Askep Pneumonia

Askep Pneumonia - Hallo sahabat askep, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Askep Pneumonia, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Askep Pneumonia
link : Askep Pneumonia

Baca juga


Askep Pneumonia




LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PNEUMONIA
DI RUANG 11 PERINATOLOGI
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
                                                                          
                                                                          

OLEH :
ARTIKA WULANDARI
1301200018








KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
PRODI DIII KEPERAWATAN LAWANG
TAHUN 2015


LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PNEUMONIA


A.     Definisi
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISPB) dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi subtansi asing berupa radang paru-paru yang disertai eksudat dan konsulidasi (Amin HN, 2013).
Salah satu definisi klasik menyatakan bahwa pneumonia adalah penyakit respiratorik yang ditandai dengan batuk, sesak nafas, demam, ronki basah halus, dengan gambaran infiltrate pada foto polos dada (pechere JC, 1995)

B.     Etiologi
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri)dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain misalnya bahan kimia ( hidrokarbon, lipoid substances)/ benda asing yang teraspirasi.
  1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan  streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
  1. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
  1. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
  1. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)
Pada masa neonates Sterptococcus grup B dan listeriae monocytogenes merupakan penyebab pneumonia paling banyak ( Mclntosh K, 2002)
C.     Tanda dan gejala
1.      Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengkur
c. Takipnea
2.      Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
a. Mengecil, kemudian menjadi hilang
b. Krekels, ronki, egofoni
3.      Gerakan dada tidak simetris
4.      Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
5.      Diafoesis
6.      Anoreksia
7.      Malaise
8.      Batuk kental, produktif
9.      Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat
10.  Gelisah
11.  Sianosis
12.  Area sirkumoral
13.  Dasar kuku kebiruan
14.  Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

D.     Patofosiologi
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman. Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masuk ke saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai berikut: Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan  kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. (Soeparman, 1991)

 




E.     Clinical Nursing Pathway
 
 





















Komplikasi
1.      Hipotensi dan syok
2.      Gagal pernapasan
3.      Atelektasis
4.      Efusi pleura
5.      Delirium
6.      Superinfeksi
F.   Pemeriksaan Penunjang
1.      Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses luas/infiltrat, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia mikoplasma sinar x dada mungkin bersih.
2.      GDA: tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
3.      Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.
4.      JDL: leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
5.      Pemeriksaan serologi      : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
6.      LED        : meningkat
7.      Pemeriksaan fungsi paru : volume ungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun, hipoksemia.
8.      Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
9.      Bilirubin : mungkin meningkat
10.       Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka : menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatansitoplasmik(CMV) (Doenges, 1999)
G.    Penatalaksanaan
1.      Kemoterapi
Pemberian kemoterapi harus berdasarkan pentunjuk penemuan kuman penyebab infeksi (hasil kultur spatum dan tes sensitivitas kuman terhadap antibodi). Bila penyakitnya ringan antibiotik diberikan secara oral, sedangkan bila berat diberikan secara parenteral. Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal akibat proses penuaan, maka harus diingat kemungkinan penggunaan antibiotik tertentu perlu penyesuaian dosis (Harasawa, 1989).
2.      Pengobatan Umum
3.      Terapi Oksigen
4.      Hidrasi
Bila ringan hidrasi oral, tetapi jika berat dehidrasi dilakukan secara parenteral
5.      Fisioterapi
Pendrita perlu tirah baring dan posisi penderita perlu diubah-ubah untuk menghindari pneumonia hipografik, kelemahan dan dekubitus.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.     Pengkajian
1.      Aktivitas / istirahat
Gejala  : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda  : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
2.      Sirkulasi
Gejala  : riwayat gagal jantung kronis
Tanda  : takikardi, penampilan keperanan atau pucat
3.      Integritas Ego
Gejala  : banyak stressor, masalah finansial
4.      Makanan / Cairan
Gejala  : kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM
Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan malnutrusi
5.      Neurosensori
Gejala  : sakit kepala dengan frontal
Tanda  : perubahan mental
6.      Nyeri / Kenyamanan
Gejala  : sakit kepala nyeri dada meningkat dan batuk myalgia, atralgia
7.      Pernafasan
Gejala  : riwayat PPOM, takipnea, dispnea, pernafasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal
Tanda  : sputum ; merah muda, berkarat atau purulen
Perkusi ; pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi  pleural
Bunyi nafas  : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas Bronkial
Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi
Warna  : pucat atau sianosis bibir / kuku
8.      Keamanan
Gejala  : riwayat gangguan sistem imun, demam
Tanda  : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin pada kasus rubeda / varisela
9.      Penyuluhan
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis



  1. Diagnosa Keperawatan
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Inflamasi trakeobronkial, pembentukan oedema, peningkatan produksi sputum, nyeri pleuriti, penurunan energi, kelemahan. Kemungkinan dibuktikan dengan :
·        Perubahan frekuensi kedalaman pernafasan
·        Bunyi nafas tak normal, penggunaan otot aksesori
·        Dispnea, sianosis
·        Bentuk efektif / tidak efektif dengan / tanpa produksi sputum
2.      Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar – kapiler (efek inflamasi), gangguan kapasitas oksigen darah. Kemungkinan dibuktikan oleh :
·         Dispnea, sianosis
·         Takikandi
·         Gelisah / perubahan mental
·         Hipoksia
3.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi, penurunan complience paru dan nyeri. Kemungkinan dibuktikan oleh :
·         Dispnea, takipnea
·         Penggunaan otot aksesori
·         Perubahan kedalaman nafas
·         GDcA abnormal
4.      Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi. Kemungkinan dibuktukan oleh :
·         Demam, penampilan kemerahan
·         Menggigil, takikandi
5.      Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan utama, tidak adekuat pertahanan sekunder (adanya infeksi, penekanan imun). Kemungkinan dibuktikan oleh : tidak dapat diterapkan tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual
6.      Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan, kelelahan. Kemungkinan dibuktikan dengan :
·         Laporan verbal kelemahan, kelelahan dan keletihan
·         Dispnea, takipnea
·         Takikandi
·         Pucat / sianosis
7.      Gangguan nyaman (nyeri) berhubungan dengan Inflamasi parenkim paru, reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin, batuk menetap
Kemungkinan dibuktikan dengan :
·        Nyeri dada
·        Sakit kepala, nyeri sendi
·        Melindungi area yang sakit
·        Perilaku distraksi, gelisah
8.      Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia distensi abdomen
9.      Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringan banyak, hiperventilasi, muntah)
10.       Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan tindakanberhubungan dengan kurang terpajan informasi, kurang mengingat, kesalahan interpretasi
Kemungkinan dibuktikan oleh :
·        Permintaan informasi
·        Pernyataan kesalahan konsep
·        Kesalahan mengulang
C.     Intervensi Keperawatan
1.      Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Inflamasi trakeobronkial, pembentukan oedema, peningkatan produksi sputum, nyeri pleuriti, penurunan energi, kelemahan
a.       Tujuan
Kebersihan napas kembali efektif
b.      Kriteria Hasil :
·         Menunjukkan perilaku mencapai kebersihan jalan nafas
·         Menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tak ada dispnea atau sianosis
INTERVENSI
RASIONAL
Ø Mandiri
1.      Kaji frekuensi / kedalaman pernafasan dan gerakan dada
2.      Auskultasi paru catat area penurunan / tak ada aliran udara dan bunyi nafas tambahan (krakles, mengi)
3.      Penghisapan sesuai indikasi
Ø Berikan cairan sesuai kebutuhan
Ø Kolaborasi
4.      Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik,ekspetoran,bronkodilator, analgesik




1.      Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan.
2.      Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
3.      Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas suara mekanik pada faktor yang tidak mampu melakukan karena batuk efektif atau penurunan tingkat kesadaran.
4.      Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan secret.
5.      Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret, analgetik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk/menekan pernafasan

2.      Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar – kapiler (efek inflamasi), gangguan kapasitas oksigen darah
c.       Tujuan
Tidak terjadi gangguan pertukaran gas
d.      Kriteria Hasil :
·         Menunjukkan perbaikan ventilasi dan tak ada gejala distress pernafasan
·         Tidak terjadi sesak
·         Tidak terjadi hipoksia
INTERVENSI
RASIONAL
Ø Mandiri
1.      Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas
2.      Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku
3.      Kaji status mental
Ø  Kolaborasi
4.      Berikan terapi oksigen dengan benar


1.   Manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
2.   sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi respon tubuh terhadap demam/menggigil namun sianosis pada daun telinga, membran mukosa dan kulit sekitar mulut menunjukkan hipoksemia sistemik.
3.   gelisah mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat menunjukkan hipoksia atau penurunan oksigen serebral.
4.   mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. O2 diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pernapasan.

3.      Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan utama, tidak adekuat pertahanan sekunder (adanya infeksi, penekanan imun).
a.       Tujuan
Tidak terjadi penyebaran infeksi
b.      Kriteria Hasil :
·        Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi
·        Mengidentifikasikan intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi
INTERVENSI
RASIONAL
Ø  Mandiri
1.Pantau TTV
2.Dorong teknik mencuci tangan dengan baik
3.Batasi pengunjung sesuai indikasi
Ø  Kolaborasi
4.      Berikan antimikrobal sesuai indikasi
5.      Tekankan perlunya melanjutkan terapi antibiotik selama periode yang dianjurkan.


1. Selama awal periode ini, potensial untuk fatal dapat terjadi.
2. Efektif menurunkanpenyebaran/perubahan infeksi
3. Menurunkan penularan terhadap patogen infeksi lain
4. Obat digunakan untuk membunuh kebanyakan microbial pulmonia.



DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata : EGC.
Nurarif & kusuma (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Edisi Revisi jilid 2, Yokyakarta : Media Action Publishing.
Reevers, Charlene J, et all (2000). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba Medica.
Smeltzer SC, Bare B.G (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I, Jakarta : EGC
Suyono, (2000). Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Balai Penerbit FKU
Retno asih S, Landia S, Makmuri MS (2006). Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak XXXVI Kapita Selekta Ilmu Kesehatan Anak VI Pneomonia, Surabaya OpenUrika Creative Multimedia and Presentasions Division





















Demikianlah Artikel Askep Pneumonia

Sekianlah artikel Askep Pneumonia kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Askep Pneumonia dengan alamat link https://askep-nursing.blogspot.com/2015/11/askep-pneumonia.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar