infuse cairan sebagai profilaksis
· Pada umumnya diperlukan anestesi infiltrasi local atau umum secara iv dengan ketalar.
· Sebelum masuk ke ruang operasi, terlebih dahulu pasien harus dipersiapkan dari ruangan
· Puasa: saat akan menjalani kuretase, dilakukan puasa 4-6 jam sebelumnya. Tujuannya supaya perut dalam keadaan kosong sehingga kuret bisa dilakukan dengan maksimal.
· Cek adanya perdarahan
Dokter akan melakukan cek darah untuk mengetahui apakah pasien mengalami gangguan perdarahan atau tidak. Jika ada indikasi gangguan perdarahan, kuret akan ditunda sampai masalah perdarahan teratasi. Namun tak menutup kemungkinan kuret segera dilakukan untuk kebaikan pasien. Biasanya akan dibentuk tim dokter sesuai dengan keahlian masing-masing, dokter kandungan, dokter bedah, dokter hematologi, yang saling berkoordinasi. Koordinasi ini akan dilakukan saat pelaksanaan kuret, pascakuret, dan sampai pasien sembuh.
· Mengganti baju pasien dengan baju operasi
· Memakaikan baju operasi kepada pasien dan gelang sebagai identitas
· Pasien dibawa ke ruang operasi yang telah ditentukan
· Mengatur posisi pasien sesuai dengan jenis tindakan yang akan dilakukan, kemudian pasien dibius dengan anesthesi narkose
· Setelah pasien tertidur, segera pasang alat bantu napas dan monitor EKG
· Bebaskan area yang akan dikuret
· Persiapan Psikologis
Setiap ibu memiliki pengalaman berbeda dalam menjalani kuret. Ada yang bilang kuret sangat menyakitkan sehingga ia kapok untuk mengalaminya lagi. Tetapi ada pula yang biasa-biasa saja. Sebenarnya, seperti halnya persalinan normal, sakit tidaknya kuret sangat individual. Sebab, segi psikis sangat berperan dalam menentukan hal ini. Bila ibu sudah ketakutan bahkan syok lebih dulu sebelum kuret, maka munculnya rasa sakit sangat mungkin terjadi. Sebab rasa takut akan menambah kuat rasa sakit. Bila ketakutannya begitu luar biasa, maka obat bius yang diberikan bisa tidak mempan karena secara psikis rasa takutnya sudah bekerja lebih dahulu. Walhasil, dokter akan menambah dosisnya.
Sebaliknya, bila saat akan dilakukan kuret ibu bisa tenang dan bisa mengatasi rasa takut, biasanya rasa sakit bisa teratasi dengan baik. Meskipun obat bius yang diberikan kecil sudah bisa bekerja dengan baik. Untuk itu sebaiknya sebelum menjalani kuret ibu harus mempersiapkan psikisnya dahulu supaya kuret dapat berjalan dengan baik. Persiapan psikis bisa dengan berusaha menenangkan diri untuk mengatasi rasa takut, pahami bahwa kuret adalah jalan yang terbaik untuk mengatasi masalah yang ada. Sangat baik bila ibu meminta bantuan kepada orang terdekat seperti suami, orangtua, sahabat, dan lainnya. Bila diperlukan, gunakan jasa psikolog apabila ibu tak yakin dapat mengatasi masalah ini sendirian.
Ø Persiapan Petugas
1. Mencuci tangan dengan sabun antiseptic
2. Baik dokter maupun perawat instrumen melakukan cuci tangan steril
3. Memakai perlengkapan : baju operasi, masker dan handscoen steril
4. Perawat instrumen memastikan kembali kelengkapan alat-alat yang akan digunakan dalamtindakan kuret
5. Alat disusun di atas meja mayo sesuai dengan urutan
Ø Persiapan Alat dan Obat :
1. Alat tenun, terdiri dari :
• Baju operasi
• Laken
• Doek kecil
• Sarung meja mayo
2. Alat-alat kuretase hendaknya telah tersedia alam bak alat dalam keadaan aseptic berisi :
· Speculum dua buah (Spekullum cocor bebek (1) dan SIMS/L (2) ukuran S/M/L) speculum 2 Buah.
· Sonde (penduga) uterus, berfungsi:
a. Untuk mengukur kedalaman rahim
b. Untuk mengetahui lebarnya lubang vagina
· Cunam muzeus atau Cunam porsio
· Berbagai ukuran busi (dilatator) Hegar
· Bermacam – macam ukuran sendok kerokan (kuret 1 SET)
· Cunam tampon (1 buah)
· Pinset dan klem
· Kain steril, dan sarung tangan dua pasang.
· Menyiapkan alat kuret AVM
· Ranjang ginekologi dengan penopang kaki
· Meja dorong / meja instrument
· Wadah instrumen khusus ( untuk prosedur AVM )
· AVM Kit (tabung, adaptor, dan kanula)
· Tenakulum (1 buah)
· Klem ovum/fenster (2 buah)
· Mangkok logam
· Dilagator/ busi hegar (1 set)
· Lampu sorot
· Kain atas bokong dan penutup perut bawah
· Larutan anti septik (klorheksidin, povidon iodin, lkohol)
· Tensimeter dan stetoskop
· Sarung tangan DTT dan alas kaki
· Set infus
· Abocatt
· Cairan infus
· Wings
· Kateter Karet 1 buah
· Spuit 3 cc dan 5 cc
3. Obat-obatan, terdiri dari:
· Analgetik ( petidin 1-2 mg/Kg BB
· Ketamin HCL 0.5 ml/ Kg BB
· Tramadol 1-2 mg/ BB
· Sedativa ( diazepam 10 mg)
· Atropine sulfas 0.25- 0.50 mg/ml
· Oksigen dan regulator
2.3.5 Perawatan Setelah Kuretase
Perawatan usai kuretase pada umumnya sama dengan operasi-operasi lain. Harus menjaga bekas operasinya dengan baik, tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat, tidak melakukan hubungan intim untuk jangka waktu tertentu sampai keluhannya benar-benar hilang, dan meminum obat secara teratur. Obat yang diberikan biasanya adalah antibiotik dan penghilang rasa sakit. Jika ternyata muncul keluhan, sakit yang terus berkepanjangan atau muncul perdarahan, segeralah memeriksakan diri ke dokter. Mungkin perlu dilakukan tindakan kuret yang kedua karena bisa saja ada sisa jaringan yang tertinggal. Jika keluhan tak muncul, biasanya kuret berjalan dengan baik dan pasien tinggal menunggu kesembuhannya.
Hal-hal yang perlu juga dilakukan, diantaranya :
1. Setelah pasien sudah dirapihkan, maka perawat mengobservasi keadaan pasien dan terus memastikan apakah pasien sudah bernapas spontan atau belum
2. Setelah itu pasien dipindahkan ke recovery room
3. Melakukan observasi keadaan umum pasien hingga kesadaran pulih
4. Pasien diberikan oksigen 2 liter/menit melalui nasal kanule dan tetap observasi keadaan pasien sampai dipindahkan ke ruangan perawatan.
5. Konseling pasca tindakan
6. Melakukan dekontaminasi alat dan bahan bekas operasi
2.3.6 Dampak Setelah Kuretase
1. Perdarahan
Bila saat kuret jaringan tidak diambil dengan bersih, dikhawatirkan terjadi perdarahan. Untuk itu jaringan harus diambil dengan bersih dan tidak boleh tersisa sedikit pun. Bila ada sisa kemudian terjadi perdarahan, maka kuret kedua harus segera dilakukan. Biasanya hal ini terjadi pada kasus jaringan yang sudah membatu. Banyak dokter kesulitan melakukan pembersihan dalam sekali tindakan sehingga ada jaringan yang tersisa. Namun biasanya bila dokter tidak yakin sudah bersih, dia akan memberi tahu kepada si ibu, “Jika terjadi perdarahan maka segera datang lagi ke dokter.”
2. Cerukan di Dinding Rahim
Pengerokan jaringan pun harus tepat sasaran, jangan sampai meninggalkan cerukan di dinding rahim. Jika menyisakan cerukan, dikhawatirkan akan mengganggu kesehatan rahim.
3. Gangguan Haid
Jika pengerokan yang dilakukan sampai menyentuh selaput otot rahim, dikhawatirkan akan mengganggu kelancaran siklus haid.
4. Infeksi
Jika jaringan tersisa di dalam rahim, muncul luka, cerukan, dikhawatirkan bisa memicu terjadinya infeksi. Sebab, kuman senang sekali dengan daerah-daerah yang basah oleh cairan seperti darah.
5. Kanker
Sebenarnya kecil kemungkinan terjadi kanker, hanya sekitar 1%. Namun bila kuret tidak dilakukan dengan baik, ada sisa yang tertinggal kemudian tidak mendapatkan penanganan yang tepat, bisa saja memicu munculnya kanker. Disebut kanker trofoblast atau kanker yang disebabkan oleh sisa plasenta yang ada di dinding rahim.
2.3.7 Efek Samping Dari Tindakan Kuretasi
1. Rahim berlubang
Kuretase memungkinkan terjadinya lubang pada rahim, atau di dunia kedokteran disebut perforasi uterus. Hal itu bisa terjadi karena pada saat hamil, dinding rahim sangat lunak, sehingga berisiko tinggi untuk terjadinya lubang akibat pengerokan sisa-sisa jaringan.
Risiko terjadinya lubang pada rahim semakin besar bila kuretase dilakukam pada ibu yang hamil anggur. Sebab, ada tahapan yang harus dilakukan sebelum sampai pada tindakan keretase. Pada hamil anggur, perut ibu biasanya cukup besar. Usia tiga bulan saja biasanya sudah seperti enam bulan. Karena itu, sebelum kuretase dilakukan, dokter akan mengevakuasi posisi kehamilan menggunakan vacuum lebih dulu, baru mengerok menggunakan sendok tajam untuk mengeluarkan sisa-sisa jaringan.
2. Infeksi
Tindakan kuretase memungkinkan terjadinya infeksi, akibat adanya perlukaan. Tapi, dengan pengobatan yang tepat, infeksi itu biasanya cepat sembuh.
3. Sindrom Asherman
Sindrom Asherman adalah terjadinya perlekatan pada lapisan dinding dalam rahim. Karena lengket, jaringan selaput lendir rahim tidak terbentuk lagi. Akibatnya, pasien tidak mengalami haid. Ini memang bisa terjadi, karena selaput lendir rahim terkikis habis saat tindakan kuretase. Tapi hal itu masih bisa diatasi dengan pemberian obat, sehingga pasien bisa haid kembali.
4. Keluar Vlek
Vlek-vlek darah bisa saja keluar setelah tindakan kuretase dilakukan, sampai satu minggu kemudian. Keluarnya vlek-vlek darah itu sangat wajar. Tapi, bagaimanapun harus tetap dikonsultasikan pada dokter, agar bisa diwaspadai. Sebab, bisa saja keluarnya vlek tersebut karena adanya gangguan pada fungsi pembekuan darah.
5. Mual dan pusing
Mual dan pusing bisa terjadi akibat pembiusan yang dilakukan. Tapi, kalau muntah pada saat pasien sedang tidak sadar diri, hal itu perlu diwaspadai.
6. Nyeri
Rasa nyeri, terutama di perut bagian bawah, bisa timbul setelah tindakan kuretase dilakukan. Untuk menguranginya, dokter biasanya akan memberikan obat-obatan pereda nyeri. Dan biasanya akan cepat hilang.
2.3.8 Teknik Pengeluaran Jaringan
Pengeluaran jaringan yaitu setelah serviks terbuka (primer maupun dengan dilatasi), jaringan konsepsi dapat dikeluarkan secara manual, dilanjutkan dengan kuretase.
1. Sondage, menentukan posisi dan ukuran uterus
2. Masukkan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 90˚ untuk melepaskan jaringan, kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut
3. Sisa abortus dikeluarkan dengan kuret tumpul, gunakan sendok terbesar yang bisa masuk
4. Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua, dengan eksplorasi jari maupun kuret.
2.4 Aborsi
2.4.1 Pengertian Aborsi
Menurut Fact Aboution, Info Kit on Women’s Health oleh Institute for Social, Studies and Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan aborsi didefinisikan sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum usia janin (fetus) mencapai 20 minggu.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, abortus didefinisikan sebagai terjadinya keguguran janin. Melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu).
Aborsi adalah tindakan penghentian kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (sebelum usia 20 minggu kehamilan), bukan semata untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dalam keadaan darurat tapi juga bisa karena sang ibu tidak menghendaki kehamilan itu.
2.4.2 Alasan Melakukan Aborsi
Aborsi dilakukan oleh seorang wanita hamil baik yang telah menikah maupun yang belum menikah dengan berbagai alasan. Akan tetapi alasan yang paling utama adalah alasan – alasan yang non-medis. Beberapa alasan dilakukannya aborsi adalah:
a. Tidak ingin memiliki anak karena khawatir mengganggu karir, sekolah atau
tanggung jawab lain (75%)
tanggung jawab lain (75%)
b. Tidak memiliki cukup uang untuk merawat anak (66%)
c. Tidak ingin memiliki anak tanpa ayah (50%)
d. Gagal ber- KB
e. Tidak memakai kontrasepsi
f. Tidak mampu membeli alat kontrasepsi
g. Anak bungsu masih bayi atau masih menyusui
h. Jumlah anak sudah terlalu banyak
i. Dipaksa pasangan
j. Hubungan suami istri tidak harmonis
k. Ada tindak kekerasan dalam rumah tangga
l. Aib keluarga ( malu, gengsi )
m. Aturan di sekolah
n. Masih terlalu muda.
o. Takut
p. Membahayakan nyawa calon ibu ( 3 % )
q. Janin akan tumbuh dengan cacat tubuh yang serius ( 3 % )
r. Perkosaan atau insect (hubungan intim satu darah) (1 %)
s. Ditipu pacar atau suami
2.4.3 Macam Aborsi
Dalam dunia kedokteran, dikenal ada 3 macam aborsi :
1. Aborsi Spontan (Alamiah)
Berlangsung tanpa tindakan apapun dan biasanya diakibatkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma. Merupakan suatu pengguguran yang disebabkan oleh alam atau trauma kebetulan.
Aborsi Spontan ini masih terdiri dari berbagai macam tahap, yakni:
1. Abortus Iminen. Dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan Threaten Abortion, terancam keguguran (bukan keguguran). Di sini keguguran belum terjadi, tetapi ada tanda-tanda yang menunjukkan ancaman bakal terjadi keguguran.
2. Abortus Inkomplitus. Secara sederhana bisa disebut Aborsi tak lengkap, artinya sudah terjadi pengeluaran buah kehamilan tetapi tidak komplit.
3. Abortus Komplitus. Yang satu ini Aborsi lengkap, yakni pengeluaran buah kehamilan sudah lengkap, sudah seluruhnya keluar.
4. Abortus Insipien. buah kehamilan mati di dalam kandungan-lepas dari tempatnya- tetapi belum dikeluarkan. Hampir serupa dengan itu, ada yang dikenal Missed Abortion, yakni buah kehamilan mati di dalam kandungan tetapi belum ada tanda-tanda dikeluarkan.
2. Aborsi Buatan (Sengaja)
Pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu sebagai akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun di pelaksana aborsi (dokter, bidan atau dukun).
3. Aborsi Terapeutik (Medis)
Pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medis. Contohnya : Seorang ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau mempunyai penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik bagi calon ibu maupun bagi janin yang sedang dikandungnya. Namun semua ini dilakukan atas dasar pertimbangan medis yang akurat.
2.4.4 Teknik Aborsi
Aborsi dapat dilakukan dengan beberapa macam teknik, yaitu :
1. Dilatasi dan kuret ( Dilatation & curettage )
Lubang leher rahim diperbesar, agar rahim dapat dimasuki kuret, yaitu sepotong alat yang tajam. Kemudian janin yang hidup itu dicabik kecil – kecil, dilepaskan dari dinding rahim dan dibuang keluar. Umumnya terjadi banyak pendarahan pada ibu. Lubang rahim tersebut harus diobati dengan baik agar tidak terjadi infeksi.
2. Kuret dengan cara penyedotan ( Sunction )
Pada cara ini leher rahim juga diperbesar, kemudian sebuah tabung dimasukkan ke dalam rahim dan dihubungkan dengan alat penyedot yang kuat, sehingga bayi dalam rahim tercabik – cabik menjadi kepingan – kepingan kecil, lalu disedot masuk ke dalam sebuah botol.
3. Peracunan dengan garam ( Salt Poisoned )
Cara ini dilakukan pada janin berusia lebih dari 16 minggu ( 4 bulan ), ketika sudah cukup banyak cairan yang terkumpul di sekitar bayi dalam kantung anak, sebatang jarum yang panjang dimasukkan melalui perut ibu ke dalam kantung bayi, lalu sejumlah cairan disedot keluar dan larutan garam yang pekat disuntikkan kedalamnya. Bayi yang malang ini menelan garam beracun itu dan ia menendang – nendang seolah – olah dia dibakar hidup – hidup oleh racun tersebut. Dengan cara ini, sang bayi akan mati dalam waktu kira – kira 1 jam, kulitnya benar – benar hangus. Dalam waktu 24 jam kemudian, si ibu akan mengalami sakit dan melahirkan seorang bayi yang sudah mati. ( Sering juga bayi ini lahir dalam keadaan masih hidup, biasanya mereka dibiarkan saja agar mati ).
4. Histerotomi atau bedah Caesar
Terutama dilakukan 3 bulan terakhir dari kehamilan. Rahim dimasuki alat bedah melalui dinding perut. Bayi kecil ini dikeluarkan dan dibiarkan saja agar mati atau kadang – kadang langsung dibunuh.
5. Pengguguran Kimia (Prostaglandin)
Pengguguran cara terbaru ini memakai bahan – bahan kimia yang dikembangkan Upjohn Pharmaceutical Co. Bahan – bahan kimia ini mengakibatkan rahim ibu mengerut, sehingga bayi yang hidup itu mati dan terdorong keluar. Kerutan ini sedemikian kuatnya sehingga ada bayi – bayi yang terpenggal. Sering juga bayi yang keluar itu masih hidup. Efek samping bagi si ibu dapat mengakibatkan kematian karena serangan jantung ketika cairan kimia tersebut disuntikkan.
6. Pil Pembunuh
Pil Roussell- Uclaf (RU- 486), satu campuran obat buatan Perancis tahun 1980. Pengaborsiannya butuh waktu tiga hari dan disertai kejang – kejang berat serta pendarahan yang dapat terus berlangsung sampai 16 hari.
2.4.5 Tindakan Aborsi
Ada 2 macam tindakan aborsi, yaitu:
1. Aborsi dilakukan sendiri .
Aborsi yang dilakukan sendiri misalnya dengan cara memakan obat-obatan yang membahayakan janin, atau dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang dengan sengaja ingin menggugurkan janin.
2. Aborsi dilakukan orang lain .
Orang lain disini bisa seorang dokter, bidan atau dukun beranak. Cara-cara yang digunakan juga beragam. Aborsi yang dilakukan seorang dokter atau bidan pada umumnya dilakukan dalam 5 tahapan, yaitu:
1. Bayi dibunuh dengan cara ditusuk atau diremukkan didalam kandungan
2. Bayi dipotong-potong tubuhnya agar mudah dikeluarkan
3. Potongan bayi dikeluarkan satu persatu dari kandungan
4. Potongan-potongan disusun kembali untuk memastikan lengkap dan tidak tersisa
5. Potongan-potongan bayi kemudian dibuang ke tempat sampah / sungai, dikubur di tanah kosong, atau dibakar di tungku.
Sedangkan seorang dukun beranak biasanya melaksanakan aborsi dengan cara memberi ramuan jamu/obat pada calon ibu dan mengurut/memijat perut calon ibu agar terjadi kontraksi hebat pada rahim, untuk mengeluarkan secara paksa janin dalam kandungannya. Bisa dengan memasukkan pucuk pinang atau batang bambu ke rahim. Hal ini sangat berbahaya, sebab pengurutan belum tentu membuahkan hasil yang diinginkan dan kemungkinan malah membawa cacat bagi janin dan trauma hebat bagi calon ibu.
2.4.6 Resiko Aborsi
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang wanita. Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi, yaitu :
1. Resiko kesehatan dan keselamatan fisik, meliputi:
a. Kematian mendadak karena pendarahan hebat
b. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
c. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekita kandungan
d. Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
e. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya
f. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormone estrogen pada wanita).
g. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
h. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
i. Kanker hati (Liver Cancer)
j. Kelainan pada placenta/ari – ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak dan pendarahan hebat.
k. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy).
l. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
m. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
2. Resiko Kesehatan Mental
Proses aborsi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal – hal seperti berikut ini :
a. Kehilangan harga diri ( 82 % )
b. Berteriak – teriak histeris ( 51 % )
c. Mimpi buruk berkali – kali mengenai bayi ( 63 % )
d. Ingin melakukan bunuh diri ( 28 % )
e. Mulai mencoba menggunakan obat – obat terlarang ( 41 % )
f. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual ( 59 % )
2.5 Biopsi
2.5.1 Pengertian Biopsi
Biopsi adalah pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh manusia untuk pemeriksaan patologis mikroskopik. Dilakukan apabila terdapat benjolan pada bagian tubuh yang tidak diketahui penyebabnya. Banyak kondisi yang dapat didiagnosis dengan biopsi, misalnya peradangan dalam organ dalam seperti hati, ginjal, yang dapat dilihat dari sampel biopsi. Kita dapat mengetahui tingkat keganasan yang terjadi.
2.5.2 Pengertian Biopsi Endometrium
Biopsi endometrium adalah pemeriksaan untuk menilai ciri, bentuk, dan besarnya sel selaput lendir rahim (endometrium). Biopsi endometrium dilakukan dengan mengambil percontoh sel endometrium memakai kuret kecil khusus yang dimasukkan melalui saluran leher rahim (kanalis servikalis) ke dalam rongga rahim.
Gambaran dari sel endometrium tersebut dapat mencerminkan apakah ovulasi sudah terjadi, karena perubahan hormon estrogen dan progesteron secara siklik mempengaruhi tampilan perubahan sel endometrium sesuai dengan fasenya. Selain itu, juga untuk pemeriksaan histologis misalnya untuk biakan terhadap tuberkulosis, pertumbuhan endometrium yang tidak memadai (defek fase luteal), atau pertumbuhan endometrium yang berlebihan (hiperplasia endometrium).
2.5.3 Tujuan Biopsi Endometrium
Suatu biopsi endometrium dilakukan dengan tujuan untuk:
1. Biopsi endometrium dapat dilakukan untuk membantu menentukan penyebab dari beberapa abnormal hasil pap test
2. Menemukan penyebab pendarahan rahim berat, berkepanjangan, atau tidak teratur. Hal ini sering dilakukan untuk mengetahui penyebab perdarahan uterus pada wanita yang telah melalui menopause.
2.5.4 Indikasi Biopsi Endometrium
1. Wanita dengan anovulasi kronis seperti polycystic ovary syndrome akan meningkatkan risiko untuk masalah endometrium dan biopsi endometrium mungkin berguna untuk menilai mereka lapisan khusus untuk menyingkirkan hiperplasia endometrium atau kanker.
2. Pada wanita dengan kelainan pendarahan vagina, biopsi dapat menunjukkan adanya lapisan abnormal seperti hiperplasia endometrium atau kanker
3. Pada pasien dengan dicurigai kanker rahim, biopsi dapat menemukan adanya sel kanker di endometrium atau leher rahim.
4. Pada wanita infertilitas penilaian lapisan dapat menentukan, jika benar waktunya, bahwa pasien ovulasi, Namun, informasi yang sama dapat diperoleh dengan tes darah progesterone level.
2.5.5 Cara Kerja Biopsi Endometrium
· Aturan persiapan untuk pasien:
1. Mikrokuretase biasanya dilakukan pada hari ke 21-22 siklus haid normal.
2. Mikrokuretase dilakukan jika uji kehamilan menunjukkan hasil negatif karena terdapat risiko bahwa tindakan ini dapat meng-gangu kehamilan dini.
3. Pasien tidak dalam keadaan demam tinggi, atau sakit berbahaya di alat kelamin (misal infeksi atau perdarahan vagina).
4. Pasien diharuskan puasa sekurang-kurangnya 6 jam sebelum tindakan.
5. Pasien harus mengosongkan kandung kemih sebelum tindakan.
6. Untuk menghindari kecemasan, biasanya sebelum dilakukan tindakan pasien diberikan obat penenang, dan setelah tindakan diberikan obat pereda nyeri
7. Setelah tindakan dan bilamana telah sadar dari pengaruh obat penenang, pasien boleh pulang dan periksa kembali ke dokter 2 minggu kemudian.
8. Pasien mungkin akan mengalami kram ringan satu jam setelah tindakan (setelah khasiat obat penenang hilang), dan juga mengalami bercak darah (spotting). Perdarahan ringan dan spotting dapat menetap hingga siklus haid berikutnya (sekitar 7 hari lagi).
· Beberapa cara untuk melakukan biopsi endometrium, diantaranya:
1. Perangkat lunak strawlike (pipelle) untuk mengambil contoh kecil dari lapisan di rahim. Metode ini cepat dan tidak menyakitkan.
2. Sebuah alat yang tajam bermata disebut kuret. Dokter akan mengikis sampel kecil dan mengambilnya dengan jarum suntik atau hisap. Ini disebut dilatasi dan kuretase (D & C). A & P dapat dilakukan untuk mengendalikan perdarahan uterus berat (perdarahan) atau untuk membantu menemukan penyebab pendarahan. Hal ini dilakukan dengan anestesi umum atau regional.
3. Suatu alat elektronik hisap (vabra aspirasi). Metode ini menyebabkan tidak nyaman.
4. Sebuah semprotan cair (irigasi jet) untuk mencuci dari beberapa jaringan yang melapisi rahim. Sebuah sikat dapat digunakan untuk menghapus beberapa lapisan sebelum dilakukan pencucian
5. Pasien terletak di meja periksa dalam posisi yang sama dengan yang digunakan untuk mendapatkan Pap smear. Dokter menggunakan spekulum untuk membuka saluran vagina dan memvisualisasikan serviks, pembukaan ke rahim. Selama biopsi endometrium, dokter memasukkan plastik tipis atau perangkat logam berbentuk tabung melalui leher rahim ke dalam rahim untuk menghapus sepotong kecil dari jaringan lapisan dalam.
2.5.6 Efek Samping Biopsi Endometrium
Adapun efek samping dari biopsy endometrium terhadap pasien, yaitu:
1. Resiko utama adalah rasa sakit atau kram, tetapi ini biasanya mereda cepat mengikuti prosedur.
2. Setelah prosedur, beberapa pasien mungkin mengalami pendarahan.
3. Sebuah perforasi rahim atau infeksi komplikasi jarang terjadi.
4. Risiko lainnya kurang umum seperti pingsan atau pusing, infeksi mungkin, perdarahan, dan jarang, perforasi rahim.
2.6 Kultur
2.6.1 Pengertian
Kultur adalah suatu metode penelitian dimana objek ditransfer ke lingkungan buatan dimana mereka dapat terus bertahan dan berfungsi untuk kemudian diteliti. Objek kultur dapat berupa sel, jaringan, ataupun spesimen cairan, misalnya cairan vagina
Cairan vagina normal memiliki ciri-ciri berwarna putih jernih, bila menempel pada pakaian dalam warnanya kuning terang, konsistensi seperti lendir (encer-kental) tergantung siklus hormon, tidak berbau serta tidak menimbulkan keluhan.
Ketika cairan yang keluar dari vagina sudah mengalami perubahan warna (menjadi putih susu, keabuan, hingga kehijauan), berbau, banyak dan disertai keluhan lain (seperti gatal, panas, dll) menunjukkan bahwa telah terjadi keputihan abnormal yang umumnya disebabkan karena infeksi pada saluran reproduksi oleh berbagai kuman, jamur ataupun parasit.
A. Persiapan Alat :
1. Kapas lidi steril
2. Objek gelas
3. Bengkok
4. Sarung tangan
5. Spekulum
6. Kain kassa, kapas sublimat
7. Bengkok
8. Perlak
B. Prosedur Tindakan :
1. Memberitahu dan memberi penjelasan pada klien tentang tindakan yang
2. Akan dilakukan.
3. Mendekatkan alat
4. Memasang sampiran
5. Membuka dan menganjurkan klien untuk menanggalkan pakaian bagian bawah (jaga privacy pasien)
6. Memasang pengalas dibawah bokong pasien
7. Mengatur posisi pasien dengan kaki ditekuk (dorsal recumbent)
8. Mencuci tangan
9. Memakai sarung tangan
10. Membuka labia mayora dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang tidak dominan
11. Mengambil sekret vagina dengan kapas lidi dengan tangan yang dominan sesuai kebutuhan
12. Menghapus sekret vagina pada objek gelas yang disediakan
13. Membuang kapas lidi pada bengkok
14. Memasukkan objek gelas ke dalam piring petri atau ke dalam tabung kimia dan ditutup
15. Memberi label dan mengisi formulir pengiriman spesimen untuk dikirim ke laboratorium
16. Membereskan alat
17. Melepas sarung tangan
18. Mencuci tangan
19. Melakukan dokumentasi tindakan
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berbagai macam tindakan prosedur diagnostik telah banyak dikembangkan dan dilakukan di berbagai belahan dunia untuk mendiagnosa dini dan mengatasi berbagai penyakit maupun masalah organ reproduksi. Diantaranya pap smear, IVA, kuret, aborsi, biopsi dan kultur. Masing-masing tindakan tersebut memiliki konsep dasar, persiapan dan prosedur tertentu yang harus dipahami agar hasil yang diperoleh pun tepat dan sesuai.
3.2 Saran
Seorang tenaga kesehatan terutama perawat diharapkan memahami dan mampu membantu bahkan melakukan persiapan dan tindakan prosedur diagnostik, seperti pap smear, IVA, kuret, aborsi, biopsi dan kultur dalam asuhan keperawatannya kepada klien terkait masalah reproduksi, termasuk pula mampu memberikan edukasi atau informasi kepada klien, apabila klien tersebut mengalami suatu masalah terhadap organ reproduksinya. Dan harus mengetahui perkembangan teknologi dalam dunia keperawatan maupun kandungan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan klien khusunya.
DAFTR PUSTAKA
PAP SMEAR :
Andrijono, (2008) Semua 20% Perempuan Beresiko Kanker Serviks. http://www.Medicastore.com. Diambil 10 Juni 2008,.
Andrijono.( 2008 ). Cegah Kanker Serviks Dari Sekarang. Diambil 07 Desember 2008. http:// www. MajalahKonstan.com.
Divi. (2007). Kanker Leher Rahim Bisa Dicegah. http://www.Seksfilewordpress.com Diambil 27 Mei 2007, http ://.
Mansjoer, Arif M. 2000, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3, Jakarta : Media Aesculapius.
Manuaba , I.B.G. 1999, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Jakarta : EGC.
IVA :
Alimul Aziz. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: PT Rineka Cipta
Azwar. 2007. Perilaku dan Sikap Manusia. Bandung : ALFABETA
Azwar. 2009. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC
Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Sukaca E. Bertiani. 2009. Cara Cerdas Menghadapi Kanker Servik (Leher Rahim). Yogyakarta: Genius Printika
KURETASE :
Mainak LR. Therapeutic Gynecologic Procedures. In: Cherney AH, Pernoll ML ed.
Current Obstetrics&Gynecologic Diagnosis and Tretment. 8th edition. Appleton & Lange, 1994: p 884-905.
Bernstein, P, Strategies to Reduce the Incidence of Cesarean Delivery, XVI World Conggress of the International Federation of Gynecology and Obstetric, 2000
Cunningham, MacDonald, Grant: Operative Obstetric, cesarean Delivery and Postpartum Hysterectomi. William Obstetric 21th ed, 2001, 537-60
Division of Maternal Fetal Medicine & Prenatal Diagnosis Risk of Uterine Rupture during Labor among Women with a Prior Cesarean Delivery
ABORSI :
Apuranto, H dan Hoediyanto. 2006. Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal. Surabaya: Bag. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran UNAIR
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Dewi, Made Heny Urmila. 1997. Aborsi Pro dan Kontra di Kalangan Petugas Kesehatan. Jogjakarta: Pusat Penelitian Kependudukan UGM
BIOPSI :
Makalah Kesehatan Reproduksi Remaja “Biopsi Endometrium/Mikrokuretase”.
(http://luphi-luck.blogspot.com/2012/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html). (Diakses pada 5 Desember 2014 pukul 10.00 WIB.
Prof. Dr. Mukawi, Tanwir Y. 1989. Teknik Pengelolaan Sediaan Histopatologi dan Sitologi. Bandung : FKUI.
KULTUR :
Bobak, K. Jensen. 2005. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Siti saidah. Cairan pervaginam dan secret. (http://chachaydach.blogspot.com/2012/09/cairan-pervaginam-dan-secret.html). Diposkan pada Senin, 10 september 2012.
Demikianlah Artikel Prosedur Diagnostik (Pap Smear, IVA, Kuret, Aborsi, Biopsi, Kultur)
Sekianlah artikel Prosedur Diagnostik (Pap Smear, IVA, Kuret, Aborsi, Biopsi, Kultur) kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Prosedur Diagnostik (Pap Smear, IVA, Kuret, Aborsi, Biopsi, Kultur) dengan alamat link https://askep-nursing.blogspot.com/2015/12/prosedur-diagnostik-pap-smear-iva-kuret.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar