Judul : Spondilitis Ankilosa
link : Spondilitis Ankilosa
Spondilitis Ankilosa
Disebut juga penyakit Bechterev, arthritis Marie Strumpell, spondilitis rheumatoid, dan reumatosa Rhezo Mellica. Lebih sering mengenai pria dan timbul secara bertahap. Biasanya dimulai pada usia akhir remaja atau awal dewasa muda.
Spondilitis ankilosa merupakan penyakit reumatik inflamasi sistemik kronik yang terutama menyerang sendi aksial (vertebra). Yang merupakan tanda khas adalah terserangnya sendi sakroiliaka. Selain itu, juga sering menyerang sendi panggul, bahu, dan ekstremitas pada stadium lanjut.
Manifestasi Klinis
1. Manifestasi skeletal, terdiri dari:
a. Arthritis aksis, termasuk sakroilitis dan spondilitis.
b. Arthritis sendi panggul dan bahu.
c. Arthritis perifer.
d. Lain-lain: seperti entesopati, osteoporosis, fraktur vertebra.
2. Manifestasi ekstraskeletal, terdiri dari:
a. Mata (iritis akut)
b. Jantung dan aorta asenden.
c. Paru (fibrosis apeks)
d. Sindrom kauda ekuina.
e. Amiloidosis.
Penyakit ini dimulai dengan rasa nyeri pinggang yang tumpul dan sukar dinyatakan lokasinya, dapat uni atau bilateral. Setelah beberapa bulan, nyeri menetap bilateral, kemudian daerah pinggang bawah menjadi kaku dan nyeri. Timbul kekakuan pinggang hebat, sehingga pasien tidak bisa menunduk. Juga lordosis servikalis sehingga pasien tak dapat melihat horizontal. Bila mengenai sendi kostosternal, pengembangan dada menjadi terbatas, sehingga sulit bernapas. Mungkin mengenai sendi perifer walaupun jarang. Kadang pasien demam dan nyeri pada tulang-tulang. Berat badan menurun, anemia, dan kelemahan umum.
Perjalanan sangat bervariasi hingga remisi spontan dan eksaserbasi.
Pada stadium awal ditemukan nyeri tekan pada sendi sakroiliaka, keterbatasan gerak vertebra kearah lateral fleksi dan hiperekstensi. Tanda lain ialah spasme otot paraspinal. Stadium berikut akan ditemukan keterbatasan gerak vertebra ke semua arah yang dapat dinilai dengan pemeriksaan gerak laterofleksi, hiperekstensi, anterofleksi, dan rotasi. Uji Schober sangat berguna dalam menilai keterbatasan gerak sendi dengan cara sebagai berikut:
Pasien berdiri tegak dan dibuat 2 tanda pada kulit yang melapisi prosesus spinosus vertebra lumbal ke-5 dan 10 cm di atasnya. Kemudian pasien diminta membungkukkan punggungnya tanpa menekuk lutut. Pada keadaan normal, jarak antara kedua titik akan bertambah akibat regangan kulit yang melapisinya. Bila jarak di antara kedua titik kurang dari 15 cm, berarti terdapat penurunan gerak vertebra.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Tidak ada uji diagnostik yang spesifik. Terdapat anemia normositik normokrom ringan dan laju endap darah yang meninggi. Faktor reuma negative. HLA-B-27 pada keadaan tertentu dapat membantu diagnosis.
2. Pemeriksaan radiologi
Pada bulan-bulan pertama perubahan hanya dapat dideteksi dengan tomografi komputer. Perubahan yang terjadi bersifat bilateral dan simetris, dimulai dengan kaburnya gambaran tulang subkondral diikuti erosi. Selanjutnya terjadi penyempitan celah sendi akibat adanya jembatan interoseus dan osifikasi. Beberapa tahun kemudian terjadi ankilosis komplit. Pemeriksaan anteroposterior sederhana sudah cukup untuk mendeteksi sakroilitis yang merupakan awal perubahan. Terlihat pengapuran ligament-ligamen spina anterior dan posterior disertai demineralisasi korpus vertebra membentuk gambaran bamboo spine.
Penatalaksanaan
1. Pendidikan pasien mengenai penyakitnya untuk meningkatkan kepatuhan berobat, karena penyakit ini belum dapat disembuhkan, hanya dapat dikontrol.
2. OAINS. Indometasin 25-50 mg diberikan tiga kali sehari. Bila telah terjadi perbaikan gejala dengan dosis yang lebih kecil, sebaiknya dipakai dosis tersebut. Dapat pula dipakai obat lain seperti piroksikam, naproksen, dan sebagainya.
3. Fisioterapi dengan cara:
a. Memakai tempat tidur yang dialasi papan di bawah kasur dengan ganjal di daera lumbal untuk mengembalikan lordosis. Bantal kepala sebaiknya tipis.
b. Pemyesuaian pekerjaan, terutama bila terdapat gangguan tulang punggung. Punggung hendaknya dipertahankan lurus, bila perlu meja ditinggikan atau kursi direndahkan. Jangan terlalu lama duduk.
c. Latihan-latihan untuk menjaga postur tubuh, mengurangi deformitas, dan memelihara ekspansi dada setelah serangan akut diatasi. Latihan fisik terbaik adalah berenang.
4. Pembedahan, kadang diperlukan misalnya wedge osteotomy pada deformitas tulang belakang, stabilisasi sendi, atau artoplasti koksa, hip replacement pada arthritis berat dan flexion deformity.
5. Penyinaran tidak menunjukkan hasil. Mungkin dipakai untuk daerah-daerah tertentu di tulang belakang di mana proses terus aktif.
6. Pengobatan atas komplikasi seperti anemia dan bronkopneumonia. Bila terjadi uveitis berikan segera kortikosteroid lokal pada mata.
Prognosis
Secara umum prognosis baik, kecuali bila panggul terkena secara berat. Remisi spontan dan relaps dapat terjadi. Kadang-kadang ankilosis meluas ke seluruh tulang belakang.
Demikianlah Artikel Spondilitis Ankilosa
Sekianlah artikel Spondilitis Ankilosa kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Spondilitis Ankilosa dengan alamat link https://askep-nursing.blogspot.com/2011/10/spondilitis-ankilosa.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar