Pengaruh Pengetahuan terhadap Perilaku Sehat Individu

Pengaruh Pengetahuan terhadap Perilaku Sehat Individu - Hallo sahabat askep, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Pengaruh Pengetahuan terhadap Perilaku Sehat Individu, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Perawat, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Pengaruh Pengetahuan terhadap Perilaku Sehat Individu
link : Pengaruh Pengetahuan terhadap Perilaku Sehat Individu

Baca juga


Pengaruh Pengetahuan terhadap Perilaku Sehat Individu

Pengetahuan adalah hasil dari ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu”. Dimana pengindraaan terjadi melalui pancaindra manusia yaitu indra penglihatan, indra pendengaran, indra penciuman, indra rasa dan indra raba (Soekidjo Notoatmodjo, 2007  : 143)

Pengetahuan merupakan aspek pokok untuk menentukan perilaku seseorang untuk menyadari dan tidak, maupun untuk mengatur perilakunya sendiri. Tahu, kerapkali menjadi dasar suatu tindakan (Soetriono, 2007.) Timbulnya gangguan kesehatan atau penyakit pada  seseorang  disebabkan oleh perilaku seseorang tersebut.

menurut Soekidjo Notoatmodjo (2007:131), perilaku merupakan semua kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh seseorang, baik itu berupa kegiatan fisik yang dapat diamati maupun tidak dapat diamati oleh orang lain.

Becker (1979) mengklasifikasikan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan  (health and related behaviour)  (Soekidjo Notoatmodjo 2007 : 139), yaitu
  1. Perilaku kesehatan  (health behaviour), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang  dalam memelihara  dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi dan sebagainya
  2. Perilaku sakit  ( the sick role behaviour), yaitu segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang merasa sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit.
  3. Perilaku peran sakit  (the sick role behaviour), yaitu segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan.
Pengetahuan individu sangat mempengaruhi perilaku sehatnya setiap hari.  Sebagai contoh, salah satu penyebab tingginya AKI  adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan kehamilan. Meskipun pada saat ini, Angka Kematian Ibu (AKI) telah menurun dari 390 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 tetapi angka kejadian tersebut masih tergolong tinggi. Menurut Laporan KIA Provinsi tahun 2011, penyebab kematian ibu terbanyak masih didominasi Perdarahan (32%), disusul Hipertensi dalam kehamilan(25%), Infeksi (5%), Partus lama (5%), dan Abortus (1%).Penyebab Lain-lain (32%) cukup besar, termasuk didalamnya penyebab penyakit non obstetrik.

Menurut Direktorat Bina Kesehatan Gizi, penyebab kematian ibu karena masih banyaknya kasus 3 TERLAMBAT dan 4 TERLALU. TIGA TERLAMBAT: 1) Terlambat mengenali tanda bahaya persalinan dan mengambil keputusan. 2) Terlambat dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan. 3) Terlambat ditangani oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.  EMPAT TERLALU: 1) Terlalu tua hamil (di atas usia 35 tahun) sebanyak 27%. 2) Terlalu muda untuk hamil (di bawah usia 20 tahun) sebanyak 2,6%. 3) Terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 4 sebanyak 11,8%. 4) Terlalu dekat (jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun)

Ibu hamil yang tidak mendapatkan pengetahuan yang  cukup tentang kehamilan  seringkali mengalami kehamilan yang tidak direncanakan. Sehingga kehamilan-kehamilan risiko tinggi karena EMPAT TERLALU masih tinggi.

Selain itu pengetahuan tentang gejala dan tanda bahaya kehamilan yang masih rendah membuat ibu hamil seringkali mengabaikan dan menganggap tanda dan gejala tersebut merupakan suatu hal yang wajar kehamilan.  Sehingga kejadian abortus masih tinggi karena ibu hamil terlambat memeriksakan kehamilannya ke pelayanan kesehatan.

Kurangnya pengetahuan dan faktor budaya seringkali menyebabkan ibu hamil melakukan kebiasaan-kebiasaan yang dapat mempengaruhi kehamilannya seperti sering mengkonsumsi jamu. Banyak juga ibu hamil yang melakukan persalinan di tenaga non medis karena masyarakat sekitar di lingkungannya juga melakukan hal tersebut sehingga seringkali proses persalinan menimbulkan komplikasi karena ibu hamil tidak mendapatkan pelayanan persalinan yang memadai.

Pengetahuan ibu hamil juga mempengaruhi perilakunya dalam menjaga kehamilan. Ibu-ibu yang mendapatkan kehamilan yang pertama biasanya sangat menjaga kehamilannya dengan cara rajin mengkonsumsi asupan-asupan gizi untuk kehamilannya, tidak mengetahui berat badan ideal untuk ibu hamil dan sangat berhati-hati dalam beraktivitas. Sehingga sering dijumpai ibu hamil yang memiliki berat badan berlebih karena terlalu banyak mengonsumsi makanan tetapi tidak mau beraktivitas karena takut kehamilannya terganggu. Sehingga hal ini dapat memicu hipertensi pada ibu hamil yang dapat membahayakan kehamilan.

Pemerintah telah menggalakkan sejumlah program baik itu di tingkat PUSKESMAS sampai tingkat Rumah Sakit untuk menurunkan AKI melalui: 1) Upaya peningkatan pelayanan antenatal yang berkualitas seperti pencegahan KEK, PMTCT, penggunaan buku KIA, dan ANC terpadu. 2) Upaya peningkatan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan seperti pengadaan JAMPERSAL, dan rumah tunggu kehamilan. 3) Upaya Pencegahan dan penanganan komplikasi maternal seperti optimalisasi PUSKESMAS dan rumah sakit dan lain sebagainya. Bila program-program tersebut tidak didukung dengan sosialisasi yang baik dan memadai yang dapat menyentuh semua elemen masyarakat, maka partisipasi masyarakat akan rendah. Masyarakat tidak mendapatkan urgensi dan pentingnya program-program tersebut sehingga mereka cenderung pasif dan tidak pro-aktif mengikuti dan menikmati pelayanan-pelayanan kesehatan yang ada.

Oleh karena itu, pendidikan kesehatan, dan sosialisasi program pelayanan kesehatan sangatlah penting untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat. Pengetahuan yang adekuat akan menghasilkani perilaku sehat. Perilaku yang sehat akan meningkatkan kualitas kesehatan dan kulaitas hidup individu. Negara dengan derajat kesehatan yang tinggi merupakan hasil dari akumulasi perilaku-perilaku sehat masyarakatnya.


Daftar Pustaka:
Direktorat Bina Kesehatan Ibu. 2011. Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu.
Lukiono, Wahyu Tri. 2010. Pengaruh Pengetahuan dan Sikap  terhadap Pemanfaatan Jaminan Kesehatan pada Ibu Hamil Miskin Di Kota Blitar. http://eprints.uns.ac.id/7940/1/139641108201009281.pdf, Ditelusuri 2 Desember 2014 pukul 05.21 WIB
Soekidjo Notoatmodjo .  2005.  Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi.  Jakarta: Rineka Cipta
Soetriono dan Rita Hanafie.  2007.  Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian.Yogyakarta, ANDI OFFSET



Demikianlah Artikel Pengaruh Pengetahuan terhadap Perilaku Sehat Individu

Sekianlah artikel Pengaruh Pengetahuan terhadap Perilaku Sehat Individu kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Pengaruh Pengetahuan terhadap Perilaku Sehat Individu dengan alamat link https://askep-nursing.blogspot.com/2014/12/pengaruh-pengetahuan-terhadap-perilaku.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar