Judul : Askep Diabetes Melitus pada Ibu Hamil
link : Askep Diabetes Melitus pada Ibu Hamil
Askep Diabetes Melitus pada Ibu Hamil
ASUHAN KEPERAWATAN
DIABETES MELITUS PADA IBU HAMIL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes merupakan salah satu gangguan kesehatan dengan jumlah penderita yang cukup besar didalam populasi penduduk dunia. Diabetes merupakan suatu bentuk kelainan atau gangguan metabolisme tubuh, dimana tubuh penderita diabetes mengalami gangguan mengolah karbohidrat dikarenakan kurangnya hormon insulin atau mengalami kekurangan transporter glukosa. Adapun penanganan diabetes melitus pada ibu hamil memerlukan perhatian yang serius karena menyangkut 2 nyawa yaitu : nyawa sang ibu serta janin yang tengah dikandung. Ibu hamil memiliki resiko mengalami diabetes gestational yang biasanya diakibatkan karena obesitas dan hipertensi.
Semua ibu hamil pada suatu waktu dalam masa kehamilannya akan menjalani pemeriksaan untuk men-screeningdiabetes gestasional. terutama pada ibu hamil yang usianya diatas 35 tahun, berat badan berlebih, atau yang memiliki riwayat diabetes dalam keluarga dapat menjalani pemeriksaan ini lebih awal dan lebih sering. Ibu hamil yang sebelum masa kehamilan tidak menderita diabetes melitus juga berisiko untuk menderita diabetes melitus gestasional pada masa kehamilan.
Mengalami gangguan diabetes disaat hamil dapat mengakibatkan dampak buruk bagi sang ibu dan juga janin yang tengah dikandungnya. Melakukan pemeriksaan teratur guna mengecek kondisi gula darah merupakan tindakan yang sangat dianjurkan dan juga teratur mengunjungi dokter guna menjalani konsultasi medis. Adapun penangan diabetes melitus pada ibu hamil sebagai usaha menjaga kestabilan kondisi tubuh seperti melakukan pengaturan pola makan guna mengurangi resiko terjadinya hipoglikemia.
Sekitar 2-5% ibu hamil dapat mengalami diabetes gestasional dengan peningkatan hingga 7-9% pada populasi dengan ibu yang memiliki faktor risiko. Biasanya pemeriksaaan untuk screening penyakit ini dilakukan pada masa antara kehamilan minggu ke-24 dan ke-28 karena pada saat ini plasenta memproduksi hormon dalam yang dapat mengakibatkan resistensi insulin dalam jumlah banyak. Jika hasil pemeriksaan didapatkan kadar yang meningkat, pemeriksaan selanjutnya perlu dilakukan untuk konfirmasi diagnosis diabetes gestasional.
1.2 Rumusan Masalah
1.Apa itu kehamilan?
2. Apa itu penyakit Diabetes Mellitus (DM)?
3. Apa kaitan Diabetes Mellitus (DM) dengan Ibu Hamil?
4. Bagaimana Asuhan Keperawatan ibu hamil dengan penyakit Diabetes Mellitus?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengertian dari kehamilan, Diabetes Mellitus (DM) serta kaitan Diabetes Mellitus (DM) dengan ibu hamil
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami asuhan keperawatan ibu hamil dengan penyakit Diabetes Mellitus (DM)
1.3.2 Tujuan Khusus
Mampu menerapkan asuhankeperawatan ibu hamil dengan penyakit Diabetes Mellitussebagai upaya meningkatkan kualitas kesehatan.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kehamilan
2. Mengetahui apa yang dimaksud Diabetes Mellitus (DM)
3. Dapat menjelaskan kaitan Diabetes Mellitus (DM) dengan Ibu Hamil
4. Mampu menerapakan asuhan keperawatan ibu hamil dengan penyakit Diabetes Mellitus sebagai upaya meningkatkan kualitas kesehatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 KONSEP DASAR
2.1.1 Definisi
Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di hitung dari hari pertama haid terakhir (syaifuddin, 2006).
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi yang berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba,2008).
Kehamilan merupakan proses yang diawali dengan adanya pembuahan (konsepsi), masa pembentukan bayi dalam rahim, dan diakhiri oleh lahirnya sang bayi (Monika,2009).
Jadi, kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin yang diawali dengan adanya pembuahan dan diakhiri oleh lahirnya sang bayi di hitung dari hari pertama haid terakhir.
Diabetes melitus merupakan kelainan herediter dengan ciri influensi atau absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi, dan berkurangnya glikogenesis (Wahyu Purwaningsih, 2010).
Mengalami gangguan diabetes disaat hamil dapat mengakibatkan dampak buruk bagi sang ibu dan juga janin yang tengah dikandungnya.
2.1.2 Etiologi
Penyakit diabetes melitus yang terjadi selama kehamilan disebabkan karena kurangnya jumlah insulin yang dihasilkan oleh tubuh yang dibutuhkan untuk membawa glukosa melewati membran sel.
2.1.3 Patofisiologi
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemasukan makanan bagi janin serta persiapan menyusui. Glukosa dapat difusi secara tetap melalui plasenta pada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai kadar dalam darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar dalam janin. Pengendalian yang utama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormon lain yaitu estrogen, steroid, plasenta laktogen. Akibat lambatnya reabsorbsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat mencapai 3 kali dari keadaan normal yang disebut: tekanan diabetogenik dalam kehamilan. Secara fisiologis telah terjadi retensi insulin yaitu bila ditambah dengan estrogen eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemia. Yang menjadi masalah bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin sehingga relatif hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia / diabetes kehamilan. Retensi insulin juga disebabkan oleh adanya hormon estrogen, progesteron, kortisol, prolaktin dan plasenta laktogen yang mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga mengurangi fungsi insulin. keadaan yang disebut hiperglikemia, sehingga dapat menyembuhkan kondisi kompensasi tubuh seperti meningkatkan rasa haus (polidipsi) mengekskresikan cairan (poliuri), mudah lapar (polifagi)
2.1.4 Klasifikasi Diabetes Melitus
Tipe diabetes mellitus dapat dibedakan menjadi:
1. DM Tipe 1 (IDDM) Insulin dependent diabetes mellitus atau tergantung insulin (T1) yaitu kasus yang memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah.
2. DM Tipe 11 (NIDDM) Non insulin dependent diabetes mellitus atau tidak tergantung insulin (TT1) yaitu kasus yang tidak memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah
3. Diabetes mellitus gestasional (DMG) atau diabetes laten yaitu diabetes yang hanya timbul dalam kehamilan. Pengobatan tidak memerlukan insulin cukup dengan diit saja.
Ada beberapa macam klasifikasi berdasarkan kelas, salah satunya menurut White (1965)
1. Kelas A. Diabetes kimiawi disebut juga diabetes laten/subklinus atau diabetes kehamilan dengan kadar gula darah normal setelah makan, tetapi terjadi meningkatkan kadar glukosa 1 atau 2 jam. Ibu tidak memerlukan insulin, cukup dioabati dengan perawatan diet.
2. Kelas B. Diabetes dewasa, terjadi setelah usia 19 tahun dan berlangsung selama 10 tahun, tidak disertai kelainan pembuluh darah.
3. Kelas C. Diabetes yang diderita pada usia 10-19 tahun dan berlangsung selama 10-19 tahun dengan tidak disertai penyakit vascular.
4. Kelas D. Diabetes yang sudah lebih dari 20 tahun, tetapi diderita sebelum usia 10 tahun disertai dengan kelainan pembuluh darah.
5. Kelas E. Diabetes yang disertai pengapuran pada pembuluh darah panggul termasuk arteri uterus.
6. Kelas F. Diabetes dengan nefropati, termasuk glomerulonefritis dan pielonefritis.
2.1.5 Faktor Risiko
Faktor risiko ibu hamil dengan diabetes melitus adalah :
1. Riwayat keluarga dengan diabetes melitus
2. Glukosuria dua kali berturut-turut
3. Obesitas
4. Keguguran kehamilan yang tidak bisa dijelaskan (abortus spontan)
5. Adanya hidramnion
6. Kelahiran anak sebelumnya besar
7. Umur mulai tua
8. Herediter
2.1.6 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinis patogenesis Diabetes Melitus menurut Mansjoer, (2000), yaitu sebagai berikut :
1. Polifagia.
2. Poliuria
3. Polidipsi
4. Lemas
5. BB menurun
6. Kesemutan
7. Gatal.
8. Mata kabur
9. Pruritus vulva.
10. Ketonemia
11. Glikosuria
12. Gula darah 2 jam pp > 200 mg/dl.
13. Gula darah sewaktu > 200 mg/dl
14. Gula darah puasa > 126 mg/dl.
Kemungkinan atau dugaan penyakit makin tinggi terjadi pada:
1. Umur penderita makin tua.
2. Pada multiparitas
3. Penderita gemuk.
4. Kelainan anak lebih besar dari 4000gr.
5. Riwayat kehamilan yang mengalami sering meninggal dalam rahim, sering mengalami lahir mati, sering mengalami keguguran.
6. Bersifat keturunan.
7. Pada pemeriksaan terdapat gula dalam urin.
Kejadian penyakit gula dalam kehamilan sering memberikan pengaruh yang kurang menguntungkan dan dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Pengaruh kehamilan, persalinan, dan nifas terhadap penyakit gula diantaranya:
a. Keadaan pre-diabetes lebih jelas menimbulkan gejala pada kehamilan, persalinan, dankala nifas.
b. Penyakit diabetes (gula) makin berat.
c. Saat persalinan, karena meerlukan tenaga yang besar, dapat terjadi koma diabetikum.
2. Pengaruh penyakit gula terhadap kehamilan diantaranya:
a. Dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin dalam rahim: terjadi keguguran, persalinan premature, kematian dalam rahim, lahir mati atau bayi yang besar.
b. Dapat terjadi hidramnion.
c. Dapat menimbulkan pre-eklampsia-eklampsia.
3. Pengaruh penyakit terhadap persalinan diantaranya:
a. Gangguan kontraksi otot rahim yang menimbulkan persalinan lama atau terlantar.
b. Janin besar dari sering memerlukan tindakan opersai.
c. Gangguan pembuluh darah plasenta yang menimbulkan asfiksia sampai lahir mati.
d. Perdarahan postpartum karena gangguan kontraksi otot rahim.
e. Postpartum mudah terjadi infeksi.
f. Bayi mengalami hipoglisemia postpartum dan dapat menimbulkan kematian.
4. Pengaruh penyakit gula terhadap kala nifas diantaranya:
a. Mudah terjadi infeksi postpartum.
b. Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah menyebar.
5. Pengaruh penyakit terhadap janin (bayi) diantaranya:
a Dapat terjadi keguguran, persalinan prematuritas, kematian janin dalam rahim (setelah minggu 36) dan lahir mati.
b Bayi dengan dismaturitas.
c Bayi dengan cacat bawaan.
d Bayi yang potensial mengalami kelainan saraf dan jiwa.
e Bayi yang dapat menjadi potensial mengidap penyakit gula.
2.1.7 Komplikasi Diabetes Melitus Terhadap Kehamilan
Diabetes mellitus dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil dan janin intrauteri.
Komplikasi ibu hamil dengan dibetes mellitus yang terjadi dalam berbagai manifestasi klinik dapat bersumber dari :
1. Lamanya menderita diabetes mellitus.
2. Konsentrasi kolesterol darah yang tinggi.
3. Hiperglikemi glukosuria.
4. Banyak dan lamanya terdapat badan keton dalam darah.
Hal-hal tersebut dapat menimbulkan kerusakan sebagai berikuut:
1. Kerusakan pembuluh darah.
2. Viskositas darah meningkat, sehingga distribusi dan suplai O2 ke jaringan makin menurun.
3. Pembuluh darah mengalami aterosklerosis sekunder dapat menimbulkan hipertensi.
4. Hipertensi menimbulkan gangguan organ vital terkait melalui:
a. Diabetika endarteritis.
b. Mikrokoagulasi.
c. Ekstravasasi cairan menimbulkan edema.
2.1.8 Bentuk-bentuk Kelainan Kongenital
1. Kardiovaskuler
a. Transposisi pembuluh darah besar.
b. Defek septum ventrikuler.
c. Defek septum atrial.
d. Hipoplastik ventrikel kiri.
e. Situs invrsus.
f. Anomaly aorta
2. System saraf pusat
a. Anensefalus.
b. Ensefalokel.
c. Meningomielokele.
d. holoprosensefale.
e. Mikrosefali.
3. Penulangan
a. Sindrom regresi kuadalis.
b. Spina bifida
4. Genitourinari
a. Tanpa ginjal (Potter syndrome)
b. Polikistik ginjal.
c. Ureter ganda.
5. Gastrointestinal
a. Fistula trakeo-oesophagus.
b. Atresiaani
c. Anus inforferata.
2.1.9Manajemen Terapeutik
Manajemen terapeutik yang diberikan bertujuan untuk kemungkinan timbulnya komplikasi pada ibu dan mempertinggi angka keselamatan bayi (salvage fetal rate).
Ada tiga tujuan utama pengobatan diabetes melitus gestational sebagai berikut :
1. Mencegah timbulnya ketosis dan hipodlikemia
2. Mencegah hiperglikemia dan glikosuria seminimal mungkin
3. Mencapai usia kehamilan seoptimal mungkin
Diet ibu diabetes dalam kehamilan tidak berbeda dengan diabetes lainnya, kecuali penambahan kalori total untuk mencapai penambahan berat badan 10-12 kg selama hamil dan menjaga asupan karbohidrat tidak kurang dari 200 gr/hari. Diperhatikan diet yang teratur dan asupan kalori total yang tepat diselingi dengan makanan kecil (4-6 kali sehari).
2.1.10 Pemeriksaan Diagnostik
Kriteria Diagnosis:
Kriteria Diagnosis:
1. Gejala klasik DM + gula darah sewaktu ≤ 200 mg/dl. Gula darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir. Atau:
2. Kadar gula darah puasa 126 mg/dl.Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam. Atau:
3. Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dl. TTGO dilakukan dengan Standard WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan dalam air.
Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994)
1. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan
3. Diperiksa kadar glukosa darah puasa
4. Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa), atau 1,75 g/Kg BB (anak-anak), dilarutkan dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah minum larutan glukosa selesai
6. Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
7. Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi criteria normal atau DM, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh.
· TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 – 199 mg/dl
· GDPT : glukosa darah puasa antara 100 – 125mg/dl.
Reduksi Urine
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang selalu dilakukan di klinik. Hasil yang (+) menunjukkan adanyaglukosuria. Beberapa hal yang perlu diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah:
1. Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining, bukan untuk menegakkan diagnosis
2. Nilai (+) sampai (++++)
3. Jika reduksi (+): masih mungkin oleh sebab lain, seperti: renal glukosuria, obat-obatan, dan lainnya
4. Reduksi (++) kemungkinan KGD: 200 –300 mg%
5. Reduksi (+++) kemungkinan KGD: 300 – 400 mg%
6. Reduksi (++++) kemungkinan KGD: 400 mg%
7. Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
8. Bila ada gangguan fungsi ginjal, tidak bisa dijadikan pedoman.
2.1.11 Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Diet
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus adalah tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
· J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
· J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
· J 3 :jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).
Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain :
· Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30 %, protein 20 %.
· Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.
· Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
· Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal ginjal.
NO | Tipe Diet | Indikasi Diet |
1. | Diet A | Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya. |
2. | Diet B | Diberikan pada penderita diabetes terutama yang :
|
3. | Diet B1 | Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein tinggi, yaitu penderita diabetes terutama yang :
|
4. | Diet B1 dan B2 | Diet B2 (Diberikan pada penderita nefropati dengan gagal ginjal kronik yang klirens kreatininnya masih lebar dari 25 ml/mt). Sifat-sifat diet B2
Diet B3 (Diberikan pada penderita nefropati diabetik dengan gagal ginjal kronik yang klibers kreatininnya kurang dari 25 MI/mt) Sifat diet B3
|
2. Terapi Insulin
Menurut Prawirohardjo, (2002) yaitu sebagai berikut : Daya tahan terhadap insulin meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan oleh kegiatan antiinsulin plasenta. Penderita yang sebelum kehamilan sudah memerlukan insulin diberi insulin dosis yang sama dengan dosis diluar kehamilan sampai ada tanda-tanda bahwa dosis perlu ditambah atau dikurangi. Perubahan-perubahan dalam kehamilan memudahkan terjadinya hiperglikemia dan asidosis tapi juga menimbulkan reaksi hipoglikemik. Maka dosis insulin perlu ditambah/dirubah menurut keperluan secara hati-hati dengan pedoman pada 140 mg/dl.
Insulin yang dapat digunakan untuk terapi diantaranya:
a). Humulin
· Komposisi : Humulin R Reguler soluble human insulin (rekombinant DNA origin). Humulin N isophane human insulin (rekombinant DNA origin). Humulin 30/70 reguler soluble human insulin 30% & human insulin suspensi 70% (rekombinant DNA origin).
· Indikasi : IDDM
· Dosis : Dosis disesuaikan dengan kebutuhan individu. Diberikan secara injeksi SK, IM, Humulin R dapat diberikan secara IV. Humulin R mulai kerja ½ jam, lamanya 6-8 jam, puncaknya 2-4 jam. Humulin N mulai kerja 1-2 jam, lamanya 18-24 jam, puncaknya 6-12 jam. Humulin 30/70 mulai kerja ½ jam, lamanya 14-15 jam, puncaknya 1-8 jam.
· Kontraindikasi : Hipoglikemik.
· Peringatan : Pemindahan dari insulin lain, sakit atau gangguan emosi, diberikan bersama obat hiperglokemik aktif.
· Efek sampinng : Jarang, lipodistropi, resisten terhadap insulin, reaksi alergi local atau sistemik.
· Faktor resiko : pada kehamilan kategori B
b). Insulatard Hm/ Insulatard Hm Penfill
· Komposisi : Suspensi netral isophane dari monokomponen insulin manusia. Rekombinan DNA asli.
· Indikasi : DM yang memerlukan insulin
· Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal biasanya diberikan 1-2x/hari (SK). Onset: ½ jam. Puncak: 4-12 jam. Terminasi: setelah 24 jam. Penfill harus digunakan dengan Novo pen 3 dengan jarum Novofine 30 G x 8mm.
· Kontraindikasi : Hipoglikemia.
· Faktor resiko : pada kehamilan kategori B
c. Actrapid Hm/Actrapid Hm Penfill
· Komposisi : Larutan netral dari monokomponen insulin manusia. Rekombinan DNA asli
· Indikasi : DM
· Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal, biasanya diberikan 3 x atau lebih sehari. Penfill SK, IV, IM. Harus digunakan dengan Novo Pen 3 & jarum Novofine 30 G x 8 mm. Tidak dianjurkan untuk pompa insulin. Durasi daya kerja setelah injeksi SK: ½ jam, puncak: 1-3 jam. Terminasi setelah 8 jam.
· Kontraindikasi : hipoglikemia, insulinoma. Pengunaan pada pompa insulin.
· Peringatan : Stres psikis, infeksi atau penyakit lain yang meningkatkan kebutuhan insulin. Hamil.
· Efek samping : Jarang, alergi & lipoatrofi.
· Interaksi obat : MAOI, alcohol, bloker meningkatkan efek hipoglikemik. Kortikosteroid, hormon tiroid, kontrasepsi oral, diuretic meningkatkan kebutuhan insulin.
· Faktor resiko : pada kehamilan kategori B
· Komposisi : Per Humalog insulin lispro. Per Humalog Mix 25 insulin lispro 25%, insulin lispro protamine suspensi 75%.
· Indikasi : Untuk pasien DM yang memerlukan insulin untuk memelihara homeostasis normal glukosa. Humalog stabil awal untuk DM, dapat digunakan bersama insulin manusia kerja lama untuk pemberian pra-prandial
· Dosis : Dosis bersifat individual. Injeksi SK aktivitas kerja cepatdari obat ini, membuat obat ini dapat diberikan mendekati waktu makan (15 menit sebelum makan)
· Kontraindikasi : hipoglikemia. Humalog mix 25 tidak untuk pemberian IV.
· Peringatan : Pemindahan dari terapi insulin lain. Penyakit atau gangguan emosional. Gagal ginjal atau gagal hati. Perubahan aktivitas fisik atau diet. Hamil.
· Efek samping : Hipoglikemia, lipodisatrofi, reaksi alergi local & sistemik.
· Interaksi obat : Kontrasepsi oral,kortikosteroid, atau terapi sulih tiroid dapat menyebabkan kebutuhan tubuh akan insulin meningkat. Obat hipoglikemik oral, salisilat, antibiotik sulfa, dapat menyebabkan kebutuhan tubuh akan insulin menurun.
· Faktor resiko : pada kehamilan kategori B
e. Mixtard 30 Hm/Mixtard Hm Penfill
· Komposisi : Produk campuran netral berisi 30% soluble HM insulin & 70% isophane HM insulin (monokomponen manusia). Rekombinan DNA asli.
· Indikasi : DM yang memerlukan terapi insulin.
· Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal biasanya diberikan 1-2 x/hari. Onset: ½ jam. Puncak 2-8 jam. Terminasi setelah 24 jam. Penfill harus digunakan dalam Novo Pen 2 dengan jarum Novofine 30 G x 8 mm.
· Kontraindikasi : Hipoglikemia, insulinoma.
· Peringatan : Stres psikis, infeksi atau penyakit yang dapat meningkatkan kebutuhan insulin. Hamil.
· Efek samping : Jarang, alergi & lipoatrofi.
· Interaksi obat : MAOI, alkohol, ? bloker meningkatkan efek hipoglikemik. Kortikosteroid, hormon tiroid, kontrasepsi oral, diuretic meningkatkan kebutuhan insulin.
· Faktor resiko : pada kehamilan kategori B.
3. Olahraga
Kecuali kontraindikasi, aktivitas fisik yang sesuai direkomendasikan untuk memperbaiki sensitivitas insulin dan kemungkinan memperbaiki toleransi glukosa. Olahraga juga dapat membantu menaikkan berat badan yang hilang dan memelihara berat badan yang ideal ketika dikombinasi dengan pembatasan intake kalori.
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1Pengkajian
1. Identitas
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Kehamilan
4. Riwayat Penyakit Keluarga
5. Riwayat Obstetri
6. Riwayat Kehamilan sekarang
7. Riwayat antenatal care meliputi :
8. Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Pola nutrisi
b. Pola eliminasi
c. Pola personal hygiene
d. Pola istirahat dan tidur
e. Pola aktifitas dan latihan
9. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala dan rambut
b. Wajah
c. Mata
d. Hidung
e. Keadaan mulut
f.Telinga
g. Leher
h.Dada dan payudara
i. Ekstremitas dan kulit
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
2.2.3 Intervensi
2.2.4 Evaluasi
BAB III
GAMBARAN KASUS
“Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Melitus (DM)”
Pada Ny. S Umur 31 Tahun G2P1A0AH1 Umur Kehamilan 30 minggu
Di BPM Haniyah, Sleman, Yogyakarta
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas klien
1. Nama : Ny ‘S’
2. Umur : 31th
3. Suku/Bangsa : Sumatera/Indonesia
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA
6. Pekarjaan : Pedagang
7. Alamat : Jl.Krapyak, Sleman
8. No. Register : 01042013
9. Dx. Medis : DM
10. Tanggal masuk : Minggu, 31 Maret 2013
11. Tanggal pengkajian : Minggu, 31 Maret 2013
b. Identitas penanggung jawab
1. Nama : Tn. ‘Z’
2. Umur : 34th
3. Jenis kelamin : laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : D3
6. Pekarjaan : Karyawan swasta
7. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
8. Alamat : Jl.Krapyak, Sleman
9. Hubungan dengan klien : Suami
2. Data Subjektif
a). Alasan Datang/ Dirawat :
Ibu mengatakan ingin memeriksakan keadaanya.
b). Keluhan utama
Ibu mengeluh sering merasa haus, merasa lapar dan sering BAK
c). Riwayat kesehatan dahulu
Ibu mengatakan tidak pernah atau sedang menderita penyakit menular seperti PMS, HIV/AIDS, TBC, penyakit menurun seperti DM, Hipertensi, jantung, dan penyakit menahun seperti Asma, jantung, dan Hipertensi. Dan Ibu mengatakan dulu pernah melakukan operasi sesar.
d). Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan keluarga ibu maupun keluarga suami tidak pernah/sedang menderita penyakit menular seperti PMS, HIV/AIDS, TBC, penyakit menurun seperti DM, Hipertensi, jantung, dan penyakit menahun seperti Asma, jantung, dan Hipertensi.
e). Riwayat Kehamilan Sekarang :
a. HPM : 4-9-2012 HPL : 11-6-2013
b. ANC pertama umur kehamilan : 6minggu
c. Kunjungan ANC
Trimester I
Frekuensi : 6 Minggu
Keluhan : mual muntah
Komplikasi : tidak ada
Terapi : belum diberikan
Trimester II
Frekuensi : 2x
Keluhan : pusing
Komplikasi : DMG
Terapi : tablet Fe, Lico Calk,
Trimester III
Frekuensi : 2x
Keluhan : sering haus, lapar, BAK
Komplikasi : DMG
Terapi : tablet fe
d. Imunisasi TT:
TT 1 : TT Caten
TT 2 : tanggal 25 September 2007
TT 3 : tanggal 28 Oktober 2007
TT 4 : tanggal
TT 5 : tanggal
e. Pergerakan janin selama 24 jam (dalam sehari)
Ibu mengatakan janinnya bergerak lebih dari 10x sehari.
f). Aspek psikologis
· Ibu mengatakan suami dan keluarga senang dan menerima dengan kehamilan sekarang.]
· Ibu mengatakan suami dan keluarga mendukung ibu dengan kehamilan sekarang.
· Ibu mengatakan hubungan ibu, suami, keluarga, dan tetangga baik-baik saja
g). Aspek sosial
Hubungan klien dengan keluarga sangat baik, terbukti keluarganya bergantian menjaganya selama di Rumah Sakit. Hubungan klien dengan lingkungan juga sangat baik, terbukti banyak yang menjenguknya,
h). Aspek spiritual
Klien dan keluarga beragama islam menurut keluarga selama sehatnya klien rajin beribadah, begitu juga selama dirawat di rumah sakit.
i). Pengetahuan ibu (tentang kehamilan, persalinan, nifas)
- Ibu mengatakan belum mengetahui tentang kehamilan trimester 1,2, dan 3.
- Ibu mengatakan belum mengetahui tentang masa persalinan.
- Ibu mengatakan belum mengerti tentang masa nifas dan menyusui.
2. Data Objektif
a) .Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Status emosional : stabil
Tanda vital :
Tekanan darah : 120/80mmhg Nadi : 72x/menit
Pernafasan : 25x/menit Suhu : 36.50c
BB : 68kg TB : 150cm
b). Pemeriksaan Fisik
Kepala : messocepal. Tidak ada benjolan, bersih, tidak berketombe
Wajah : simetris, tidak ada odema, ada cloasma gravidarum
Telinga : simetris, terdapat lubang telinga
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih
Hidumg : simetris, tidak polip, tidak ada sekret
Mulut : simetris, tidak labioskisis/palatoskisis, tidak karies gigi
Leher : tidak ada pmbesaran vena jugularis, kelenjar parotis/limfe
Dada : simetris, tidak retraksi dinding dada.
Payudara : simetris, putting menonjol, colustrum(-), hyperpigmentasi
Abdomen : linea(+), striae(+), tfu 3 jari atas pusat.
Palpasi
·Leopold I : pada bagian fundus teraba bulat, lunak, dan ridak melenting yaitu bokong janin.
·Leopold II : pada bagian kanan ibu teraba panjang, datar, keras yaitu punggung janin, pada bagian kiri ibu teraba bagian-bagian kecil yaitu ekstremitas janin.
·Leopold III : Pada bagian terendah teraba bulat, keras, melenting yaitu kepala janin.
·Leopold IV : Bagian terendah janin belum masuk PAP
Auskultasi
DJJ : 144x/menit
Ekstremitas atas : Simetris, tidak ada udema,jari lengkap
Ekstermitas bawah : Simetris, tidak ada udema,jari lengkap
Genitalia luar : bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi
Pemeriksaan panggul : tidak dilakukan
c). Pemeriksaan penunjang tanggal: 31-3-2013 jam: 09.30WIB
Cek GDS = 220 mg/dl
d). Data penunjang
GDP: 120 mg/dl
2 jam sesudah makan: 140mg/dl
HbA1c : 7%
e). System pengindraan
1) Sistem penglihatan
Inspeksi : bentuk mata dan bola mata simetris, reflek pupil klien baik, saat ada rangsangan cahaya miosis, konjungtiva tak anemis, sclera tidak ikterik, gerakan bola mata baik.
Palpasi : tidak terdapat lesi atau oedema, tidak dirasakan nyeri tekan.
2) Sistem pendengaran
Bentuk dan letak simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran cukup baik karena klien mampu mengerjakan apa saja yang diperintahkan.
3) Sistem penciuman
Bentuk dan letak simetris, klien di tes dengan mengguanakan alcohol dan kopi disertai dengan tulisan alcohol dan kopi, klien dapat menunjuk dengan tepat bau yang dirasakan.
4) Sistem pengecapan
Keadaan lidah sedikit kotor, klien dites dengan menggunakan garam dan gula disertai tulisan garam dan gula, klien dapat menunjuk dengan tepat apa yang dirasakan.
5) Sistem integument
Gastisitas/turgor kulit baik walaupun saat di tarik kulit klien kembali ke semuala +/- 3-5 detik karena proses penuaan, tidak ada lesi, warna kulit putih,tidak ada masa, tampilan umum kulit bersih, kulit kepala bersih, distribusi rambut merata.
6) Sistem pencernaan
Bentuk mulut simetris, gigi utuh mukosa bibir kering, reflek menelan ada, auskultasi pada bising usus 10x/menit.
7) Sistem pernafasan
Bentuk hidung simetris, tidak tampak polip, tidak aa pernafasan cuping hidung, retraksi dada negative, tidak ada nyeri tekan pada adda, tidak ada benjolan pada dada, terdengar suara sonor pada dada sebelah kiri dan kanan, tidak ada wheezing.
8) Sistem kardiovaskuler
Tachicardi, cyanotic negative pada akral bibir klien, tidak terdapat peningakatan vena juularis, tidak ada bunyi tambahan.
9) Sistem perkemihan
Eliminasi urine tidak sering, ketok CVA tidak dirasaka nyeri, tidak ada nyeri pada aderah supra pubis, blas tidak teraba keras dan saat di palpasi tidak terasa nyeri.
10) System persarafan
N1 (olfaktorius) : klien dapat membedakan bau minyak kayu putih
N2(optikus) : lapang pandang klien agak berkurang behubungan dengan penuaan
N3 (okulomotorius) : normal (bila terkena cahaya miosis dan midriasis bila tidak terkena cahaya)
N4(trakelis) : mata masih terkoordinasi sesuai perintah.
N5(trigeminus) : reflek mengunyah ada, kelopak mata(+), rahang dapat mengatup secara simetris
N6(abdusen) : klien dapat menggerakan bola mata ke kiri dan ke kanan.
N7 (fasialis) : klien dapat menggerakan muka.
N8 (cochlealis) : pendengaran baik.
N9(glosopharingeus) : ada reflek menelan.
N10(vagus) : kemampuan menelan baik.
N11 (accesorius) : kedua bahu masih mampu mengatasi tahanan dengan cukup baik.
N12(hipoglosus) : pergerakan lidah normal.
11) Sistem musculoskeletal
Tidak ada kelumpuhan pada ekstermitas, kekuatan otot penuh, tidak ada nyeri dan tidak ada luka.
f). Pola Aktivitas Sehari-hari
No. | ADL(Activity Daily Living) | Sebelum Masuk RS | Di RS |
1. | Nutrisi
- Frekuensi - Jenis - Porsi/Jumlah - Makanan pantangan
- Frekuensi - Jumlah | 3x/hari Nasi dan lauk-pauk (sayur, ikan, tempe, dll) Tidak Ada 6-7 gls/hari ± 1.500 – 1.750 ml/hari | Kalori |
2. | Eliminasi
- Frekuensi - Konsistensi
- Frekuensi - Jumlah urine output - Warna - Terpasang kateter | 1-2 x/hari Lembek 1/2 -1 cc/kg berat badan/jam ± 900 – 1.000 ml/hari Jernih Tidak | 1 x/hari Lembek Tidak tentu ± 900 – 1.000 ml/hari Jernih Ya |
3. | Istirahat Tidur - Waktu Tidur : Malam Siang - Lama Tidur : Malam Siang - Masalah tidur | 21.00 – 05.00 WIB 12.00 – 13.00 WIB ± 8 jam ± 1 jam Tidak | 21.00 – 05.00 WIB 11.30 – 13.30 WIB ± 8 jam ± 2 jam Tidak |
4. | Personal Hygiene
- Frekuensi - Penggunaan Sabun - Cara
- Frekuensi - Penggunaan pasta gigi - Cara melakukan
- Frekuensi - Penggunaan shampoo - Cara melakukan
- Frekuensi - Cara melakukan | 2x sehari Ya Sendiri 2x sehari Ya Sendiri 2x Seminggu Ya Sendiri Tidak tentu sendiri | 2x sehari Ya Sendiri Tidak Tidak - Belum cuci rambut - - Tidak tentu - |
5. | Aktivitas | Klien mengatakan mulai beraktivitas pada jam 05.30 – 16.30 WIB sebagai Petani | Klien melakukan aktivitasnya Sendiri |
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.
2. Resiko cedera berhubungan dengan hipoglikemia atau hiperglikemia
3. Resiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal, perubahan pada sirkulasi.
4. Resiko tinggi terhadap trauma, gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia atau retardasi pertumbuhan intra uterin.
C. Intervensi
No | Diagnosa Keperawatan | Tujuan | Kriteria Hasil | Intervensi | Rasional |
1 | Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat. | Setelah dilakukan tindakan keperawatan nutrisi pasien terpenuhi. | Mempertahankan kadar gula darah puasa antara 60-100 mg/dl dan 2 jam sesudah makan tidak lebih dari 140 mg/dl. | 1. - Timbang berat badan setiap kunjungan prenatal. 2. - Observasi masukan kalori dan pola makan dalam 24 jam. 3. - Perhatikan adanya mual dan muntah khususnya pada trimester pertama. 4. - Ajarkan pasien tentang metode finger stick untuk memantau glukosa sendiri. 5. - Diskusikan tentang dosis , jadwal dan tipe insulin. 6. - Kolaborasi dengan ahli gizi. 7. - Observasi kadar Glukosa darah. 8. - Tentukan hasil HbA1c setiap 2 – 4 minggu. | 1. - Penambahan berat badan adalah kunci petunjuk untuk memutuskan penyesuaian kebutuhan kalori. 2. - Membantu dalam mengevaluasi pemahaman pasien tentang aturan diet 3. - Mual dan muntah dapat mengakibatkan defisiensi karbohidrat yang dapat mengakibatkan metabolisme lemak dan terjadinya ketosis. 4. - Kebutuhan insulin dapat dinilai berdasarkan temuan glukosa darah serum secara periodic 5. - Pembagian dosis insulin mempertimbangkan kebutuhan basal maternal dan rasio waktu makan. 6. - Diet secara spesifik pada individu perlu untuk mempertahankan normoglikemi. 7. - Insiden abnormalitas janin dan bayi baru lahir menurun bila kadar glukosa darah antara 60 – 100 mg/dl, sebelum makan antara 60 -105 mg/dl, 1 jam sesudah makan dibawah 140 mg/dl dan 2 jam sesudah makan kurang dari 200 mg/dl. 8. Memberikan keakuratan gambaran rata rata control glukosa serum selama 60 hari . - Kontrol glukosa serum memerlukan waktu 6 minggu untuk stabil. |
2 | Resiko cedera berhubungan dengan hipoglikemia atau hiperglikemia | Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi resiko cedera. | Pasien dapat memverbalisasi pemahaman mengenai hipoglekemia dan hiperglikemia termasuk sebab dan tanda gejalanya. Pasien dapat mengidentifikasi konsekuensi potensial dari hiperglikemi dan hipoglkemia pada dirinya dan janinnya. Hipoglikemia dan hiperglikemia dapat dicegah atau diminimalkan. | 1. - Jelaskan pada pasien, suami atau keluarga mengenai hipoglikemia dan hiperglikemia termasuk penyyebab dan tanda gejalanya. 2. - Anjurkan pasien untuk membawa insulin spuit, juga gula kerja-cepat saat bepergian jauh dari rumah. 3. - Diskusikan hubungan latihan fisik dan diet dan efek keduanya pada stres. | 1. - Dengan meningkatnya pengetahuan ibu, suami dan keluarga kondisi hipoglikemi dan hiperglikemi dapat dicegah sehingga dapat meminimalkan resiko cedera. 2. - Dimungkinkan jika pada keadaan hipoglikemia atau hiperglikemi dapat dilakukan penanganan cepat. 3. - Latihan fisik dan kepatuhan diet dan stres sangat berpengaruh pada kondisi ibu maupun janin, maka dari itu perlunya membatasi kegiatan fisik yang berlebih dan kepatuhan diet sangat berperan dalam menjaga kondisi ibu dan janin. |
3 | Resiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal, perubahan pada sirkulasi. | Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi resiko cidera janin. | Menunjukan reaksi Non stress test dan Oxytocin Challenge Test negative atau Construction Stress Test secara normal. | 1. - Observasi control diabetik sebelum konsepsi. 2. - Observasi gerakan janin dan denyut janin setiap kunjungan. 3. - Observasi tinggi fundus uteri setiap kunjungan. . -Tinjau ulang prosedur dan rasional untuk Non stress Test setiap minggu. 5. -Observasi kadar albumin glikosilat pada getasi minggu ke 24 sampai ke 28 khususnya pada ibu dengan resiko tinggi. 6. - Dapatkan kadar serum alfa fetoprotein pada gestasi minggu ke 14 sampai minggu ke 16. 7. - Siapkan untuk ultrasonografi pada gestasi minggu ke 8, 12, 18, 28, 36 sampai minggu ke 38. | 1. - Pengontrolan secara ketat sebelum konsepsi membantu menurunkan resiko mortalitas janin dan abnormal konginental. 2. - Terjadi insufisiensi plasenta dan ketosis maternal mungkin secara negatif mempengaruhi gerakan janin dan denyut jantung janin. 3. - Untuk mengidentifikasi pola pertumbuhan abnormal 4. - Aktifitas dan pergerakan janin merupakan petanda baik dari kesehatan janin. 5. - Tes serum albumin glikosilat menunjukkan glikemia lebih dari beberapa hari. 6. - Insiden kerusakan tuba neural lebih besar pada ibu diabetik dari pada non diabetik bila kontrol sebelum kehamilan sudah buruk. 7. - Ultrasonografi bermanfaat dalam memastikan tanggal gestasi dan membantu dalam evaluasi retardasi pertumbuhan intra uterin. |
4 | Resiko tinggi terhadap trauma, gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia atau retardasi pertumbuhan intra uterin. | Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidak mengalami trauma dan gangguan pertukaran gas pada janin. | 1. - Kehamilan cukup bulan. 2. - Meningkatkan keberhasilan kelahiran dari bayi usia gestasi yang tepat. 3. - Bebas cedera. 4. - Menunjukkan kadar glukosa normal, bebas tanda hipoglikemia | 1. - Tinjau ulang riwayat pranatal dan kontrol maternal. 2. - Periksa adanya glukosa atau keton dan albumin dalam urin ibu dan pantau tekanan darah. 3. - Observasi tanda vital. 4. - Anjurkan posisi rekumben lateral selama persalinan. 5. - Tinjau hasil tes pranatal seperti profil biofisikal, tes nonstres dan tes stres kontraksi. 6. - Observasi frekuensi denyut jantung janin. | 1. - Hiperglikemia maternal pada periode pranatal meningkatkan makrosomia, membuat janin berisiko terhadap cedera kelahiran karena distosia atau disporsia sefalopelvis. Kadar glukosa maternal yang tinggi pada kelahiran meransang pankreas janin, mengakibatkan hiperinsulinemia. 2. - Peningkatan glukosa dan kadar keton menandakan ketoasidosis yang dapat mengakibatkan asidosis janin dan potensial cedera susunan syaraf pusat. 3. Peningkatan infeksi asenden, dapat mengakibatkan sepsis neonatal. 4. Meningkatkan perfusi plasenta dan meningkatkan kesediaan n - --- Peningkatan infeksi asenden, dapat mengakibatkan sepsis neonatal. - Meningkatkan perfusi plasenta dan meningkatkan kesediaan oksigen untuk janin. . - Memberikan informasi tentang cadangan pada plasenta untuk oksigenasi janin selama periode intrapartal. 6. - Tacikardi, bradikardi atau deselerasi lambat pada penurunan variabilitas menandakan kemungkinan hipoksia janin. |
D. Evaluasi
Dari hasil intervensi yang tertulis, evaluasi yang diharapkan:
Diagnosa 1 :Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.
Evaluasi : Pasien mampu mempertahankan nutrisi adekuat
Diagnosa 2 : Resiko cedera berhubungan dengan hipoglikemia atau hiperglikemia
Evaluasi : Cidera tidak terjadi
Diagnosa 3 : Resiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal, perubahan pada sirkulasi.
Evaluasi : Cidera terhadap janin tidak terjadi
Diagnosa 4 : Resiko tinggi terhadap trauma, gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia atau retardasi pertumbuhan intra uterin.
Evaluasi : Trauma tidak terjadi
BAB IV
PENUTUP
4.1Kesimpulan
1. Diabetes melitus pada kehamilan dapat mengakibatkan dampak buruk bagi sang ibu dan juga janin yang tengah dikandungnya.
2. Penyakit diabetes melitus yang terjadi selama kehamilan disebabkan karena kurangnya jumlah insulin yang dihasilkan oleh tubh yang dibutuhkan untuk membawa glukosa melewati membran sel.
3. Faktor resiko ibu hamil dengan diabetes melitus adalahRiwayat keluarga dengan diabetes melitus, Glukosuria dua kali berturut-turut, Obesitas, Keguguran kehamilan yang tidak bisa dijelaskan (abortus spontan), Adanya hidramnion, Kelahiran anak sebelumnya besar, Umur mulai tua, Herediter.
4. Hal yang terpenting dari penanganan diabetes gestasional adalah mengontrol kadar gula dalam darah.
4.2 Saran
Bagi ibu hamil hendaknya mengatur pola makan dan porsi makan dengan benar, menhindari makan dan minuman yang mengandung glukosa berlebih, rutin berolahraga, serta selalu rajin untuk control gula darah, agar jika terdapat peningkatan gula darah yang berlebih, segera mendapatkan penangan dari petugas kesehatan.
5.
DAFTAR PUSTAKA
Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta. Salemba Medika
Bobak, lowdermik, dan Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus Gede dan I N Chandranita Manuaba. 2007. Pemgantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Purwaningsih, Wahyu dan Siti Fatmawati. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jogjakarta : Nuha Medika
.
Demikianlah Artikel Askep Diabetes Melitus pada Ibu Hamil
Sekianlah artikel Askep Diabetes Melitus pada Ibu Hamil kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Askep Diabetes Melitus pada Ibu Hamil dengan alamat link https://askep-nursing.blogspot.com/2015/10/askep-diabetes-melitus-pada-ibu-hamil.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar